Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Jam makan malam pun tiba, mereka yang sedang berada di rumah sakit memutuskan untuk membeli makanan di warung-warung yang berjejer tidak jauh dari rumah sakit.
Sari yang mulai merasa lapar dan perutnya berbunyi sedari tadi pun merengek kepada ibunya. "Bu Sari laper nih?" Pintanya.
"Ah iya, ibu juga lapar. Kita datang ke sini tadi siang dan ini sudah waktunya makan malam. Pak, gimana kalau kamu belikan kami makanan di luar?!" Perintah Ibu Sri.
"Iya bu, kebetulan bapak juga sudah lapar sekali," ucapnya.
"Oh ya, kalian mau makan apa?" Tanya Bu Sri.
"Apa saja deh bu, nasi padang juga boleh," jawab Nana dan Sari kompak.
"Oh nasi padang, ya sudah Pak belikan saja empat bungkus dan lauknya terserah," kata Bu Sri sambil menyodorkan uang lembaran Rp100 ribu.
Pak Sugiono pun lantas menerima uang pemberian dari Bu Sri dan lantas bergegas keluar dari ruangan lanjut mencari warung nasi padang yang ada di sekitar area rumah sakit.
Sambil berjalan, Pak Sugiono pun sempat bertanya kepada orang dimana yang menjual nasi padang.
"Pak mau tanya, warung yang menjual nasi padang ada dimana ya?"
"Oh itu Pak di seberang jalan," kata seorang bapak bertubuh tinggi.
Oh di sana, terima kasih ya Pak," tutur Pak Sugiono kembali.
Jalanan di depan rumah sakit ternyata cukup ramai kendaraan yang berlalu-lalang, sehingga
Pak Sugiono pun harus lebih berhati-hati saat ingin menyebrang. Pak Sugiono bahkan harus menunggu jalan raya itu benar-benar lengang dan baru berani untuk menyebrang.
Setelah menyebrang, Pak Sugiono masuk ke dalam sebuah rumah makan padang yang ternyata cukup ramai malam itu. Dia pun harus sedikit mengantri, mengingat para pelayan tampak sibuk dengan tugas masing-masing.
Saat antrian lumayan longgar, Pak Sugiono pun langsung memesan makanan yang ingin ia beli yakni tidak lain empat nasi padang untuk istri, dia sendiri dan kedua putrinya yang sedang kelaparan.
"Mas, saya pesan nasi empat dengan lauk ayam rendang sama sayur nangka terus dikasih lauk tempe goreng ya," kata Pak Sugiono.
"Baik Pak, tapi mohon tunggu sebentar ya karena jam segini emang waktunya jam makan malam jadi lumayan ramai," ucap pelayan pria yang tampaknya masih muda itu.
"Iya Mas, nggak apa-apa," kata Pak Sugiono.
Setelah menunggu 10 menit, makanan yang dipesan Pak Sugiono pun sudah dibungkus dan sang pelayan menyodorkan bungkus makanan itu.
"Ini Pak pesanannya?!"
"Berapa harga semuanya Mas?" Tanya Pak Sugiono.
"Jadi, Rp70.000 Pak," jawab pelayan itu.
"Oh ya, saya pesan air mineral juga empat totalnya tambah berapa?" Tanya Pak Sugiono lagi.
"Tambah air mineral totalnya jadi Rp90.000 Pak,"
kata Pelayan itu sambil memasukkan air mineral ke dalam plastik.
Pak Sugiono lantas menyodorkan uang Rp100.000 dan mendapat kembalian Rp10.000.
Kini, kedua tangan Pak Sugiono terisi penuh oleh dua bungkusan dan ia pun bergegas kembali ke rumah sakit. Tak lupa ia tetap hati-hati saat menyebrang ke arah yang berlawanan karena semakin malam ternyata kendaraan seperti bus besar justru hilir mudik berdatangan.
Usai berhasil menyebrang, Pak Sugiono pun langsung masuk ke ruang dimana Riko dirawat. Saat masuk ke dalam rupanya Riko tengah tertidur karena habis meminum obat yang diberikan oleh Dokter. Tentu saja pasca dirinya jatuh pingsan, ia harus banyak istirahat agar kondisinya bisa kembali normal seperti semula.
Melihat Pak Sugiono menenteng dua kantung plastik di tangannya, Nana dan Sari langsung bergegas menghampirinya Ayahnya. Namun, wajah Sari agak dongkol karena ia harus menunggu lama, sedangkan perutnya yang lapar terus berbunyi keroncongan.
