NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

  Rafka duduk di meja belajarnya sembari menatap kearah ponsel yang ada dihadapannya, dalam diam lelaki itu ternyata tengah berdebat dengan dirinya sendiri tentang apakah dirinya telah melakukan hal yang benar? Ketika ia melihat Abila berjalan keluar sekolah bersama Zerga dan dengan bergandengan tangan, Rafka merasa ada amarah yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Melihat mereka bersama, membuatnya marah dan gelisah.

Jadi, setelah selesai latihan basker, Rafka memojokkan  rekan setim basketnya-- Rizal dan bertanya kemana Zerga pergi saat itu.

Rizal mengatakan bahwa Rizal sering pergi ke bar bernama Star X yang terletak agak jauh di perbatasan kota. Rizal juga memberi tahu letak lokasi yang tepat pada Rafka. Rafka hanya diam saja setelah mengetahui kemana Zerga pergi dengan mengajak Abila ikut bersamanya, ia menunggu sampai tiba di rumah.

Sesampainya Rafka di rumah, ia langsung memberi tahu  ibunya tentang keberadaan Abila. Ida tentu saja terkejut, tetapi wanita itu tidak segera pergi untuk menjemput Abila.

Tetapi hal ini tidak membuat Rafka merasa puas. Zerga tentu saja akan semakin dekat dengan Abila, dan Rafka tidak akan membiarkan mereka semakin dekat. Saingannya itu harus di hukum.

Jadi, tanpa berpikir panjang lagi, Rafka segera menghubungi polisi dan melaporkan pada mereka tentang klub yang Abila dan Zerga kunjungi malam itu.

Apakah Abila akan baik-baik saja? Apa dia bisa melarikan diri, mengingat dia masih awam di tempat seperti itu?  Dan apakah Zerga meninggalkannya ketika tau polisi menyerbu tempat itu?

Ada ribuan pertanyaan dan perasaan khawatir yang bersarang di hati Rafka setelah melaporkan keberadaan klub tersebut pada kepolisian. Diam-diam, ia juga merasa bersalah. Bagaimana jika ibunya tidak tepat waktu menemukan Abila? Bagaimana jika polisi memberi tahu Abila bahwa ini adalah perbuatan Rafka yang telah membocorkan letak lokasi klub tersebut?

Di dalam kamarnya, Rafka dapat mendengar suara derit ban mobil dan hal itu membuatnya langsung berlari kearah jendela. Ia kemudian merasa lega setelah melihat ibu dan Abila keluar dari mobil.

"Lo pergi ke klub itu, ya?." Tanya Rafka, begitu Abila memasuki rumah, Rafka bergegas turun. "Lo tau ngga sih, gue sama Bunda khawatir banget sama lo?."

Abila hanya menundukkan kepalanya dan merasa malu, ia juga merasa bersalah atas perbuatannya. Atau lebih tepatnya, ia merasa bersalah karena sudah bersenang-senang bersama Zerga, meskipun tau hubungan Rafka dan Zerga adalah bermusuhan.

"Nak, jangan kasar sama Abila." Kata Ida menegur Zerga sembari melepaskan jaket yang dikenakannya. "Banyak kok remaja seusia kalian yang udah nyobain minuman-minuman kayak gitu! Bahkan waktu Bunda masih seusia kalian pun, Bunda juga pernah minum itu. Lagian, Abila kan jarang seneng-seneng. Udah, biarin aja!." Imbuhnya, lalu duduk di kursi.

"Bunda, kok bisa Abila dimaafin, padahal aku kemarin di kasih hukuman sama Bunda!." Protes Rafka, menatap sang ibu.

"Kamu kemarin berantem, sementara Abila baru pertama kalinya dia seneng-seneng. Abila sama sekali ngga nyakitin siapa pun." Jawab Ida.

"Bunda, ngga papa kok." Gumam Abila lirih. "Bunda harus hukum aku--."

"Hukuman apa sayang?." Tanya Ida, lalu tertawa kecil.

