Setelah mengusir Arya Widura dari Madangkara, Permadi dan Shakila menjadi orang kepercayaan Prabu Wanapati. Hubungan Dewi Garnis dan Widura pun kandas. Akan tetapi, Widura bersumpah, tidak akan pernah berhenti membongkar kedok Permadi dan Shakila sebagai orang Kuntala. Dewi Garnis dan Raden Bentar berjanji untuk membersihkan nama baik Widura.
Ternyata, bukan hanya Widura saja yang tahu identitas Permadi dan Shakila, ada orang lain lagi, seorang laki-laki misterius yang selalu mengenakan cadar hitam. Lewat si cadar hitam, Bentar dan Garnis mendapatkan kebenaran tentang siapa Permadi dan Shakila itu. Mereka adalah orang-orang licik yang berusaha untuk menggulingkan Kerajaan Madangkara dan mengembalikan kejayaan Kerajaan Kuntala. Menghadapi orang seperti mereka tidak bisa menggunakan kekerasan akan tetapi, harus menggunakan siasat jitu. Berhasilkah Bentar dan Garnis membongkar kedok mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babak Ketiga Belas
# 13
Mahali adalah seorang pendekar golok yang terkenal di Hindustan. Keahliannya dalam memainkan golok, cukup menggegerkan dunia persilatan. Sekalipun tidak bisa dibandingkan dengan Dewi Mantili Si Pedang Setan, Mariba Si Kelabang Hitam dan Tajibarnas Si Pedang Perak, namun, tidak bisa dihitung jumlah pendekar baik dari golongan hitam maupun golongan putih yang sudah tewas ataupun terluka oleh goloknya. Selain memiliki watak yang aneh, tidak berpihak pada golongan hitam maupun golongan putih, dengan jurus andalannya yang bernama GOLOK CAKRA ANGKARA, ia mengobrak – abrik segala bentuk ketidak adilan yang di muka bumi ini.
Mendengar bahwa di Jawa Dwipa menyimpan banyak jago pedang dan golok, darahnya bergolak, ingin sekali menjajal ilmu mereka termasuk Dewi Mantili. Sayangnya, ia tidak bertemu dengan Dewi Mantili Si Pedang Setan, karena Mantili dikabarkan sudah meninggal. Ia merasa kecewa sekali dan memilih untuk tinggal di Jawa Dwipa ini, menyepi di Bukit Sampalan di kaki Gunung Sawal.
Hingga pada suatu hari, Mahali melancong di sebuah desa kecil bernama Panumbangan, disana melihat 3 orang sedang dikejar – kejar oleh sekawanan perampok berjumlah 10 orang. Semula ia mengabaikan saja kejadian itu, akan tetapi, perilaku para perampok itu membuatnya kehabisan kesabaran, terlebih saat para perampok itu memukuli seorang wanita paruh baya dan seorang anak kecil serta mempermalukan seorang gadis belia dan cantik. Darahnya bergolak, maka, iapun segera turun tangan dan membunuh para perampok itu. Wanita paruh baya itu meninggal sementara gadis belia tak kuat menanggung malu, memilih bunuh diri sehingga anak itu harus tinggal sebatang kara. Bocah berumur 10 tahun itulah PALAWA. Mahali mengangkatnya sebagai murid. Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata kesepuluh orang itu adalah anak buah GEROMBOLAN PERAMPOK HARIMAU HITAM pimpinan MATADI.
Gerombolan perampok yang sangat ditakuti di daerah PANUMBANGAN dan sekitarnya, yang tak segan – segan membunuh para korbannya dengan sadis dan kejam. Tak terhitung berapa banyak orang yang sudah menjadi korbannya. Membuat para penduduk sekitar takut keluar rumah saat malam tiba. Bukan cuma itu, Gerombolan perampok ini memiliki lima ekor harimau yang tak segan – segan dikeluarkan dari kandang, mereka dijadikan algojo bagi siapa saja yang menentang gerombolan ini. Maka, Mahali memutuskan untuk turun tangan dan mengobrak – abrik markas HARIMAU HITAM.
