Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
“Kita mau pergi kemana, tuan?” Tanya Benny saat melihat James sudah terlihat rapi, namun dengan pakaian casualnya.
Pria itu, meskipun hanya memakai kaos pendek dibalut dengan jas hitam, dirinya masih terlihat sangat tampan dan menawan.
Penampilan James selalu terlihat nyaris sempurna. Kesempurnaan pria itu hampir saja lengkap, hanya saja dirinya belum mempunyai anak.
Karena ingin melepaskan kekesalan karena kejadian yang tak mengenakan yang tadi menimpanya, James memutuskan untuk menghibur dirinya sendiri.
James meminta Benny datang ke mansionnya hanya untuk mengantar dirinya ke sebuah tempat hiburan malam. Dia akan berpesta sejenak, melupakan urusan dunia yang memuakkan.
“Ke klub biasa.”
James duduk di kursi belakang mobil, sedangkan sudah bersiap di balik kemudinya. Sebenarnya pekerjaan Benny tidaklah jelas. Dia merangkap sebagai apa saja saat James membutuhkannya.
Sebelum James bertemu dengan Benny, sudah berkali-kali James mengganti asistennya. Sikapnya yang dingin dan keras, membuat beberapa asisten sebelum Benny memilih angkat kaki darinya.
Terlalu sulit untuk bekerjasama dengan pria sejenis James itu. Hanya spesies langka yang bisa bertahan dan beradaptasi di sisi pria itu.
Hanya Benny-lah yang bertahan di sisi James sampai saat ini. Sedangkan yang lain memilih untuk mengundrkan diri. Berurusan dengan James hanya membuat sakit kepala saja, karena menimbulkan banyak masalah.
Seperti Celline yang kini malah kelimpungan tidak bisa tidur nyenyak. Tragedi mimisan tadi membuat dirinya merasa jadi tidak enak hati. Meskipun sebelumnya dia mengucap syukur atas kejadian tadi, namun kini dia merasa tidak enak hati sendiri.
“Apakah dia akan mengambil uangnya kembali, karena aku tidak hamil-hamil?”
Celline memikirkan hal-hal yang tidak-tidak. Bagaimana dirinya bisa hamil, kalau tidur bersama saja tidak kunjung terlaksana.
Gadis polos itu hanya berkeluh kesah saja pada angin malam. Jendela kamarnya yang dia buka lebar-lebar.
Rupanya tubuh Celline tidak bisa berdusta, dia merasa lebih nyaman kalau diterpa angin luar daripada hawa dingin yang bersumber dari AC dari kamar James. Karena selama ini Celline hanya tidur menggunakan kipas angin saja. Itu pun kipas angin yang sudah usang.
Sedangkan di dalam klub malam yang terkenal di kota tersebut, James dan Benny mulai menyibak kerumunan orang-orang yang sedang berjoget ria dan menggoyang-goyangkan tubuh selaras dengan musik yang diputar.
Bau minuman yang menyengat, asap rokok yang mengepul di udara, serta riuh para penghuninya itu, membuat siapa saja yang tak biasa berada di dalam sana pasti akan merasakan sakit kepala sebelah.
Seperti halnya Benny. Pria itu sebenarnya merasa kurang nyaman saat berada di tempat seperti itu. Tapi, keinginan James adalah perintah yang harus dia jalani, meskipun terasa sangat berat baginya. Dia mau tak mau harus mengikuti kemana pun tuannya melangkah.
Tanpa peduli dengan asistennya itu, James menikmati tiap tetes minuman yang dia pesan. Dia memang sengaja tidak memesannya untuk Benny, karena dia tahu kalau pria itu tidak suka dengan minuman beralkohol.
Benny adalah tipe pria yang lurus. Dia tidak suka merokok dan tidak suka bermain perempuan. James sempat berpikir, jangan-jangan asistennya itu mempunyai kelainan. Pria itu tidak tahu kalau asistennya itu masih mempunyai ketertarikan pada lawan jenis dan masih normal.
*****
Tiga jam kemudian…….