Tetapi Abila menyadari ada yang aneh dengan tawa yang Ida tunjukkan. Seolah tawa wanita itu hanya berpura-pura...

"Ngga apa-apa, sayang." Ida kembali buka suara, menyakinkan Abila. "Kamu... udah ngga usah mikirin itu. Bunda sebelumnya sempet khawatir kalau kamu ngga bisa menikmati masa remaja kamu. Tapi malam ini... kamu kelihatannya happy banget! Iya, kan?."

"Eh..." Abila terdiam. "Agak sih, Bunda."

Rafka merasa kesal, sementara Ida justru senang mendengarnya.

"Tapi Bunda, dia pergi ke klub itu sama Zerga!." Seru Rafka. "Dia cowok yang urakan, nakal dan brengsek!."

"Malam ini, dia ngelindungi Abila dan mau nganterin Abila pulang ke rumah." Saut Ida. "Nak, apa pun pendapat kamu tentang Zerga, menurut bunda, dia bukan anak seburuk yang kamu pikirin."

Rafka mendengus kesal, rasanya tak berguna jika dirinya saat ini terus berdebat dengan sang ibu yang belum pernah melihat Zerga yang sebenarnya. "Bunda sama sekali ngga tau apa-apa!." Katanya sembari berjalan menaiki tangga.

Abila memilin jari jemarinya. Ia benar-benar merasa bersalah karena telah menyakiti Rafka dan mungkin juga sudah mengkhianatinya. Ia tahu bahwa Rafka sangat membenci Zerga. Dan meskipun tahu akan hal itu, ia sebagai sahabat Rafka hari ini justru menghabiskan malam bersama Zerga dan itu pasti akan menyakitinya.

Langkah Rafka hampir sampai di kaki tangga ketika lelaki itu tiba-tiba berhenti dan berbalik, menatap Abila.

"Bil, gimana lo bisa nemu kaos  gue yang itu?." Tanya Rafka dengan suara dinginnya. "Bukannya lo pagi ini ke sekolah pake seragam?."

Abila menunduk, menatap kaos yang Zerga berikan, tertutup dengan jaket yang Zerga pinjamkan tadi. "A-aku... aku tadi harus ganti baju." Jawab Abila dengan gugup. "Aku bisa jelasin ke kamu--"

"Zerga kan yang ngasih kaos itu ke lo?."

"Hey, ada apa ini?." Ida mengernyitkan dahinya, dan tampak kebingungan. "Kalian berdua ada masalah atau gimana nih?."

Abila menelan salivanya dengan susah payah dan terus menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap kearah Rafka, tetapi hal itu yang membuat Rafka mendapatkan jawabannnya.

"Ya udah kalo gitu." Rafka mengangguk kecil dan raut wajahnya terlihat kecewa. Lelaki itu dengan segera berlari menaiki tangga, mengabaikan yang lain.

Ida menoleh kearah Abila, setelah memperhatikan putranya naik ke lantai atas. "Abila, sebenarnya ada apa ini?." Tanya Ida.

"Eh, Bunda... ini cuma salah paham aja kok." Jawab Abila, meyakinkan Ida. "Besok aku pasti jelasin semuanya ke Rafka."

Ida menganggukkan kepalanya, terlihat masih bingung dengan semuanya. Tetapi dia tersenyum dan berjalan mendekati Abila, mengusap surai panjang Abila dengan penuh kasih sayang. "Bunda tau kamu masih muda." Katanya. "Tapi Bunda juga tahu kamu lebih bertanggung jawab dari pada Rafka. Insiden di klub malam ini.... jangan sampai terulang lagi, ya?."

"I-iya, Bunda." Abila tersenyum kecil, mengangguk kecil sebelum akhirnya perlahan berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya.

Abila menutup pintu dan duduk di kursi belajarnyaa. Mengeluarkan ponselnya, gadis itu berpikir apakah akan mengirim pesan pada Zerga atau tidak? Tetapi akhirnya, ia memutuskan untuk mengirim pesan.

