Arkan Bagaskara seorang duda yang dijodohkan dengan seorang mahasiswanya yang hobi membuat masalah dikelasnya. Arkan merasa diumurnya yang cukup matang menjalin hubungan dengan Febriana Indriana adalah hal yang sulit, dia ingin hubungan yang serius bukan seperti anak remaja yang baru jatuh cinta. Apalagi sifat kekanak-kanakan dan memberontak yang Febri miliki membuat kepalanya sakit. Tapi mau bagaimana lagi keluarganya memiliki hutang budi dengan keluarga Febri dan mau tak mau Arkan harus menikahi Febri. Namun apakah semua berjalan Lancar disaat Febri jatuh Cinta dengan pria yang lebih muda darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
BAB 11
RENO STRATEGY
Dikau berdiri di depan rumah Febri ragu, ia juga membawa kue brownies untuk keluarga Febri. Tapi dia tadi sudah berjanji pada Febri akan datang, Dikau menghela napas kemudian menekan tombol Bel rumah Febri. Pintu terbuka, muncul sosok pria paruh baya tang Dikau yakini ayah Febri yang tadi siang berkenalan dengannya. pria itu Nampak lebih santai dengan baju rumahan yang di pakainya.
"Assalamualaikum om" sapa dikau ramah.
"Waalaikumsalam, ayo masuk"
"Iya om," Dikau mengikuti Reno masuk ke dalam rumah, rumah yang mewah dan indah. Febri pasti merupakan orang kaya, tebak Dikau melihat rumah ini.
"Sini duduk di samping saya." Tawar Reno.
Dikau menurut ketika Reno menyuruhnya duduk di sampingnya, mereka mengobrol-ngobrol sembari menunggu Febri datang. Dikau juga memberikan kue yang tadi ia beri ke Ibu Febri dan disambut senang. Dikau kira ia tidak akan diterima baik di keluarga ini ternyata perkiraannya salah, mereka terbuka dan baik bahkan ibu nya Febri membuatkan nya minum untuk nya.
"Kak Dikau sudah datang," Febri dengan baju santai masih saja Nampak cantik, hanya dengan blouse biru panjang selutut dan celana hitam panjang serta kerudung terusan berwarna putih. Hati Dikau berdebar melihat nya.
Febri ikut bergabung duduk bersama mereka, ia senang sekali melihat Dikau datang. pria itu menepati janji nya tidak hanya asal bicara. Apa Dikau mau yak jika diajak serius? Febri cekikikan tidak jelas, dan itu tak lepas dari pengamatan orang-orang di sana.
"Febri kamu kenapa? Kamu sakit?" Yanya Reno melihat tingkah aneh anaknya mala mini. Putrinya benar-benar seperti remaja labil yang baru saja merasakan jatuh cinta. Reno mendesah dalam hati.
"Enggak kok ayah." Jawab Febri.
"Adrian mana mah," tanya Febri ketika ia baru sadar jika adik kecilnya yang masih berumur 5 tahun tidak ada, biasanya adek nya itu akan berlari-lari keliling ruang tamu sambil menonton Televisi.
"Adrian sama saya," Suara berat itu menghentikan keramaian, membuat suasana hening, kecuali celoteh Abimanyu yang sangat senang berada di gendongan Arkan.
Febri langsung melotot mendengar suara itu. hampir saja ia berteriak histeris melihat sosok pria yang sangat dibencinya itu. Pak Arkan dengan mengenakan kemeja dan celana hitam panjang sedang menggendong adiknya Adrian yang nampaknya suka sekali dengan Pak Arkan.
"Pak Arkan kenapa bisa disini?" tanya Febri.
"Ayahmu mengundang saya makan malam." Arkan mengucapkan itu dengan nada datar seolah ia tidak tahu apa-apa dan tidak punya salah apa-apa.
"Om, Abi mau minum," ucap Abimanyu membuat Arkan mengalihkan perhatiannya. Lalu pergi meninggalkan mereka.
Febri menatap ayahnya jengah, namun ketika ia mendapati pandangan dikau yang seolah bingung apa yang terjadi, Febri hanya bisa tersenyum manis. Ia juga bingung, ayahnya terlihat sangat dengan rencananya yang berhasil menghancurkan rencana Febri. Febri menghela napas kesal.
"Semuanya kita makan malam dulu, ayo nak Dikau," Risa datang ke ruang tamu dan menyuruh mereka ke ruang makan setelah selesai menyiapkan makan malam untuk mereka, karena hari ini rumahnya ramai sekali.
"Iya tante."
Mereka duduk di meja makan, Arkan masih saja menempel dengan adiknya. Dihadapannya sekarang ia bisa melihat Arkan dan Dikau yang duduk bersampingan, terlihat ada aura aneh di antara mereka berdua. Dikau merasa aneh dengan kehadiran Arkan di rumah Febri. Kenapa salah satu dosen Universitasnya berkunjung ke rumah mahasiswanya malam-malam apalagi dengan alasan makan malam membuat Dikau curiga ada hubungan diantara Arkan dan Febri. Dikau menghela napas, ia harus memperjuangkan Febri selama tidak ada yang bisa menghentikannya, Dikau mulai bertekad.
