Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 13 Kamu Hebat, Ardi
Ayasha mengalihkan pandangan saat mendengar ponsel miliknya berbunyi dan menampilkan nama Ardi disana.
Sebenarnya Ayasha masih menyimpan nomor ponsel Ardi sama seperti Ardi yang masih menyimpan nomor ponselnya.
Akan tetapi Ayasha tidak tahu nomor Ardi masih aktif sehingga semalam Ia bertanya untuk memastikan siapa yang menelpon dirinya.
"Nona Ayasha, Anda dimana?" tanya Ardi dari sebrang telpon.
Ayasha melihat kearah rumah Ardi.
"Saya ada disuatu tempat," jawab Ayasha.
"Katakan dimana Nona sekarang berada. Saya akan menjemput Nona," ucap Ardi.
"Tidak usah, saya bisa kembali kekantor sendiri," tolak Ayasha.
"Saya diperintahkan ayah Nona untuk tidak membiarkan Nona pergi sendirian."
"Tetap saja tidak usah. Kamu kembali kekantor duluan saja," titah Ayasha.
"Baik kalau itu yang Nona inginkan saya akan kembali kekantor lebih dulu. Nona jangan sampai terlambat, tiga puluh menit lagi kita ada pertemuan internal kantor." Ardi mengingatkan.
"Hem."
Lalu Ayasha mengakhiri panggilan.
"Kamu melarangku datang kerumahmu, pasti karena takut istrimu salah paham dengan hubungan kita," gumam Ayasha.
Ia sengaja tidak memberi tahu Ardi keberadaannya saat ini khawatir Ardi akan marah sebab Ia masih mendatangi rumahnya.
Menghembuskan nafas panjang lalu Ayasha meninggalkan pekarangan rumah Ardi untuk menuju kantor.
...***...
"Akhirnya Nona datang juga," ucap Ardi lega melihat Ayasha tiba dikantor dan segera menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Ayasha.
"Kita sudah ditunggu di aula, pertemuannya sudah akan dimulai. Mari Nona ikut saya," ucap Ardi berjalan lebih dulu menuju lift.
Ayasha yang masih belajar dikantor hanya mengikuti Ardi.
Didalam lift Ayasha berusaha ingin tahu apa yang akan dilakukan saat pertemuan sehingga Ia bertanya pada Ardi.
"Apa yang kita lakukan dipertemuan ini?" tanya Ayasha.
Jika Ardi bisa bersikap profesional maka Ia juga harus bisa.
"Pertemuan ini adalah pertemuan rutin setiap setahun sekali yang dihadiri seluruh karyawan kantor. Seharusnya pak Brian menghadiri pertemuan ini akan tetapi karena beliau berhalangan hadir jadi saya yang diminta mewakili beliau," terang Ardi.
"Lalu apa yang harus saya lakukan dipertemuan ini?" tanya Ayasha.
"Nona hanya diminta Pak Brian mengikuti acara ini untuk mengenal karyawan perusahaan," terang Ardi lagi.
Ayasha yang sudah mengerti penjelasan Ardi mengangguk.
Tidak lama kemudian pintu lift terbuka sehingga Ardi dan Ayasha segera menuju aula.
"Duduk disini." Ardi menarik kursi untuk Ayasha duduk dibarisan depan lalu setelahnya Ardi duduk disebelah Ayasha.
Acara dimulai.
Sambutan-sambutan pun berlangsung hingga tiba saatnya Ardi memberikan sambutan untuk mewakili Brian.
Ayasha semakin dibuat kagum pada sosok Ardi yang tengah berbicara didepan ratusan karyawan.
Tutur kata dan gerakan tubuh Ardi sangat sempurna dengan apa yang disampaikan.
"Ardi kamu benar-benar hebat," puji Ayasha.
Ayasha jadi teringat dengan perkataan sang ayah bila Ardi adalah karyawan terbaik di perusahaan dan itu memang nyata.
"Anda keren, Pak," puji Naura pada Ardi yang baru saja turun dari podium namun Ardi hanya diam dan kembali ketempat duduknya.
Ardi masih diam hingga perkataan Ayasha membuat Ardi semakin terdiam.
"Kamu hebat, Ardi."
Dipuji orang yang disuka membuat Ardi bingung menanggapinya sehingga memilih diam.
Ardi senang mendapat pujian dari Ayasha akan tetapi rasa insecure yang Ia rasakan tidak mudah Ia hilangkan.
...***...
Sesuai dengan perintah Brian, Ardi tidak membiarkan Ayasha pulang sendiri sehingga Ia yang mengantarnya.
Mereka tengah dimobil dengan Ardi yang mengemudi.
