'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. KHM
...~•Happy Reading•~...
Ke esokan pagi.
Belvaria terbangun karena rasa lapar. Dia langsung melihat ke samping. Hatinya lega, melihat Raymond sudah tidak ada. Tanpa menyingkirkan selimut, dia bangun perlahan dan duduk bersandar ke bantal. Dia melihat situasi dan menunggu, karena mengira Raymond sedang berada di kamar mandi.
Beberapa saat kemudian, tidak ada gerakan atau bunyi air dari dalam kamar mandi dan suasana kamar sangat sepi. Sehingga dengung AC terdengar jelas.
Belvaria ingat yang dilakukan tadi malam setelah bertengkar dengan Raymond. Dia tidur di samping Raymond yang menurutnya sudah tidur pulas.
Ketika ingat Raymond, dia ingat orang tuanya. Dia segera turun menuju kamar mandi dan mengganti pakaian tidur sebelum keluar dari kamar.
Belvaria melihat ruang tengah sambil berjalan menuju ruang makan. Deg. Hatinya berdetak kuat dan jadi kikuk melihat mertuanya sedang duduk sarapan.
"Pagi, Bu, Yah..." Belvaria menyembunyikan rasa kaget dengan tersenyum tipis, tapi justru senyumnya terlihat canggung.
"Pagi Belva... Mari sarapan. Kami sudah selesai." Ibu Raymond mengajak duduk, sambil menunjuk piring kosong di depannya. Tapi Ayah Raymond hanya diam melihatnya.
Belvaria jadi salah tingkah, karena Ayah Raymond terus melihatnya tanpa komentar. Dia makin tidak enak harus duduk sarapan di depan mertuanya. Suatu situasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Biasanya kalau bertemu mertuanya, Ayah Raymond akan menyapa dengan hangat dan ajak bicara apa saja. Terutama aktivitasnya dan Raymond. Tapi sekarang Ayahnya tidak mengajak bicara dan tidak ada Raymond untuk mencairkan suasana. Dia seakan sedang menunggu diinterogasi.
Sekarang dia benar-benar sendiri hadapi mertua, tanpa Raymond. Dia berharap ada Raymond, agar bisa mencairkan suasana. "Sarapan saja, Belva. Ngga usah tunggu Ray. Dia sudah berangkat kerja." Ibu Raymond bisa menebak rasa gelisahnya menunggu Raymond.
"Iya, Bu. Agak lelah, jadi tertidur." Belvaria berusaha mengatakan penyebab dia bangun kesiangan.
"Kalau begitu, sarapan lalu istirahat lagi.Kami mau kembali ke Surabaya." Ibu Raymond menjelaskan tanpa ditanya.
"Oh, Ibu dan Ayah sudah mau balik?" Belvaria terkejut, tapi hatinya senang. Bisa terbebas dari rasa kikuk dan tidak enak di rumah sendiri.
"Iya. Kami ke Jakarta hanya mengantar kakak iparmu periksa hamil. Sekalian ke sini lihat Ray." Belvaria merasa tersindir dengan jawaban mertuanya, bahwa kakak iparnya mau punya anak lagi.
"Kalau begitu, nanti aku antar Ibu dan Ayah ke Bandara." Belvaria berkata demikian, agar kehamilan kakak iparnya tidak dibahas lebih lanjut.
"Tidak usah, Belva. Ray sudah bilang, ada yang akan antar kami ke stasiun. Kami pulang ke Surabaya naik kereta. Kami mau mampir lihat kakak iparmu di rumah orang tuanya dulu." Ibu Raymond menjelaskan. Ayah Raymond tetap diam sambil sesekali minum air mineral dan melihat Belvaria.
"Oh. Kalau begitu, aku mau ambil sarapan." Belvaria makin tidak enak mendengar penjelasan Ibu Raymond. Dia segera berdiri ke dapur untuk minta sarapan dari Titin.
"Ayah, mengapa diam saja?" Tanya Ibu Raymond yang melihat sikap suaminya tidak seperti biasa.
"Aku lagi pikir, mau berangkat lebih pagi. Mau bertemu besan sebelum pulang." Ayah Raymond merasa ada yang tidak beres antara putranya dan Belvaria, tapi tidak mau membahas dengan istrinya.
~*
Setelah sarapan, Belvaria lebih banyak berada di dalam kamar, dengan alasan mau istirahat. Dia menunggu orang tua Raymond pulang, baru melakukan aktivitas di luar rumah. Agar tidak perlu pamit keluar rumah dari mereka.
