NovelToon NovelToon
Dia Yang Tak Biasa

Dia Yang Tak Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Duniahiburan / Wanita perkasa / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Showbiz / Cintapertama
Popularitas:29
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​Lina adalah pewaris kekuatan supranatural Dorong & Tarik yang hebat, sebuah energi kinetik yang hanya mengalir di garis keturunan perempuan keluarganya. Jika Lina fokus, ia bisa memindahkan truk. Tapi karena ia ceroboh, ia lebih sering menghancurkan perabotan rumah, membuat Ayah dan adiknya, Rio, selalu waspada.
​Kekuatan yang harus ia sembunyikan itu, ia gunakan secara terlalu ikhlas untuk membantu seorang kakek mendorong gerobak rongsokan, yang menyebabkannya melesat kencang di jalanan.
​Insiden konyol ini ternyata disaksikan oleh CEO Aris, seorang pebisnis jenius nan tampan yang sedang diburu musuh misterius. Aris langsung terobsesi dan merekrut, apa yang terjadi di kehidupan lina Bersiaplah mengikuti drama komedi supranatural ini.lerstgooo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7-setelah Badai

​Lina menatap sekeliling. Kantor CEO Aris, yang semula mewah dan minimalis, kini terlihat seperti lokasi penembakan film aksi. Patung seni terbalik, meja kaca retak, dan sisa-sisa gipsum dari dua penyerang yang ia dorong tadi malam berserakan. Semuanya adalah akibat dari energi kinetik murni Lina.

​Di sofa, Aris perlahan membuka mata, berusaha bangkit. Tubuhnya terasa sakit setelah menahan tembakan bius drone.

​Lina buru-buru mendekat, perasaannya diliputi rasa bersalah yang menusuk. “Anda baik-baik saja? Saya… saya membuat Anda terluka.”

​Aris tersenyum lemah. Ia mencoba meraih lengan Lina, tetapi gerakannya lambat. Kerapuhan Aris saat itu terasa sangat nyata, melucuti image CEO-nya yang sombong.

​“Aku baik-baik saja, Lina. Hanya efek samping tembakan bius. Kau melindungiku, dan itu yang terpenting.” Aris memegang tangan Lina dengan cengkeraman yang hangat. “Kau mempertaruhkan dirimu. Terima kasih.”

​Momen itu hening, dipenuhi chemistry yang kuat. Lina menarik tangannya perlahan, tetapi kehangatan dari sentuhan Aris masih terasa.

​“Kita harus membersihkan ini. Sebelum pagi,” kata Lina, mengalihkan fokus dari keintiman yang canggung itu.

​“Tidak perlu,” Aris menggeleng. “Ini semua sudah diasuransikan. Dan saya sudah menelepon tim pembersih yang terpercaya—mereka akan mengira ini adalah ulah penyusup biasa, bukan akibat gadis ajaib yang menerbangkan perabotan.”

​Aris mencoba bangkit sepenuhnya. Ia terhuyung. Lina refleks melangkah dan menopang lengan Aris.

​“Jangan memaksakan diri, Tuan Aris. Biar saya yang menopang Anda. Itu termasuk dalam Kontrak Bodyguard.” Lina merasakan tubuh Aris yang berat dan hangat bersandar padanya. Jantung Lina berdebar tak karuan. Ini adalah kontak fisik yang diperlukan dalam kondisi darurat perlindungan, ia meyakinkan dirinya sendiri.

​“Aku tidak menyangka bodyguard-ku juga berfungsi sebagai tongkat penopang yang cantik,” Aris berbisik, kembali ke mode teasing yang ia kuasai.

​“Dan saya tidak menyangka CEO sekaya Anda tidak bisa membeli tongkat penopang,” balas Lina, mencoba mengimbangi teasing itu.

​Mereka meninggalkan Phoenix Tech sebelum matahari terbit, mobil Aris melaju pelan.

​II. Menyembunyikan Rahasia di Depan Keluarga

​Pagi harinya, Lina harus pulang sebentar untuk mengambil pakaian dan menenangkan Rio serta Nenek yang pasti sudah panik.

​Aris mengantar Lina sampai gerbang, meskipun ia masih terlihat sedikit pincang.

​“Ingat, tidak ada detail tentang penyergapan. Katakan saja itu adalah rapat semalaman yang membosankan,” Aris mengingatkan, menatap mata Lina. “Dan tentang ini…” Aris menunjuk luka memar di lengannya. “Katakan aku jatuh dari tangga saat mengejar Rio.”

​Lina memutar mata. “Ide yang bagus, Tuan Aris. Rio akan bangga.”

​Saat Lina masuk, ia disambut oleh Nenek dan Ibu yang berdiri di ruang tamu, dan Rio yang berlari dari dapur, masih dengan helm proyeknya.

​“Lina! Kau baik-baik saja? Kau tidak pulang semalaman!” Rio memeriksa Lina dari ujung kepala hingga ujung kaki.

​“Aku baik-baik saja, Rio. Ada rapat darurat semalam,” Lina berbohong dengan lancar.

​Nenek menatap Lina tajam. “Aku tidak merasakan gejolak energi apa pun di sini, tapi aku merasakan kebohongan di matamu, Lina.”

​“Nenek…”

​“Di mana Aris?” tanya Ibu, penasaran.

​Lina menunjuk ke luar, di mana Aris sedang bersandar di mobil sportnya, melambaikan tangan dengan senyum menawan—meskipun sedikit memudar karena rasa sakit.

​Rio melihat luka memar di lengan Aris. “Wow! Dia terluka! Siapa yang menyerangmu, Tuan Aris?!”

