NovelToon NovelToon
Jadi Istri Pengganti Untukmu

Jadi Istri Pengganti Untukmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi / Tukar Pasangan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Momy ji ji

Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?

silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13.

Batin Liam penuh keyakinan. dia tahu gadis ini masih begitu polos dan mentah. dia ingin Luna terbiasa dengan kehadirannya, dengan sentuhan-sentuhan kasarnya.

Setelah Luna nyaman dengan kehangatannya, dia akan mengambil wanita itu tanpa perlawanan. dia merendahkan kepalanya, menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Luna.

Luna belum sempat tidur, dia tahu apa yang Tuan Liam sedang lakukan pada anggota tubuhnya.

​Kehangatan napas Liam yang menyentuh kulitnya terasa seperti sengatan listrik.

Seketika, rasa jijik, takut, dan marah yang sedari tadi Ia tahan meledak.

​Luna membuka matanya cepat-cepat. tiba-tiba, Ia tidak lagi peduli dengan konsekuensi. harga dirinya berteriak.

​"Jangan sentuh saya, Tuan!" Luna mendorong dada Liam sekuat tenaga, tubuhnya bergetar hebat. Ia bangkit, melompat turun dari ranjang, dan berlari menuju sudut ruangan, memeluk dirinya sendiri.

​Liam tertegun. Senyum liciknya menghilang, digantikan oleh tatapan tajam dan dingin. Ia duduk, menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

​"Beraninya kau menolakku?" Suara Liam dalam dan bergetar, bukan karena marah, melainkan karena hasratnya yang terpotong secara sepihak.

Dia tidak ingin mengambil kesucian Luna malam ini, hanya ingin bermain-main saja.

"Kembali ke sini, Luna. sekarang."

​Luna menggeleng cepat, air mata mulai menggenang. "Saya... saya hanya butuh tidur, Tuan. tidak lebih."

​Liam menyeringai lebar. "Kau harus tahu, Luna. Di dunia ini, tidak ada yang namanya 'tidak lebih'."

Liam melompat dari ranjang setelah mengatakan itu, langkahnya pelan dan mengancam.

Sosoknya yang besar dan gelap menyelimuti Luna yang terpojok. Liam mengulurkan tangannya dan Luna tahu, malam ini tidak akan berakhir hanya dengan tidur.

***

Udara dingin dari AC menusuk kulit Luna. Ia terbangun bukan karena alarm, melainkan karena pikirannya yang berkecamuk.

Kemarin malam, mereka tidak berakhir tidur. Liam tidak menyerah setelah penolakan itu. Ia mencengkeram pergelangan Luna dan membawanya kembali ke ranjang, bukan untuk disentuh lebih jauh, melainkan untuk mempertontonkan dominasinya.

Liam hanya tidur, membiarkan Luna terbaring kaku di sebelahnya, matanya terbuka, menatap langit-langit yang gelap sampai fajar menyingsing. Itu adalah hukuman yang dingin dan senyap.

Meski Tuan Liam tidak menyuruhnya, tapi tetap saja Luna tidak bisa tidur.

​Luna kini menyingkirkan selimut tebal itu, duduk di sisi ranjang. mata sembabnya mengamati kamar mewah yang terasa seperti penjara berlapis emas.

Pakaiannya masih utuh setidaknya secara fisik Ia tidak disentuh.

Tuan ​Liam sudah tidak ada di sana. ranjang di sebelahnya rapi, seolah tidak pernah ada gejolak yang nyaris merenggut segalanya. siapa lagi? pria semena-mena itu.

​Luna berjalan perlahan menuju kamar mandi. saat Ia meraih gagang pintu, sebuah ketukan pelan terdengar di pintu utama kamar.

​Luna membeku.

Siapa itu? Pelayan? atau Tuan Liam yang kembali?

Mungkinkah pria itu marah karena dia tidak membuat sarapan pagi ini untuk nya?

​Ia mengatur napas, menepis rasa takutnya, dan berjalan ke pintu. Ia tidak bisa bersembunyi dan harus menghadapi pria itu.

​Ketika pintu itu terbuka, seorang wanita paruh baya dengan seragam pelayan rapi berdiri di sana.

Ekspresinya tenang dan profesional, itu maid mansion ini, Luna sudah mengenalnya.

​"Selamat pagi, Nona Luna," sapa pelayan itu dengan suara pelan.