James sudah terlihat sempoyongan. Dengan sedikit kesulitan, Benny membopong tubuh James. Sampai dia meminta bantuan dari penjaga mansion James. Sesampainya di kamar, mulut James meracau tidak karuan.
Pria itu dalam pengaruh minuman sekarang. James tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan saat ini. sementara itu, Benny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keadaan James saat ini.
Saat Benny melepas sepatu James, pria itu malah berteriak meracau lagi dengan keadaan tubuh yang sempoyongan. Dia memarahi Benny dengan nada keras, sehingga membuat Celline jadi terbangun dari tidurnya, karena mendengar suara teriakan James.
Karena penasaran, Celline memutuskan keluar dari kamarnya. “Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?”
Tak jauh dari sana, terdengar lagi suara ribut yang berasal dari dalam kamar James. Karena semakin penasaran, apalagi pintu kamar James terbuka lebar. Celline pun memberanikan diri untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam kamar James itu.
“Ada apa ini, asisten Benny?”
Entah karena rasa ingin tahunya semakin bertambah besar, atau karena merasa khawatir, Celline pun langsung melangkah menghampiri Asisten Benny.
“Tuan mabuk, nona.”
James mendengar ada suara wanita di dalam kamarnya itu. Langsung saja pria yang sedang mabuk berat itu segera bangkit. Dilihatnya Celline sedang berdiri mematung tak jauh dari dirinya.
Pengaruh minuman yang sudah dia minum bergelas-gelas, membuat matanya mulai berhalusinasi. James mengira kalau Celline adalah wanita tadi, kemudian langsung saja menghampiri dan memeluk Celline. Karena tidak bisa menahan dirinya, James langsung merampas bibir mungil Celline.
“Sial!” Gerutu Benny yang menyaksikan adegan yang menodai matanya itu.
Benny menatap geli sendiri pada kedua insan yang sedang asyik sendiri itu. James terlihat memaksa Celline, dengan begitu rakus seperti orang yang sedang kelaparan.
Dengan buasnya James melahap apa yang ada di depannya itu. Seolah-olah tidak mau memberikan jeda lagi untuk Celline bernapas, barang sejenak saja.
Sementara itu, Celline berusaha meronta, namun tenaga Celline kalah dengan tenaga James. Celline merasa sangat kesal dan marah diperlakukan dengan kasar oleh seorang pria pertama kalinya, sehingga membuat jiwanya terluka.
Ini adalah sentuhan fisik pertama yang diberikan pria pada Celline. Ya, James adalah orang pertama yang berhasil mencicipi ranumnya bibir merah Celline.
Pertama kali dan kasar. Kini gadis itu jadi menangis, tapi masih dalam kondisi bibir yang bertaut. Pria gila itu tidak mau melepaskan Celline. Seolah-olah tidak ingin dirinya pergi lagi.
James malah merengkuh tubuh mungil Celline dan membawanya jatuh ke atas ranjang. Tidak betah tinggal berlama-lama di tempat yang terasa panas itu, akhirnya Benny dengan gusar meninggalkan kamar itu.
Jangankan melihat, melirik saja Benny enggan. Pria itu langsung menyelonong keluar kamar James.
“Mengapa dia malah pergi? Apa dia tidak merasa kasihan padaku?”
Kini Celline berada dalam kungkungan James. Bagai di penjara, Celline ingin melepaskan diri dari belenggu pria dewasa itu.
“Kamu mau pergi kemana, sayang?” Suara James terdengar lirih. Hal itu sempat membuat bulu kuduk Celline jadi berdiri.
Mungkin karena butuh asupan oksigen juga, kini James sudah melepaskan Celline sepenuhnya. Hanya bibir Celline saja yang James lepaskan. Sementara tubuh dan jiwa Celline kini berada dalam genggaman pria itu.
“Jangan pernah pergi tanpa seizinku lagi.”
James kembali memeluk tubuh Celline yang masih dia sangka wanita itu. Tapi yang anehnya, meskipun James sedang mabuk berat, seolah-olah alam bawah sadarnya tersadar dengan tubuh asing ini.
Bagaimanakah nasib Celline selanjutnya? Nantikan jawabannya pada bab berikutnya…….