NovelToon NovelToon
(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

(Batas Tipis) CINTA & PROFESI

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cintapertama
Popularitas:337
Nilai: 5
Nama Author: Penasigembul

Dorongan kuat yang diberikan sepupunya berhasil membuat Marvin, pria dengan luka yang terus berusaha di kuburnya melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang praktek seorang Psikolog muda. Kedatangannya ke dalam ruang praktek Bianca mampu membuat wanita muda itu mengingat sosok anak laki-laki yang pernah menolongnya belasan tahun lalu. Tanpa Bianca sadari kehadiran Marvin yang penuh luka dan kabut mendung itu berhasil menjadi kunci bagi banyak pintu yang sudah dengan susah payah berusaha ia tutup.
Sesi demi sesi konsultasi dilalui oleh keduanya hingga tanpa sadar rasa ketertarikan mulai muncul satu sama lain. Marvin menyadari bahwa Bianca adalah wanita yang berhasil menjadi penenang bagi dirinya. Cerita masa lalu Marvin mampu membawa Bianca pada pusaran arus yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara keluar dari sana.
Ditengah perasaan dilema dan masalahnya sendiri mampukah Bianca memilih antara profesi dan perasaannya? apakah Marvin mampu meluluhkan wanita yang sudah menjadi candu baginya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penasigembul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Flashback

Menjelang sore hari, Marvin sedang membeli jajanan di depan gedung sekolah, bangunan yang pernah menjadi tempat adiknya, Martha menimba ilmu sebelum harus kembali ke pangkuan Allah. Matanya menangkap kejadian yang mengusik dirinya, ia melihat seorang anak perempuan yang mungkin lebih besar sedikit dari adik perempuannya sedang di bully oleh tiga anak perempuan lainnya. Marvin melihat salah satu anak perempuan sedang mendorong anak perempuan yang berdiri di hadapannya dengan wajah tertunduk sampai akhirnya dorongan itu menyebabkan anak perempuan yang hanya menunduk itu terjatuh. Marvin yang melihat hal itu melangkah menghampiri anak-anak itu.

Marvin dengan cepat membantu anak perempuan yang terjatuh itu dan menatap tiga anak perempuan lainnya yang sudah berdiri berdekatan dan saling menyenggol satu sama lain. “itu siapa, Cia?” tanya anak perempuan yang berdiri di sebelah kanan sambil berbisik sangat pelan namun masih dapat di dengar oleh Marvin. Anak perempuan yang dipanggil Cia tidak menjawab hanya menggeleng menandakan ia juga tidak tahu siapa kakak berseragam SMP yang ada dihadapan mereka, seragam yang mereka ketahui bukan dari sekolah yang sama dengan mereka.

“jangan ganggu adikku, Berhenti membully, kalian sekolah buat belajar bukan membully teman.” Ucapan Marvin terlontar begitu saja ada nada kesal disana. Ketiga anak perempuan itu hanya menunduk dan mencicitkan kata iya secara bersamaan. Walaupun semuanya merasa heran karena seisi sekolah tahu bahwa Bianca tidak memiliki kakak atau adik karena dia anak tunggal.

“kamu engga apa-apa?” tanya Marvin sambil berjongkok di hadapan Bianca yang masih terduduk di aspal setelah didorong oleh temannya. Bianca hanya menggeleng menandakan ia tidak apa-apa dan sebagai jawaban dari pertanyaan Marvin, “Kamu yakin?” tanya Marvin lagi yang langsung dijawab dengan anggukkan cepat.

“Terima kasih, Kak.” Ujar Bianca yang masih menundukkan kepalanya, enggan menatap siapapun yang berada di hadapannya. Kejadian barusan membuatnya tidak ingin melanjutkan interaksi dengan siapapun saat ini.

“Sama-sama,lain kali jangan diem aja kalau di bully, kamu harus berani lawan.” Balas Marvin sambil memberikan nasihat layaknya seorang kakak kepada adiknya. Sejak kehilangan Martha karena keteledorannya, ia paling tidak bisa melihat anak perempuan di bully atau dalam masalah sendirian. Entah dorongan dari mana Marvin melepaskan gantungan kunci kesayangannya dan berniat menyerahkan pada anak perempuan di depannya sebagai simbol perkenalkan dan bentuk menyemangati anak itu.

Melihat tidak ada respon dari lawan bicaranya, Marvin hanya meletakkan gantungan itu di dekat Bianca dan bangkit berdiri.

“Aku duluan ya.” Bianca hanya mengangguk samar, tanpa merubah posisinya yang masih duduk di aspal dengan kepala tertunduk. Perlahan Bianca dapat melihat langkah kaki anak laki-laki yang menolongnya mulai berjalan menjauh.