"Tuan Liam meminta saya untuk membawa Nona ke ruang makan. sarapan sudah disiapkan."

​"Terima kasih," jawab Luna pelan. Ia melangkah keluar, mengikuti pelayan itu menyusuri koridor panjang yang hening. dan menuruni anak tangga.

Luna lupa mau membasuh wajah lebih dulu, halah bodoamat. dia tidak peduli Tuan Liam melihatnya dengan kondisi berantakan dan rambut bak singa betina.

​Di koridor, Luna menangkap bayangannya di cermin dinding besar. Luna yang sekarang.

Wajahnya pucat dan kusam khas orang begadang cuman tidur beberapa jam, ada lingkaran hitam tipis di bawah matanya, dan tatapannya kosong, seperti boneka yang baru saja dipermainkan.

'Miris sekali dirimu Luna.' Batin Luna pasrah.

Ruang makan itu luas, dihiasi meja marmer panjang. Liam sudah duduk di ujung, membaca sesuatu di tabletnya. Ia mengenakan kemeja kasual yang mahal.

Wajahnya terlihat santai seolah malam tadi hanyalah hal sepele yang tidak patut diingat.

​Pelayan menarik kursi untuk Luna di seberang Liam, jauh sekali, seakan-akan mereka berjarak bukan hanya meja, tetapi seperti ada celah jurang.

​"Duduklah, Luna." Suara Liam datar, matanya bahkan tidak beralih dari layar tablet.

​Luna duduk, merasakan tenggorokannya tercekat. Ia melihat hidangan di depannya ada roti panggang, telur orak-arik sempurna, dan jus jeruk segar. semuanya terlihat lezat.

​Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang menyesakkan. hanya terdengar suara ketukan jari Liam di layar dan denting sendok pelayan yang menuangkan teh.

​Akhirnya, Liam meletakkan tabletnya. matanya yang tajam menatap langsung ke mata Luna.

​"Aku minta maaf jika semalam aku sedikit... agresif," katanya, tetapi nadanya sama sekali tidak menyesal. Itu lebih seperti pernyataan fakta.

"Kau membuatku marah dengan penolakanmu. tapi ingat Luna, kau di sini karena aku menginginkanmu."

​Luna meremas ujung serbet di pangkuannya. "Saya mengerti, Tuan Liam."

​"Bagus," Liam tersenyum tipis.

"Mulai hari ini, aku akan membiasakanmu dengan hidup yang layak. beli apa pun yang kau suka. anggap ini kompensasiku." Liam menyerahkan kartu hitam pada Luna di atas meja.

Luna tidak tertarik dengan kompensasi itu,

Kompensasi? atas rasa takut dan teror yang Ia rasakan semalam?

​"Saya tidak butuh kompensasi, Tuan. saya hanya ingin..." Luna berhenti, Ia hampir mengatakan.

'Saya hanya ingin pulang ke rumah saja'.

​Liam menyandarkan tubuhnya, mencondongkan sedikit ke depan.

"Hanya ingin apa? pergi? lupakan saja, Luna. kau adalah istriku sekarang. dan yang menjadi istriku tidak punya pilihan untuk berpisah."

​Ia mengambil cangkir tehnya, menyesapnya dengan anggun. "Mulai dari kemarin dan hari ini, kau bukan lagi gadis bujangan. kau adalah istriku, Nyonya Liam. bersikaplah sesuai dengan itu." Tuturnya seolah Luna menginginkannya.

​"Baik, Tuan," bisik Luna, menunduk.

Di balik kepatuhan itu, Ia bersumpah akan mencari celah. Ia akan mencari tahu bagaimana melarikan diri dari sangkar emas ini. dan segera meminta Kak Lena untuk kembali pada suaminya yang begitu percaya diri.

​Liam tersenyum puas, mengetahui bahwa Ia telah memenangkan pertempuran kecil ini.

Bersambung....

1
partini
👍👍👍👍
partini
visual nya 👍👍👍👍👍👍 lanjut thor
partini
berpisah nya karena salah faham
partini
❤️❤️❤️❤️👍👍 lanjut
Agunk Setyawan
kocak🤣
partini
good story
partini
lanjut thor 👍👍👍👍
partini
wah tengil dua dua nya
partini
jahat Banggt si Liam itu mah bukan istri
Momy Ji Ji: Aslinya jahil kak/Proud/, ikuti terus yah/Smirk//Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!