Febri merasa malam ini seperti bencana dalam hidupnya, padahal tadi ia sudah membayangkan akan menjadi hari terindah bisa bersama pria yang ia suka namun malamnya untuk berduaan dengan Dikau hancur sudah dengan kehadiran pria tua itu. febri mengutuk Arkan berkali-kali dalam hatinya.
Tapi anehnya Dikau dan Arkan seolah-olah mencari perhatian ayahnya mereka membicarakan persoalan bisnis, politik hingga sepak bola. Hal yang membuat Febri pening, dan kedua pria itu malah mencuekinya. Febri tersenyum kecut, lagi pula untuk apa Pak Arkan di sini, apa hanya untuk numpang makan malam. Febri menatap tajam Arkan, ternyata Arkan menyadari tatapannya, bahkan Arkan menatapnya tidak kalah tajam membuat Febri menundukan pandangan karena takut.
"Febri, ini buat kamu." Ujar Dikau memberikan Febri sebuah hadiah yang terbungkus kado. Dikau memberikan itu setelah makan malam selesai, Febri mengantar Dikau keluar setelah berpamit pada ayahnya.
"Ini apa kak?" tanya Febri penasaran, senyum dan rona dipipinya melukis wajah cantiknya.
Dikau mengusap kepala Febri pelan, kemudian dia menatap Febri ramah.
"Buka nanti saja saat kamu mau tidur." Ucap Dikau Lembut, tadi ia sengaja mampir ke toko sebentar memberikan hadiah untuk Febri. Ia ingin Febri tida canggung padanya, dan Dikau membelikan itu untuk menyenangkan hati Febri sekaligus meluluhkan. Agar Dikau meninggalkan kesan pertama yang indah buat Febri.
"Kenapa ngak sekarang aja." Protes Febri.
"Nanti malam saja, karena agar ketika kamu tidur hanya aku orang pertama yang kamu impikan." Febri merona mendengarnya. Dikau memang selalu bisa membuatnya berdebar tanpa sebab.
"Terimakasih untuk makan malamnya." Dikau lalu pamit meninggalkan Febri yang tersenyum melihat kepergian Dikau. Febri tidak henti-hentinya memeluk hadiah yang diberikan Dikau.
Febri berjalan, tanpa sadar ia menabrak seseorang. Ia mendongak mendapati Pak Arkan mengamatinya Intens. Febri tidak suka dengan tatapan itu.
"Minggir," ucap Febri.
"Tidak sopan dengan pria yang lebih tua."
"Permisi Pak Arkan." Ujar Febri kesal, Arka terkikik melihat Febri merajuk. Febri mendengus kesal kenapa harus ada pria bernama Arkan yang membuat hidupnya Rumit dan menderita. Pria yang suka mengacaukan mimpi indahnya.
"Cielah yang dapet Hadiah." Arkan melirik kado itu tajam, ia tahu pasti itu kado dari anak bau kencur itu, ia kalah start lagi.
"Bukan urusan anda." Ujar Febri kesal
Febri ingin pergi, namun Arkan menghadang setiap langkahnya. Membuat Febri kesal, ia menatap Arkan jengah.
"Berhenti mengikuti langkah saya," Febri menarik napasnya yang memburu kelelahan karena ia tidak berhasil pergi dari hadapan Arkan.
"Bapak mau apaasih,"
"Aku Cuma mau ini."
Arkan mengecup kening Febri lembut, kemudian ia pergi meninggalkan Febri yang termenung diam seperti patung ketika mendapatkan ciuman tak terduga dari Arkan. Ketika sadar ia baru saja di cium oleh pria itu.
Febri langsung menjerit "ARHGGH" Kemudian ia membalikkan badan menghadap Arkan yang akan masuk ke dalam mobilnya sambil meneriakan "Berengsek,"
"Mimpi yang indah itu hadiah dari saya lebih berkesan bukan dari Dikau," Arkan tersenyum kemenangan, cih ia jadi teringat ucapan Dikau yang tadi mengatakan bahwa dialah yang akan menjadi laki-laki yang dimimpikan Febri, sekarang lihat siapa pria yang bisa membuat Febri tidak bisa tidur semalaman malam ini. arkan tersenyum misterius.
" jangan lupa mimpikan saya."
"Dalam MIMPIMU," Balas Febri Sengit, ia menatap Arkan dengan luapan penuh kebencian saat ini.
Arkan menaikan alis tidak peduli, lalu Arkan masuk ke dalam mobilnya lalu pamit meninggalkan Febri yang bersungut-sungut dengan kegilaan Arkan. Arkan yakin malam ini Febri akan terus memikirkannya dan melupakan pria itu.
mohon maaf kak author cantik
batuk nih dudanya meresahkan