Entah wanita dari mana yang di ambil kakak ku sebagai calon istrinya, aroma tubuh dan mulutnya sungguh sangat berbeda dari manusia normal. Bahkan, yang lebih gongnya hanya aku satu-satunya yang bisa mencium aroma itu. Lama-lama bisa mati berdiri kalau seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika komalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengancam
Mbak Sinta seketika membelalakkan matanya, mungkin dia tidak menyangka aku bisa tau tentang makhluk itu.
"siapa yang memberitahukan mu tentang makhluk itu Laras?" ucapnya setengah berbisik.
" tidak ada, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
" kau jangan bohong Laras, ini tidak bercanda "ketusnya.
" apa kau melihat, di wajahku ada tanda-tanda bercanda? Tidakkan, dan yang ku katakan ini semuanya real."
Mbak Sinta seketika terdiam, setelah beberapa saat dia memindai tubuhku dari atas hingga bawah, senyum menyeramkan menghiasi bibirnya bahkan dari atas hingga bawah.
"tidak usah ikut campur Laras, ini bukan urusan mu." ucapnya.
Aku yang sudah kepalang tanggung membalas tatapan nya, tersenyum tipis bahkan aku tak segan-segan menatap nya dari dari atas hingga bawah.
"kalian yang mulai, mengapa menyuruhku untuk tidak ikut campur. Lepaskan mas Rama, maka aku akan dengan senang hati akan melupakan semuanya."
Bukannya sadar mbak Sinta malah tertawa terbahak-bahak. Aroma mulut nya membuatku ingin menonjok saja.
"Abangmu itu sudah cinta mati denganku Laras, lagian dia sudah terikat dengan kami. Kau tidak akan bisa merebut nya dariku." ucapnya dengan tatapan sinis nya.
Sesak rasanya dada ini, sebisa mungkin ku kontrol emosiku. Jangan sampai kami beradu otot di sini.
"kenapa kau diam? Takut ya?" ucap mbak Sinta lagi.
" tidak ada kata takut dalam kamus ku sialan, aku hanya tengah memikirkan mana yang harus ku bunuh duluan. Kau, ibumu atau siluman itu." ucapku sembari menyeringai.
Tampak dia terkejut mendengar ucapan ku, sampai beberapa kalian dia mengedipkan mata.
"bagaimana, apa kau ingin duluan ku bunuh? Hmmm, sepertinya itu ide yang bagus."
Mbak Sinta langsung bergegas pergi meninggalkan ku, sepertinya dia ketakutan melihat ke nekatan ku tersebut. Padahal aslinya aku juga takut.
Sejenak aku terdiam, astaga Laras ayo berpikir, kau harus punya partner untuk melawan mereka.Tidak mungkin juga ibu ku gandeng, tidak-tidak aku tidak mau ibu kenapa-kenapa.
Oh, ya ampun. Memikirkan nya saja aku sudah pusing. Segera ku lap tangan ini dan menyusul mereka semua di depan.
Namun siapa sangka saat aku sudah tiba di teras aku di kejutkan dengan kedatangan teman satu sekolah ku dulu. Tidak terlalu akrab sih, tapi kira-kira ada apa ya dia datang ke sini.
"hai Laras!" ucapnya seraya tersenyum.
" hai, tumben ke sini. Ada apa?" tanyaku to the point. Sebenarnya aku agak bingung kenapa si Galuh ini tiba-tiba muncul di rumah.
Ya perempuan itu adalah Galuh, teman SD tapi aku juga tidak terlalu akrab. Bisa di bilang kami jarang berbicara bahkan tidak pernah sama sekali.
"bisa temani aku ke rumah saudara ku? Enggak jauh kok, rumahnya dekat danau. Aku mau kesana gak enak sendirian."
" saudara mu yang mana? Bukannya kau anak tunggal? "
" anak bibi ku loh Laras, aku malu jika bertemu sendirian di sana." alasannya.
Hmmm, gak ada salahnya aku ikut ya kan. Buang suntuk. Tampak mbak Sinta tersenyum tipis seolah berkata pergi sana, bila perlu jangan kembali. Dasar setan.
Setelah berpamitan akhirnya kami berdua pergi, niat awal kami ingin naik motor tapi kata Galuh jangan jalan kaki aja sekalian melihat alam sekitar.