Ternyata Harimau Hitam, pengikut yang cukup banyak, ada lebih kurang 50 orang. Dengan ilmunya yang tinggi, sebenarnya, Mahali bisa membasmi mereka semua namun, dia tidak menginginkan pembunuhan massal. Maka, ia menantang MATADI bertarung, satu lawan satu. Sebelum bertarung, tercetus sebuah perjanjian Jika Mahali kalah, maka, ia bersedia dihukum mati dengan cara apapun; sebaliknya, jika Mahali menang, seluruh kepunyaan Harimau Hitam menjadi miliknya.
Pertarungan sengit pun terjadi. Matadi ternyata tidak bisa dianggap remeh, selain memiliki ilmu tinggi, ia memiliki senjata yang berupa tiga batang besi baja berwarna hitam, panjang dan bisa digabung menjadi sebilah tombak yang memiliki daya hancur tinggi apabila tersentuh sedikit saja. Semula Mahali kewalahan, akan tetapi, akhirnya bisa menghancurkan besi milik Matadi dengan ILMU GOLOK CAKRA ANGKARA miliknya. Matadi tewas.
Dengan tewasnya Matadi, Gerombolan HARIMAU HITAM dikuasai oleh Mahali. Di bawah kepemimpinan Mahali, Harimau Hitam yang dulunya berkutat dengan dunia hitam, perlahan – lahan diarahkan menuju ke arah kehidupan yang lebih baik. Kalau dulu mereka merampok sembarangan orang, mereka beralih merampok para saudagar – saudagar kaya dan kikir, para lintah darat yang hanya bisa menyusahkan orang. Hasil jarahan atau rampokan itu dibagikan pada siapapun yang membutuhkannya.
Pada suatu hari, Mahali bersama anak buahnya menghadang seorang hartawan muda dari Kuntala. Semula hartawan ini hendak dirampok, akan tetapi, manakala melihat hartawan muda ini tidak melawan saat hendak dirampok malah memberikan semua harta yang ia punya ditambah lagi sikapnya yang terpelajar dan sopan, Mahali memutuskan untuk mengembalikan seluruh harta miliknya dua kali lipat. Dari sinilah persahabatan antara Mahali dan Hartawan muda. Dia bernama PERMADI. PUTERA RAJA SISIKADILA DARI KUNTALA. ( Selengkapnya, Anda bisa mengikuti kembali SAUR SEPUH SASTRAWAN JAMPARING ). Namun, identitas Permadi yang sesungguhnya masih tetap dirahasiakan.
Mahali memilih untuk mengundurkan diri dan membubarkan kelompok HARIMAU HITAM. Sepeninggal MAHALI, terjadi perpecahan di dalam tubuh kelompok Harimau Hitam. ( HARIMAU HITAM dan HARIMAU PUTIH ).
Harimau Hitam adalah berusaha mengembalikan kejayaan di masa – masa kepemimpinan Mahali, dengan tujuan mulianya, merampok tanpa membunuh korban, sementara, Harimau Putih lebih memilih merampok dan membunuh korbannya. Perbedaan prinsip inilah cikal bakal dari perang di tubuh Kelompok Harimau. Mahali mencoba mendamaikan kelompok yang pernah dipimpinnya ini, dibantu dengan Permadi. Kelompok Harimau berhasil didamaikan, namun, namanya tidak lagi berkibar di dunia persilatan, karena bubar. Para anggotanya terpaksa mengembara sendiri – sendiri.
HARIMAU HITAM bubar, namun bukan berarti, Mahali dengan kelompoknya berakhir pula. Masalah lain muncul, yakni : beberapa orang bekas anak buahnya ditemukan tewas secara mengenaskan. Terdapat lima buah lobang sebesar jari tangan di lehernya, membuat para anggota lain ketakutan dan tak berani menampakkan diri. Setelah diselidiki, bubarnya Harimau Hitam dan rentetan kejadian yang menimpa Kelompok Harimau Hitam didalangi seseorang yang berilmu tinggi. Dan sama sekali Mahali tak pernah menyangka siapa pembunuh itu. Dialah Permadi. Meski tidak secara terang – terangan. Artinya, dia menggunakan tangan orang lain untuk melaksanakan tugas kotornya. Alasan Permadi membunuh mereka adalah karena menolak diberi tugas membunuh orang Madangkara bernama Widura sekalipun dibayar 2000 tael emas.