Bianca melirik gantungan boneka yang tadi diberikan oleh anak laki-laki yang menolongnya, dengan gerakan perlahan ia meraih boneka itu dan dengan ragu mengangkat kepalanya mencari sosok anak laki-laki yang menolongnya tapi sosok yang dicari sudah menghilang.

Flashback off

*

Semalaman Marvin hanya memikirkan tentang penemuannya di ruang konsultasi Bianca, mulai dari gantungan boneka yang diyakini sebagai miliknya dan foto Bianca kecil yang sangat mirip dengan anak perempuan yang pernah dibantunya dulu. Penemuan itu berhasil mengalihkan pikirannya dari semua rasa cemas yang menggerogotinya sejak kemarin.

Pertemuan dengan anak perempuan yang dibantunya belasan tahun lalu tidak pernah luput dari ingatannya, anak perempuan yang sejak pertama kali dilihatnya mampu menariknya seperti magnet untuk menghampiri dan mengenalnya lebih jauh, sayang ternyata hari itu menjadi pertemuan pertama dan terakhirnya karena Marvin harus pindah ke kota lain.

Marvin tiba di kantor dengan terus memikirkan dan mencocokkan Bianca dengan anak perempuan yang masih ia harapkan bisa bertemu meski sudah melewati waktu yang panjang.

“Sabrina, tolong atur ulang jadwal saya terutama semua meeting yang saya lewatkan kemarin.” Perintah Marvin ketika ia sudah berada di hadapan sekertarisnya itu.

“Baik, Pak Marvin.” Sahut Sabrina, “Apa ada yang bapak butuhkan lagi?” tanya Sabrina lagi sebelum Marvin beranjak dari tempatnya.

“Tolong minta Pak Saka untuk menemui saya.” Ujar Marvin setelah berpikir sejenak kemudian melangkah masuk ke ruangannya.

Tidak butuh waktu lama untuk Saka menemui Marvin, “kenapa cari gue?” tanya Saka ketika masuk ke dalam ruangan sepupunya.

“Bantu gue cari tau tentang Anindia Bianca Maheswari.” Tanpa basa basi, Marvin mengutarakan perintahnya. Saka cukup terkejut mendengar nama yang disebut oleh Marvin, nama yang cukup mengusik hatinya.

“Kau mengenalnya?” tanya Saka menyembunyikan keterkejutannya.

“Dia psikolog yang mendampingi gue.” Jawab Marvin apa adanya tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.

“terus untuk apa di cari tahu?” tanya Saka lagi, rasa penasaran dalam dirinya cukup besar, untuk apa Marvin mencari tahu tentang wanita yang sudah ia ketahui sebagai psikolognya, ada rasa panas yang menjalar di hati Saka. Bianca adalah wanita yang menarik hatinya ketika kuliah dulu, meski berbeda tingkat, Wanita itu salah satu junior di Fakultas Bisnis yang sangat menarik.

“Lakukan aja, Ka.” Sahut Marvin yang merasa Saka terlalu banyak tanya, hal yang tidak pernah Saka lakukan, biasanya ia hanya akan melakukan apapun permintaan Marvin tanpa banyak tanya sampai sepupunya mau bercerita sendiri.

Akhirnya Saka menganggukkan kepala menuruti perintah Marvin. Meskipun ia sepupunya tapi bos besar di perusahaan ini hanyalah Arkana Marvin Dirgantara.

Saka mengurungkan niatnya untuk menceritakan kalau dirinya mengenal Bianca, ia memutuskan untuk mengetahui terlebih dulu apa motif Marvin mencari tahu tentang wanita itu. Hal yang lebih mengejutkan Saka adalah Bianca sudah menjadi seorang Psikolog dan menjadi Psikolog yang mendampingi sepupunya. Ia pikir wanita itu akan meneruskan perusahaan keluarganya seperti yang ia ceritakan kepada Saka dulu.

“Ada lagi yang bisa gue bantu?” tanya Saka menatap sepupunya. Marvin menutup laptop dan merapikan dokumen yang sudah selesai ia pelajari.

“Temenin gue ke rumah sakit.” Balas Marvin merespon Saka, ia bangkit berdiri sambil membawa sebuah map berisi dokumen yang sudah selesai ia kerjakan. Saka hanya melongo melihat sepupunya sudah melangkah keluar dari ruangannya. Dengan segera Saka menyusul Marvin yang sudah berada di meja Sabrina.

“Saya akan keluar dan akan langsung pulang. Jika ada dokumen mendesak, kamu kirim saja ke apartemen.” Ujar Marvin kepada Sabrina sambil menyerahkan map yang tadi ia bawa dari ruangannya. Sabrina mengambil Map itu dan mengangguk.