Sementara itu di belahan kota, Zerga terlihat baru saja memasuki ruang rawat ibunya di rumah sakit. Ia berencana untuk bermalam disana, dan menemani ibunya.

Zerga mengambil tissu basah dan dengan lembut menyeka dahi ibunya. "Mama, Zerga minta maaf." Bisiknya pelan. "Zerga ngga bisa bawa mama pindah dari rumah sakit ini."

Amanda terdiam dan hanya bisa terdiam dalam keadaan komanya, juga tenggelam dalam dunianya sendiri. Selama enam tahun terakhir, wanita itu belum pernah bangun sama sekali, tetapi meski begitu keadaannya tetap normal dan baik-baik saja.

'Bip'

Ponsel Zerga berdenting dan dia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya untuk membaca pesan yang baru saja terkirim padanya.

Pesan itu dari Abila!

Abila; Makasih buat semuanya, ya. Setelah ini, aku berusaha supaya ngga ganggu kamu lagi. Kamu jaga diri, ya.

Zerga membaca pesan tersebut sembari merenung. Ia hendak membalas, tetapi pesan baru tiba-tiba muncul.

Rizal; Eh, bro! Ada yang aneh hari ini. Rafka tadi pas pulang sekolah tiba-tiba nanya ke gua kemana lo pergi dan karena gua mau di hajar lagi, akhirnya gua kasih tau lo ada dimana. Dan yang lebih gongnya lagi, bokap gua bilang tadi di kantornya ada panggilan yang ngasih tau mereka tentang klub ilegal yang lo datengin malam ini. Gua curiga, apa jangan-jangan Rafka yang lapor ke polisi?.

Setelah membaca pesan dari Rizal. Zerga mengangkat sebelah alisnya. Ayah Rizal adalah salah seorang polisi di kantor polisi setempat. Sudah pasti Rizal telah mendengar sesuatu yang terjadi di klub Star x

"Rafka Shankara Arsala!." Zerga terlihat geram, seakan baru menyadari sesuatu. "Sialan! Dia berani lapor ke polisi, walaupun dia tau sahabat naif nya juga ada di tempat itu?."

Zerga merasa ragu apakah dirinya harus mengasihani Abila atau tidak. Gadis itu memang tidak bisa menilai orang dengan baik.

"Gua pikir... gua harus jagain nih cewe dari jauh." Kata Zerga.

~

Setelah selesai makan malam dan mandi, Abila berganti pakaian yang lebih nyaman dan kemudian merebahkan tubuhnya yang lelah di tempat tidur empuknya, bersiap untuk tidur.

Malam ini memang penuh dengan banyak kejadian yang mendebarkan perasaannya, tetapi Abila masih belum merasa mengantuk juga. Ia berbaring di atas tempat tidur sembari mengenang setiap kejadian yang terjadi hari ini.

"Kira-kira.. Zerga marah ngga ya? Aku seharusnya diem dan nemenin dia, karena dia lagi banyak masalah. Tapi karena preman-preman itu--" Kata-kata Abila tergantung, karena dia merasa kesal mengingat kejadian saat para preman itu semena-mena padanya.

Kemudian, Abila teringat ketika Zerga sedang berbicara dengan seseorang di dalam ruang ganti, Zerga sepertinya kesal karena seseorang itu tidak bisa membantunya.

"Aku seharusnya ngga ikut campur, tapi..."

'Bip!' Bip!'

Abila meraih ponselnya dan terkejut ketika mendapati pesan balasan dari Zerga.

Zerga; Besok pagi di danau, tempat biasa. Tugas kelompok kita harus selesai.

Hati Abila berdebar gembira ketika mengetahui Zerga ingin bertemu dengannya lagi. Kedua pipinya memerah membayangkan bertemu lagi dengan lelaki itu.

Abila; Oke, kita ketemu besok di sana.

Abila menyimpan ponselnya dan tersenyum lebar. "Ternyata Zerga ngga seburuk itu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!