NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09. BEBAS.

“Pelayan! Cepat panggil Dokter Andy!” teriak Rika panik.

Rindi tersentak mendengar jeritan itu. Ia segera berlari menuju kamar bayi, diikuti Sinta dan dua pelayan lainnya.

Begitu tiba, matanya terbelalak. Bayi itu tampak kesakitan—mulutnya berbusa, tubuhnya menegang, dan tangisnya semakin melemah.

Rika menjerit histeris sambil menarik baju Rindi dengan kasar.

“Makanan apa yang sudah kau berikan pada bayiku?! Kau meracuninya, ya?! Katakan!”

“Maaf, Nyonya... saya hanya memberinya bubur. Bahkan sempat saya cicipi sebelum saya suapin,” suara Rindi bergetar menahan panik.

Tak lama kemudian Rudy datang dengan langkah tergesa.

“Ada apa ini?” tanyanya cepat.

Rika langsung memeluk Rudy sambil menangis dan menunjuk Rindi.

“Dia! Dia yang meracuni bayi kita!”

Wajah Rudy seketika memerah. Dengan marah, ia melepaskan pelukan Rika dan mendekati Rindi yang hanya bisa menunduk ketakutan.

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Rindi. Tubuhnya mundur beberapa langkah, goyah, lalu tersungkur diatas lantai.

“Kau meracuni putraku? Dasar perempuan kampung tak tahu diri!” bentak Rudy.

Rudy mengangkat Rindi ke atas, menamparnya lagi, lalu mendorongnya dengan kasar hingga tubuh Rindi membentur dinding. Bibirnya pecah, darah mengalir perlahan.

“Tu… Tuan, saya tidak meracuninya,” ucap Rindi lirih sambil menahan sakit.

“Pembohong!” Rudy mengepalkan tangan.

"Kalau sampai terjadi apa-apa pada anakku, aku pastikan kau membusuk di penjara! Tono! Panggil polisi sekarang juga!”

Sinta dan dua temanya saling pandang, senyum kecil tersungging di bibir mereka.

Dari arah pintu, seorang pria berpakaian putih dengan stetoskop tergantung di leher bergegas masuk. Wajahnya tegas dan serius. Ia segera menghampiri ranjang bayi, memeriksa dengan teliti setiap detak napas dan denyut kecil di tubuh mungil itu.

Tak lama kemudian, Dokter Andy meminta segelas air.

Rika segera menuruti perintahnya. Dokter Andy mengeluarkan bungkusan kecil dari tas medisnya, mencampurkan isinya ke dalam air, lalu meminumkan sedikit demi sedikit kepada bayi.

Perlahan, tangisan bayi itu kembali terdengar. Tubuhnya mulai rileks, warna bibirnya yang semula kebiruan berangsur membaik.

Dokter menarik napas lega.

“Sudah saya bilang sebelumnya, putra Anda alergi terhadap kerang. Jadi jangan sekali-kali memberinya makanan itu lagi. Jika tadi terlambat sedikit saja, mungkin bayi kalian sudah tidak bisa diselamatkan.”

Rika terpaku. Wajahnya pucat, tangannya gemetar memegang tepian ranjang bayi.

Rudy, yang masih dipenuhi amarah, perlahan menurunkan tangannya. Pandangannya bergeser ke arah Rindi yang masih berlutut di lantai, dengan darah di bibir dan mata berkaca-kaca.

Hening sejenak, lalu terdengar langkah kaki beberapa orang memasuki kamar.

“Siapa orang yang melakukan tindak kriminal?” tanya seorang polisi.

Rudy menunjuk ke arah Rindi.

“Tangkap dia! Buat dia membusuk di penjara.”

Pak polisi mengangguk dan meminta rekaman CCTV sebagai barang bukti untuk memperberat hukumannya sang pelaku.

Rindi dibawa seperti seorang penjahat besar. Tangannya diborgol, tubuhnya gemetar hebat. Ia menatap ke arah Sinta dan dua temannya dengan mata berkaca-kaca. Dalam hatinya, Rindi tahu siapa pelaku sebenarnya. Mereka bertiga telah menjebaknya dengan rencana licik agar ia diusir dan dipermalukan dari rumah itu.

Sebelum meninggalkan rumah, Rindi sempat memohon pada salah satu pelayan untuk mengambilkan tasnya di kamar. Setelah semuanya beres, ia dibawa pergi oleh polisi tanpa sempat menjelaskan apa pun.

Sementara itu, di tempat lain, Rara yang menerima kabar buruk tentang Rindi langsung bergegas menuju kantor polisi terdekat. Ia yakin, Rindi pasti dibawa ke sana. Sejak awal, Rara sudah curiga kalau Rindi tidak akan bisa bertahan lama di rumah Rudy. Ia tahu betul, lingkungan di rumah itu penuh intrik dan kebencian yang tersembunyi di balik senyum palsu.

Di dalam mobil, Rara menggenggam ponselnya erat. Napasnya tersengal karena cemas.

“Kasihan sekali perempuan itu. Jauh-jauh datang ke kota hanya untuk melepas rindu pada anaknya, tapi justru mendapat perlakuan yang tidak manusiawi."

Mobil berhenti di depan kantor polisi, Rara segera keluar dan berlari masuk tanpa memedulikan panasnya sinar mentari. Di ruang pemeriksaan, ia melihat Rindi duduk dengan wajah pucat, bibir luka, rambut acak-acakan, dan tangan masih terborgol.

“Rindi!” panggil Rara terisak, menghampiri sahabatnya.

Rindi menatapnya lemah, senyum tipis muncul di bibirnya yang pecah.