"Nona, saya izin menjawab telpon sebentar," ucap Ardi saat mendengar bunyi ponsel miliknya.
"Silahkan," sahut Ayasha yang duduk dikursi penumpang.
Lalu Ardi menjawab panggilan telpon.
"Ardi apa kamu masih kerja?" tanya Riana dari sebrang telpon.
"Aku sudah pulang, ini masih dijalan," jawab Ardi.
Ayasha membuang muka lalu menghembuskan nafas panjang.
'Hufftt! Kamu pasti sudah ditunggu istrimu dirumah,' batin Ayasha.
"Obat ibu habis, Ar, tolong kamu belikan sekalian, ya," titah Riana.
"Apa saja yang harus aku beli?" tanya Ardi lagi.
"Itu saja, Ar. Obat ibu saja."
"Camilan Devan dan Dira masih ada?"
"Masih, Ar."
"Aku belikan sekalian camilan untuk mereka, ya."
"Nggak usah, Ar, tadi siang mereka sudah jajan banyak," ucap Riana namun Devan yang mendengar ikut menyahut.
"Papa belikan donat! Mama tadi beli donatnya sedikit!" sahut Devan
"Iya nanti Papa belikan donat," ucap Ardi.
Lagi-lagi Ayasha hanya bisa menghembuskan nafas panjang mendengar panggilan papa yang Ardi sematkan untuk dirinya.
Setelah selesai dengan panggilan telpon Ardi teringat dengan mobil Ayasha yang masih berada dikantor.
"Mobil Nona masih dikantor, besok pagi saya akan meminta salah satu supir kantor untuk mengantarkan pulang," ucap Ardi.
"Ya," ucap Ayasha enggan melihat Ardi membuat Ardi yang mengemudi melirik Ayasha dari spion.
Keduanya hanya diam hingga tiba dirumah Ayasha masuk kedalam rumah.
Setelah memastikan Ayasha pulang dengan selamat Ardi meninggalkan pekarangan rumah Brian untuk membeli obat dan membeli pesanan Devan.
Tiba dirumah Ardi langsung disambut Devan yang berlari membukakan pintu untuknya.
"Papa!" panggil Devan lalu mencium tangan Ardi.
"Assalamualaikum. Lihat Papa bawa apa ini?" Ardi mengangkat plastik donat pesanan Devan.
"Waalaikum salam. Donat, ya, Pa, aku mau, Pa!" seru Devan. Dia senang sekali karena Ardi membawakan pesanannya.
Ardi memberikan donat itu pada Devan dan Devan membawanya duduk untuk memakannya.
Riana yang berdiri tak jauh dari mereka menghembuskan nafas sehingga Ardi menghampirinya.
"Kakak kenapa?" tanya Ardi.
"Ardi, stop, memanjakan anak-anakku terutama Devan. Stop juga suruh mereka panggil kamu ayah. Kamu Om-nya, Ardi, bukan ayahnya," ucap Riana hampir frustasi sebab sudah berulang kali mengatakannya pada Ardi.
"Aku hanya nggak mau mereka merasa kurang kasih sayang dari ayahnya," ucap Ardi.
"Tapi kamu bukan ayahnya, kamu Om-nya, Ardi."
"Nggak apa-apa, Kak, biarkan mereka tahu aku ayahnya dari pada mereka tahu kalau ayahnya meninggalkan mereka."
Riana menggeleng.
"Nggak bisa, Ardi, ini sudah terlalu jauh. Bagaimana nanti kalau kamu punya pacar? Pacarmu akan mengira kamu sudah menikah dan punya anak."
Ardi tersenyum membayangkannya membuat Riana memukul bahunya.
"Malah senyum-senyum!"
"Lucu mungkin, ya, kak, kalau pacar aku mengira Devan dan Dira itu anakku. Bisa-bisa minta putus duluan," ucap Ardi masih tersenyum membayangkannya.
"Ya makanya, Ar, stop suruh mereka panggil kamu Papa. Kakak nggak mau itu terjadi."
"Nggak apa-apa, Kak, lagian aku belum ada niat punya pacar," ucap Ardi lalu meninggalkan Riana yang kesal padanya.
Ardi membuka pintu kamar sang ibu yang ternyata ada Inara disana.
"Aku bawakan obat ibu," ucap Ardi lalu meletakkan diatas nakas.
"Kebetulan kamu kesini, Ar, ada yang ingin ibu bicarakan," ucap Sinta membuat Ardi melihat Inara.
Inara yang takut pada sang kakak menggelengkan kepala.
"Iya, Bu, ada apa?" tanya Ardi yang sudah duduk didekat Sinta.
"Gadis bernama Ayasha kapan kamu akan membawanya kerumah lagi?" tanya Sinta.
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..