Kemudian terikatlah sebuah perjanjian antara Mahali dan Permadi. Permadi berjanji akan menghentikan pembunuhan, apabila Mahali mau melakukan apapun untuknya dan termasuk membunuh Widura. Mahali setuju dan bergabung pada sepuluh orang misterius yang ditugaskan untuk membunuh Widura. Namun, di balik itu Mahali memiliki rencana tersendiri untuk membalaskan dendam para anak buahnya yang jadi korban kelicikan Permadi. Di lain pihak, antara Mahali dan Widura tidak saling mengenal, dia berniat menyelamatkan Widura apapun yang terjadi. Dan, saat nasib Widura berada bak telur di ujung tanduk, ia menyelamatkannya.
Mahali paham benar siapa Permadi dan antek – anteknya. Tidak bisa dilawan dengan cara kekerasan namun, dilawan dengan kecerdasan tingkat tinggi. Terlebih setelah Shakila berdiri di samping mereka. Kegagalan membunuh Widura adalah satu dari sekian banyak siasatnya dalam menghadapi orang – orang Kuntala tersebut. Sekalipun ia menyumpah – nyumpah karena Widura menghilang, namun, sebenarnya bersyukur karena ada orang lain yang telah menyelamatkannya dari maut. Tidak mudah membuat orang – orang Kuntala mempercayainya, maka, saat Juragan Gurinda hendak melaporkan kegagalan para orang – orang bayarannya kepada Permadi lewat surat, Mahali mengajukan diri untuk melaksanakan tugas tersebut. Untuk itu dia melibatkan Palawa yang masih muda untuk mengantarkan surat Juragan Gurinda itu pada Permadi. Sayangnya, Palawa terlalu sembrono dan sombong sehingga memaksanya turun tangan sendiri.
Demikianlah cerita sekilas tentang Mahali SI GOLOK SETAN TERBANG dan muridnya, Palawa. Termasuk peristiwa yang terjadi di Istana Madangkara beberapa saat lalu.
"Aku harus segera menghilang juga sebelum bertemu dengan orang-orang Juragan Gurinda. Tampaknya, mereka tak membiarkanku pergi begitu saja. Di Madangkara tadi, aku sempat melihat beberapa sosok bayangan mengikuti Palawa hingga ke tempat ini. Baiklah, aku akan memancingnya menjauh dari sini dan sebelum mereka melaporkan kegagalan ini, aku akan membereskannya terlebih dahulu. Ada kira-kira empat orang. Dari gerakannya, aku tahu, mereka juga ikut menghadang Widura beberapa waktu yang lalu,"
Setelah berkata demikian, tubuh Mahali mendadak bagai lenyap ditelan bumi. Saat Mahali menghilang, muncullah empat bayangan dari balik semak belukar, semuanya mengenakan cadar hitam.
"Hei, kemana dia pergi... Apa diantara kalian ada yang melihatnya ?" tanya salah seorang dari mereka. Tak ada jawaban, akan tetapi, salah seorang temannya mendadak, melompat ke atas dan hinggap pada salah satu ranting pepohonan. Sesaat kemudian ia melesat meninggalkan tempat itu menuju ke arah Timur.
"Hei, mau kemana, kau ?! Tetaplah bersama-sama, jangan sampai dia tahu bahwa kita mengikutinya," kata orang pertama. Baru saja ia menutup mulutnya, ia merasakan dadanya kesakitan, darah muncrat keluar, sebagian memercik ke arah orang yang berdiri tak jauh darinya.
"A... Apa yang kau lakukan ?" tanyanya.
Orang itu tak menjawab, melainkan mendekatkan mulut ke telinganya.
"Apa kau lupa pesan dari Juragan Gurinda ?" bisik orang itu, "Jangan banyak bicara, karena hukumannya adalah mati. Nah, selamat tinggal kawan !"
Mata orang itu terbelalak manakala pisau yang menancap dalam di dadanya dicabut. Tanpa bersuara atau bergerak-gerak lagi, tubuhnya limbung dan iapun ambruk.
Melihat temannya sudah tak bernyawa lagi, si penusuk itu menoleh ke arah orang ketiga yang masih berdiri terpaku, ia memberi isyarat agar segera pergi dari tempat itu. Tubuh mereka segera berkelebat ke arah Timur menyusul temannya yang sudah pergi terlebih dahulu mengejar Mahali. Tanpa bersuara. Dari gerakan tubuhnya yang lincah bagai tupai, menandakan bahwa mereka memiliki ilmu peringan tubuh yang sempurna.
..._____ bersambung _____...