Sepuluh menit berlalu akhirnya kami sudah tiba di tepian danau, cukup sejuk bahkan angin sepoi-sepoi tengah memainkan anak rambutku.
"berhati-hatilah Laras." ucap Galuh tiba-tiba yang langsung membuatku mendongak dan mengerenyitkan dahi.
Galuh langsung mengajakku duduk, di tatapnya danau yang sedikit pengunjung tersebut. Sementara aku masih diam, mencoba menerka ke mana arah bicara Galuh ini.
"kau dalam bahaya Laras." ucapnya lagi.
"maksudmu?"
" Iparmu Laras, dia bersekutu dengan iblis."
Mataku seketika membulat, dari mana Galuh tau kalau mbak Sinta dan keluarganya bersekutu dengan iblis. Sementara aku tidak pernah bicara dengan siapapun.
"kau tau dari mana?" ucap ku mencoba mengorek informasi.
"sudah sejak lama Laras, bahkan saat pernikahan mas Rama kemarin aku juga ada di sana."
Hening, tak ada yang berkata apapun semuanya sibuk dengan isi pikiran masing-masing. Lalu ku tatap, sekelebat ada rasa benci di hati ini. Jika dia sudah tau mengapa tak memberitahu ku.
"jika kau sudah tau, mengapa diam saja." ketusku.
Dia sejenak membuang nafas, kemudian melempar krikil yang ada di genggaman tangannya. Entah sejak kapan krikil itu ada di tangannya, bisa-bisanya aku tidak tau.
"aku tidak berani Laras, makhluk itu sudah tau keberadaan ku."
" maksud mu makhluk berkepala lele bertubuh katak itu?" ucapku agak terkejut.
" benar, dia selalu mengawasi ku Laras, itulah mengapa aku tak berani mengatakan nya padamu." jawabnya dengan tatapan sedih.
" tapi, sekarang kau berani mengatakan nya padaku, apa bedanya?" pertanyaan besar dalam benakku, agak bingung aku di buatnya.
"itu karena sewaktu pernikahan mas Rama aku menguping pembicaraan mu dengan Bowo, aku kira kau tidak tau perihal makhluk itu. Setelah ku tau maka sekarang aku berani mengatakan nya padamu. Setidaknya kau punya teman untuk melawan makhluk iblis itu."
Gak salah nih, galih mau membantuku membunuh iblis itu. Jadi curiga, jangan-jangan ada udang di balik bakwan lagi.
"jauhkan pikiran buruk itu dari kepala mu Laras, kau kira aku tidak tau kau mengumpat ku!" ketusnya.
Aku tersenyum, dasar Galuh. Tenyata rumor yang beredar dulu benar adanya, dia bisa membaca pikiran orang.
"Kau ini berprasangka buruk saja. Sekarang katakan apa motif mu membantuku membunuh makhluk itu."
" Tidak ada, aku hanya kasihan padamu saja."
" benarkah? Bukan karena mas Rama?" ucapku sembari manaikturunkan alisku.
"diamlah, kau membuatku malu." cemberut nya.
" ha? Jadi benar kau menyukai kakakku. Astaga Galuh, mengapa tak bilang dari dulu. Aku kan bisa jadi Mak comblangnya."
Dia tersenyum getir lantas kembali melihat danau yang berair tenang tersebut.
"Tidak semudah itu Laras, kakakmu sudah jadi incaran wanita itu sejak dulu. Hanya saja dia baru melancarkan aksinya saat ini. Sebab itu aku ingin menyelamatkan mas Rama dari makhluk iblis dan wanita sialan itu. Sebelum mereka membawa mas Rama jauh dari kita." ucap Galuh sembari menatap ku.
" membawa mas Rama? Kemana?" kejut ku.
"ketempat dimana tak ada manusia di sana, hanya golongan mereka saja."
"jadi apa yang kita lakukan Galuh?"ucapku, jujur aku sangat takut mendengar penjelasan Galuh barusan.
"kita temui sepupuku. Dia yang akan membantu kita. Setidaknya kalau kita celaka ada dia juga."
" is kau ini, selalu saja menjebak orang." omel ku.
Dia tersenyum, ya tersenyum tulus. Ada ketulusan di sana, tampak jelas di wajah cantiknya.