“Untuk meeting dengan direksi apakah bisa saya jadwalkan besok pagi, Pak Marvin?” tanya Sabrina, meeting ini sudah dua kali digeser karena Marvin yang tiba-tiba meninggalkan kantor. Marvin mengangguk menanggapi pertanyaan Sabrina dan meninggalkannya.

“Lu beneran mau ke rumah sakit?” tanya Saka memastikan ketika keduanya sudah berada di dalam mobil. Marvin mengangguk tanpa mengurangi fokus pada jalanan di depannya. “Kesambet apa?” tanya Saka lagi.

Marvin melirik Saka sekilas, “tidak ada, hanya mau liat bokap, tetap dalam jarak aman.” Sahut Marvin kemudian. Ia sudah memikirkan hal ini setelah meninggalkan ruangan Bianca kemarin, tidak ada salahnya hanya melihat asalkan tidak ada interaksi yang membuat dadanya sesak.

Saka hanya tersenyum tipis, meski masih ada keraguan dalam hatinya setidaknya sepupunya sudah mengambil langkah baru untuk saat ini, mendobrak ketidaknyamanannya.

Setiba di rumah sakit dan memastikan tidak ada Febi disana, Marvin meminta seorang perawat membuka tirai pada kaca besar yang menjadi akses untuknya melihat Anton.

Marvin berdiri, menunggu tirai itu secara perlahan terbuka dan memperlihatkan Anton yang sedang memejamkan mata, posisinya setengah duduk, menandakan ia tidak sedang tertidur.

Perawat menghampirinya dan memberitahu ada keluarga yang datang untuk menjenguknya, Anton melihat ke arah kaca besar yang memperlihatkan putranya di luar sana, pria itu tersenyum mendapati orang yang selama ini ditunggu dan dirindukannya ada di hadapannya.

Marvin membalas senyum Anton dengan senyum yang sangat tipis tapi dapat ditangkap oleh indera penglihatan Anton.

“terima kasih, nak.” Ucap Anton dengan gerakkan bibir yang terbaca oleh Marvin, pemuda itu hanya mengangguk masih dengan senyum tipisnya, meski ada gemuruh dalam dadanya tapi ia berusaha meredamnya, seperti kata Intan, ini semua untuk papanya dan supaya tidak ada penyesalan di waktu mendatang.

*

Sejak kembali dari rumah sakit, Marvin memutuskan untuk langsung masuk ke kamarnya dan memilih untuk beristirahat. Pertemuan singkat dengan Anton mampu mengobati rasa rindu dalam dirinya yang selalu ia kubur dalam-dalam.

Saka pun memutuskan kembali ke kamarnya tapi sudah lebih dari satu jam matanya enggan terpejam. Pikirannya berkelana ketika sore tadi nama yang sudah lama berusaha ia lupakan terdengar lagi. Anindia Bianca Maheswari, wanita yang pernah ia kejar semasa kuliah. Saka terus bertanya untuk apa Marvin mencari tahu tentang wanita itu. Rasanya tidak mungkin kalau hanya karena Bianca menjadi Psikolognya.

Saka memejamkan matanya, ingatannya melayang ketika ia masih mengejar wanita yang memiliki wajah teduh dan tenang itu. satu-satunya wanita yang berhasil membuat dia tergila-gila. Ternyata wanita itu tidak jauh darinya sekarang.

“Maaf Ka Saka, untuk saat ini aku belum bisa.” Jawaban Bianca kala itu kembali terngiang ketika wanita itu menolak dirinya. Bianca tidak pernah mengatakan dengan jelas apa alasannya menolak seorang Saka Dirgantara, yang menjadi idaman seisi wanita kampus saat itu.

Saka bangun dari posisi tidurnya, mengambil ponsel dan rokoknya sebelum melangkah keluar kamar, menuju mini bar yang ada di penthouse itu.

Ia membakar sebatang rokok dan menghisapnya dalam sebelum akhirnya menghembuskan asapnya. Tangan kanannya bergerak di layar ponselnya, mencari kontak seseorang yang akan membantunya melakukan permintaan Marvin.

“Cari tau tentang Anindia Bianca Maheswari.” Ujar Saka ketika telepon sudah tersambung. Saka menunggu respon orang di seberang telepon sebelum suaranya kembali terdengar, “semuanya termasuk keluarga dan masa kecilnya.”

“oh iya, satu lagi, lakukan dengan cepat dan berikan padaku besok.”ucap Saka sebelum akhirnya memutus sambungan telepon setelah menyampaikan perintahnya. Ia kembali menghisap rokoknya sambil mencari Bianca dalam pencarian sosial media.

1
Tít láo
Aku udah baca beberapa cerita disini, tapi ini yang paling bikin saya excited!
Michael
aku mendukung karya penulis baru, semangat kakak 👍
Gbi Clavijo🌙
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!