Dengan raut muka cemberut Sari mengoceh, "Kok lama sih Pak belinya?"
"Maaf Nak, tadi antri belinya karena ramai sekali," jawab Pak Sugiono sambil tersenyum.
"Iya Pak," jawab anak bontot.
Sekarang keluarga itu tengah menikmati nasi padang yang sudah dibeli oleh Pak Sugiono, dengan porsi yang lumayan banyak tentu perut pun terasa kenyang.
"Glek...glek...glek...," Nana tampak kehausan meneguk air mineral.
"Alhamdulillah kenyang sudah," ucap Sari.
Setelah mereka menikmati makan malam dengan lahap, rasa kantuk mulai menyeringai dalam diri keluarga itu. Riko pun masih terjaga dalam lelapnya.
"Pak, gimana kalau kita gantian jagain Riko biar bisa sama-sama istirahat dulu," saran Bu Sri.
" Iya Bu sekarang biar Bapak saja yang jaga, habis itu gantian Ibu," ucap Pak Sugiono.
"Baik Pak, sekarang ibu tidur dulu sebentar ya," kata Bu Sri lagi.
Pak Sugiono kini harus menjaga Riko yang tengah tertidur lelap di ranjang rumah sakit.
Dia menunggu sambil duduk di bangku yang di sediakan di ruang itu. Menunggu memang menjadi hal yang menjenuhkan, tak hentinya Pak Sugiono pun tampak menguap menahan rasa kantuk yang datang.
Apalagi perut yang terisi penuh oleh makanan, membuatnya justru merasa mengantuk sekali dan tanpa disadari Pak Sugiono pun tertidur di samping ranjang Riko.
Jam dinding di rumah sakit berdetak selaras dengan detak jantung yang berirama, waktu telah menunjukkan pukul 24.00 WIB.
"Pak, bangun Pak!" Bu Sri mencoba membangunkan Pak Sugiono yang justru ketiduran.
"Aduh, bapak ketiduran ya Bu," ucap Pak Sugiono sambil mengucek matanya.
"Iya Pak, ibu lihat bapak tidurnya pulas sekali, jadi ibu nggak berani untuk membangunkan," tutur Bu Sri.
"Jam berapa ini Bu?" Tanya Pak Sugiono.
"Jam 12 malam Pak. Sudah sana bapak tidur, gantian ibu yang menjaga Riko," kata Bu Sri lagi.
Bu Sri kini yang mengambil peran untuk menjaga Riko dan ia pun duduk di samping putra sulungnya yang sangat ia sayangi.
Dalam hati ia berkata "Kasihan sekali kamu Nak harus terbaring lemah seperti ini,"
Waktu kian berlalu dan tak terasa pagi hari pun menjelang. Adzan Subuh berkumandang, Pak Sugiono dan Bu Sri melaksanakan salat subuh di rumah sakit serta berdoa demi kesembuhan Riko.
Tepat pukul 07.00 WIB Riko terbangun begitu juga dengan Nana dan Sari. Bersamaan dengan itu, Dokter yang merawat Riko datang ke kamarnya untuk memeriksa keadaan Riko.
"Selamat pagi Pak Bu, saya ingin memeriksa bagaimana keadaan pasien. Jika sudah baik, dia bisa pulang hari ini,"
Dokter memeriksa anggota tubuh Riko mulai dari mata hingga denyut jantung dan terutama bagian kepala yang habis terbentur.
"Setelah saya cek, kondisi Riko sudah jauh lebih baik dia bisa pulang ke rumah hari ini, namun yang terpenting obatnya diminum dan nanti saya berikan jadwal kontrol ke rumah sakit," penjelasan dari Dokter laki-laki itu.
"Syukurlah kalau begitu Dok, kami sekeluarga lega sekali mendengarnya. Terima kasih karena telah merawat anak kami," ucap Pak Sugiono.
"Sama-sama Pak, Bu. Saya permisi dulu karena harus memeriksa pasien yang lain lagi," kata Dokter sambil melenggang pergi.
Raut wajah keluarga Pak Sugiono langsung bahagia karena Riko bisa pulang ke rumah hari ini.
"Horeee Kak Riko jadi pulang!" Celetuk Sari kegirangan.
Bu Sri lantas mengemasi barang-barang untuk persiapan pulang ke rumah, sedangkan Pak Sugiono mengurusi obat-obatan dan membayar biaya di rumah sakit. Nana dan Sari pun bersiap untuk pulang ke rumah.