Dia memberitahukan asistennya agar tidak datang ke rumah, sebab mereka tidak akan leluasa bicara tentang pekerjaan atau harus pamit keluar rumah dan menjelaskan kegiatannya.
"Belva, Ibu dan Ayah pamit pulang, ya." Tiba-tiba Ibu Raymond berbicara di depan pintu tanpa mengetuk.
Belvaria segera meletakan pakaian yang sedang dikeluarkan dari koper, lalu menuju pintu. "Oh, iya, Bu. Ray sudah jemput?" Belvaria segera keluar kamar untuk mengantar.
"Ray hanya kirim mobil dan sopir." Ibu Raymond menjelaskan.
"Oh, iya, Bu." Belvaria mengiyakan sambil mencari Ayah Raymond yang tidak terlihat, tapi tidak mau bertanya kepada Ibu Raymond.
Belvaria mengantar sampai ke depan rumah. "Ibu, Ayah. Hati-hati di jalan." Ucap Belvaria yang melihat Ayah mertuanya sudah menunggu di dalam mobil.
"Kau juga berhati-hati." Ucap Ayah Raymond dengan wajah serius. Sehingga Ibu Raymond yang sudah duduk di sampingnya, menepuk pelan pahanya sebagai isyarat, tenang, lalu mengangkat tangan ke arah Belvaria.
Sambil mengangkat tangan, Belvaria agak heran dengan apa yang dilakukan Raymond. Biasanya kalau sibuk dan tidak bisa mengantar orang tuanya, dia akan hubungi untuk minta tolong.
Tapi sejak pagi sampai sekarang belum ada satu pesan yang dikirim Raymond untuk menanyakan orang tuanya, atau menanyakan kegiatannya.
'Mungkin lagi sibuk.' Belvaria menepis dari pikirannya, kalau Raymond masih marah. Sebab dia tahu, Raymond tidak bisa lama marah padanya. Biasanya, sebelum hari berlalu, mereka sudah berbaikan.
Setelah mobil yang mengantar mertuanya keluar ke jalan, Belvaria menutup pintu lalu masuk kembali ke kamar untuk merapikan isi koper lalu mandi. Selesai mandi, dia menghubungi asisten untuk menyiapkan yang akan dikerjakan dan menjemput.
~*
Beberapa saat kemudian, setelah menyusun jadwal baru, Belvaria kembali beraktivitas di luar rumah. Walau sampai siang belum ada kabar dari Raymond, dia tidak memikirkan perubahan sikap Raymond. Dia sudah terbiasa membaca pesan Raymond pada saat istirahat, jadi tidak terganggu kalau belum ada pesan masuk dari Raymond.
Belvaria mengikuti berbagai acara yang ada di jadwal dan juga acara yang mendadak ditambahkan. Seperti saat ini, dia menghadiri undangan party sesama model. Sehingga hingar bingar pesta membuat Belvaria lupa dengan kejadian di rumah dan Raymond.
Setelah pesta usai lewat tengah malam, dia pulang ke rumah diantar oleh asistennya. "Belva, kalau Pak Ray sudah pulang. Hati-hati. Langsung ke kamar mandi dan mandi, semandi, mandinya...." Bisik asistennya, sebab dia tahu, Belvaria minum minuman beralkohol saat party.
"Iya'lah. Masa aku naik ke tempat tidur dalam kondisi begini. Ayo pulang. See you tomorrow..." Belvaria berkata kepada asistennya sambil menggerakan tangan, memintanya segera pulang.
Setelah asistennya meninggalkan halaman, Belvaria masuk rumah sambil berharap Raymond tidak bekerja di ruang tengah. Agar tidak ada pertanyaan yang membuat makin runyam, kalau mencium bau alkohol dan asap rokok di tubuhnya.
Belvaria merasa lega melihat Raymond tidak ada di ruang tengah. Dia segera menuju kamar dan membuka pintu perlahan, agar tidak membangunkan Raymond. Namun dia terkejut, melihat kamar dalam keadaan kosong.
Dia tidak jadi langsung ke kamar mandi, tapi mengambil ponsel. Ketika melihat tidak ada misscall dan pesan dari Raymond, dia tersentak. Dia baru menyadari, sepanjang hari Raymond tidak menghubungi dia dan sebaliknya.
Dia segera keluar kamar untuk mencari. Dia yakin, Raymond sudah pulang, karena mobilnya sudah ada di garasi.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...