“Aku... aku tidak melakukannya, Ra. ...” bisiknya lirih.

Rara menatap tajam ke arah komandan polisi yang berjaga saat itu.

“Saya ingin memberikan keterangan! Tolong bebaskan teman saya, dia tidak bersalah!”

“Maaf, Nona. Kami masih menunggu hasil rekaman CCTV dari rumah Tuan Rudy.”

Rara mengangguk lalu menatap Rindi penuh iba.

“Sabar, Rindi. Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umat-Nya,” ucap Rara membelai punggung Rindi.

Rindi menunduk, berusaha menahan air matanya yang hampir jatuh. Tak lama kemudian, seorang polisi masuk dan menyerahkan sebuah flashdisk kepada komandannya.

Dengan sigap, sang komandan mencolokkannya ke laptop. Tak butuh waktu lama untuk menampilkan rekaman yang memperlihatkan seseorang masuk ke kamar bayi dan menaburkan sesuatu ke dalam mangkuk bubur.

Komandan menarik napas panjang, lalu menatap Rindi dengan serius.

“Ibu Rindi, kamu dinyatakan bebas. Kamu bukan pelakunya. Ada orang yang sengaja menjebak mu,” jelasnya tenang.

Rindi langsung menatap Rara dengan mata berkaca-kaca. Keduanya berpelukan erat, lega karena kebenaran akhirnya terungkap. Setelah semua urusan selesai, mereka pun berjalan keluar dari kantor polisi.

Di depan pintu, langkah Rindi terhenti. Dari mobil patroli, ia melihat Susi dan dua temannya turun—wajah mereka pucat, kepala menunduk, tangan diborgol.

“Ingat, Susi, dan kalian berdua,” kata Rindi tenang tapi tegas.

“Tuhan tidak tidur. Apa yang kalian tanam, itu juga yang kalian tuai. Bersiaplah, karena sekarang jeruji besi menunggu kalian.”

Rara menepuk pelan bahu Rindi.

“Sudah, Rin. Ayo kita pergi.”

Rindi mengangguk. Mereka meninggalkan kantor polisi dengan perasaan lega, seolah beban berat di dada akhirnya terangkat.

Mobil melaju pelan di jalan siang itu. Rindi menatap keluar jendela, pikirannya masih kosong.

“Rin, kamu belum makan dari pagi, kan?” tanya Rara pelan.

“Aku nggak lapar, Ra.”

“Jangan begitu. Seharian kamu belum makan apa pun. Aku tahu kamu butuh tenaga,” desak Rara.

Rindi diam sejenak, lalu menghela napas.

“Ya sudah, terserah kamu.”

Rara tersenyum kecil.

“Bagus. Kita ke restoran dekat sini, ya.”

Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah restoran mewah yang di sampingnya berdiri sebuah hotel menjulang tinggi. Rindi sempat merasa canggung saat duduk, tapi Rara terus mengajaknya bicara agar suasananya tak kaku.

“Aku pesenin makanan dulu, sekalian menemui seseorang."

“Jangan banyak-banyak, aku cuma mau sedikit,” jawab Rindi singkat.

Rara mengangguk, lalu meninggalkan Rindi sendirian di meja.

Sambil menunggu Rara memesan makanan, Rindi mengamati suasana sekitar restoran yang cukup ramai siang itu. Suara obrolan para pengunjung bercampur dengan aroma masakan yang menggoda.

Tiba-tiba, matanya menangkap sosok yang berjalan menuju lorong toilet.

Rindi sontak berdiri, langkahnya cepat dan ringan—seolah kakinya tak menyentuh lantai.

"Kemana dia? Aku yakin dia masih ada di sini."

Rindi terus berlari hingga dia berhenti di depan Area wastafel.

1
Ayesha Almira
kalo dh sadar,Rudi cacat HBS kecelakaan
Purnama Pasedu
atas perintah pak luis
Winer Win
cerita malinkundang versi modern ya tor..🤣
Ma Em
Thor tanggung langsung habis , semoga Rindi dan Rara selamat dari niat orang2 yg akan mencelakai Rindi dan si anak durhaka Rudy dan Melda segera dapat azab yg sangat pedih .
Nurjannah Rajja
A nya ketinggalan
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin s
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
Ma Em
Dasar anak durhaka kamu Rudy demi harta kamu malah jadi anak yg tdk akan dapat keberkahan dlm hidupmu karena kamu tdk mau mengakui ibu kandungmu sendiri pasti azab akan datang untuk menghukum mu .
Ayesha Almira
kejamnya Kamu Rudy...mata hati mu sudah tertutup
Ma Em
Semoga Rindi dan anak dlm kandungan ya baik baik saja dan selamat .
Ayesha Almira
ceritanya menarik bagus
Ayesha Almira
smga janinnya baik2 ja...
Ma Em
Tegang Thor deg degan baca bab ini , semoga Rindi bisa tertolong dan bisa sehat kembali agar bisa menyaksikan kehancuran Rudy dan Melda si anak durhaka .
Ma Em
Thor hukuman apa nanti yg akan diterima anak durhaka seperti Rudy dan Melda , jgn langsung mati Thor buat Rudy dan Melda karma yg sangat pedih .
Purnama Pasedu
tuan Luis ya
Ayesha Almira
saking udh g bisa mahn sesk di dada rindi mengeluarkan kata2 sakral.smga rindi sembuh..
Jordan Nbx
Rasakan Rudy dan melda, sudah dapat kutuk.
Ayesha Almira
smga rindi g bersujud...d bersarkan dengan kasih sayang...tp pa blsnnya...yg kuat rindi,ambaikan mereka suatu saat penyesalan dtng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!