​Aris tersenyum pahit. “Ah, ini? Tadi malam saya mencoba mengejar Rio karena dia mencuri remote TV saya. Saya terjatuh dari tangga. Rio sangat cepat.”

​Rio terkejut, lalu wajahnya bersinar bangga. Komedi situasi itu berhasil menutupi bahaya sesungguhnya.

​Nenek menghela napas, lega karena setidaknya tidak ada bencana kinetik baru. “Baiklah. Ambil pakaianmu dan cepat kembali. Dan kau, Tuan Aris, jangan mengganggu Rio lagi!”

​Lina buru-buru mengepak barang, tetapi saat ia keluar, sebuah mobil polisi berhenti di seberang jalan. Detektif Dika keluar dari mobil.

​Dika berjalan cepat menghampiri Lina dan Aris. Wajahnya dipenuhi amarah dan kecurigaan.

​“Lina! Kau menginap di tempatnya?!” Dika menuntut, matanya hanya terfokus pada Lina, mengabaikan Aris.

​Lina merasakan pressure yang mengerikan. Emosinya ditarik antara melindungi rahasia dan membela diri.

​“Dika, ini urusan pekerjaan! Aku magang di kantor, dan jam kerjanya panjang!” Lina membela diri, nadanya sedikit terlalu tinggi.

​Dika menunjuk Aris. “Aku tahu tentang serangan di Phoenix Tech pagi tadi! Ada laporan tentang kerusakan besar dan gipsum yang hancur di lantai 10! Apa yang kau lakukan di sana?!”

​Aris, yang kini berdiri tegak di sebelah Lina, membalas tatapan Dika dengan dingin. “Itu ulah penyusup, Detektif. Dan asisten magang saya membantu saya melarikan diri.”

​Dika mengabaikan Aris dan menatap Lina dengan tatapan yang sangat menyakitkan. Kecurigaan dan kekecewaan Dika terasa nyata.

​“Kau berbohong, Lina. Aku mengenalmu! Kau tidak mungkin terlibat dalam kekacauan sebesar itu!” Dika berteriak. “Kenapa kau melindungi pria ini?”

​Lina merasa hatinya dicubit. Ia tahu Dika peduli, tapi ia juga tahu Dika meremehkan kekuatannya. "Aku tidak berbohong, Dika. Aku tidak rapuh! Aku bisa melindungi diriku sendiri dan pekerjaanku!"

​Aris mengambil kesempatan itu. Ia melangkah maju, meletakkan tangan di bahu Lina dan menariknya sedikit lebih dekat ke dirinya. Sentuhan itu bukan hanya protektif, tetapi juga posesif.

​“Detektif Dika, sudah cukup. Asisten saya sedang stres. Jika Anda terus mengganggu kami, saya akan mengajukan tuntutan. Urusan kerusakan itu sedang ditangani oleh tim keamanan saya,” Aris berkata dengan nada CEO-nya yang paling mengancam.

​Dika menatap tangan Aris di bahu Lina. Cemburunya meledak. Ia meninju tiang lampu di dekatnya. “Kau akan menyesalinya, Aris!”

​Dika pergi, meninggalkan Lina dan Aris dalam keheningan yang tegang.

​Saat mobil Aris melaju menjauh, Lina bersandar ke jok, air matanya menetes.

​“Kenapa dia harus percaya aku rapuh? Kenapa dia tidak percaya aku bisa melindungi diriku?” Lina menangis pelan, emosi yang tertahan dari malam sebelumnya akhirnya pecah.

​Aris mematikan mesin mobil di pinggir jalan. Ia tidak bicara. Ia hanya meraih tangan Lina dan memegangnya erat-erat. Sentuhan itu tulus, tanpa teasing.

​“Dia tidak percaya kekuatan yang tidak bisa ia lihat, Lina. Tapi aku melihatnya. Aku melihat kekuatanmu yang menghancurkan dan hatimu yang rapuh,” bisik Aris.

​Lina mendongak, menatap mata Aris. Aris menarik tangannya dari Lina, lalu menyentuh pipi Lina dengan ibu jarinya, mengusap air mata Lina dengan sangat lembut.

​“Jangan menangis. Kau kuat. Dan mulai sekarang, aku adalah orang yang akan membuktikan pada dunia betapa kuatnya dirimu,” janji Aris, suaranya mengandung janji dan chemistry yang dalam.

​Lina merasakan sensasi aneh. Di tengah semua kebohongan dan bahaya, Aris adalah satu-satunya yang melihat dan menerima dirinya seutuhnya—termasuk kekuatan liarnya.

​“Kita harus menemukan penyerang itu, Lina,” kata Aris, menarik kembali tangannya, menjaga jarak. “Mereka mengincar chip kuantum. Itu adalah kunci menuju teknologi yang bisa menghancurkan dunia. Aku tidak peduli dengan uang, Lina. Aku peduli dengan keseimbangan. Dan kau adalah satu-satunya yang bisa menjamin itu.”

​Lina mengangguk. Komitmen mereka kini bukan hanya kontrak kerja, tetapi kontrak hati yang terikat oleh bahaya. Mereka harus beraksi.

​“Baik. Apa rencana kita, Tuan Aris?”

​“Rencana kita adalah: kau menguasai Kontrol Kinetik Total di dalam penthouse saya. Dan aku akan mencari tahu siapa yang membiayai musuh kita. Mulai sekarang, setiap gerakan kita harus sempurna. Dan ingat, tidak ada lagi tangisan rapuh.” Aris tersenyum, senyum yang mematikan dan membuat Lina bertekad.

​Mereka kembali ke jalan, perang baru saja dimulai, dan Lina sadar, ia mulai jatuh hati pada CEO yang sangat berbahaya ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!