Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Mimpi Enak
"Gila, apa-apaan si Zinni ini? Dia memeluk, dikiranya aku guling," racau Excel. Sementara Zinni sudah tertidur pulas dengan memeluk tubuh Excel, sementara Excel merasa gelenyar rindu sentuhan seorang wanita mulai merayap, terlebih pusakanya tiba-tiba terbangun begitu saja, karena tubuh Zinni yang menghimpitnya.
"Ya ampun, tahan-tahan. Kenapa juga si Zinni ini? Kelihatannya perempuan baik-baik, tapi tidur pengen pelukan seperti ini. Tapi, hangat juga dipeluk perawan." Excel bergumam, alih-alih tidak nyaman, akhirnya ia ikut terbawa suasana, dia merasa keenakan dalam pelukan Zinni yang tertidur pulas memeluknya erat.
Tidak lama dari itu, Excel tertidur. Tidak sadar tangannya memeluk pinggang Zinni. Mereka pun tertidur dengan damai tanpa gangguan apapun bak pasangan suami istri.
Subuh sudah berlalu, jam di dinding hampir mengarah ke angka setengah enam pagi. Zinni mulai bergerak, menggeliat.
"Hoammmm."
Zinni masih menguap, keadaan kamar itu sudah gelap tanpa cahaya lilin, sepertinya lilin yang semalam dinyalakan di berbagai sudut oleh Excel sudah padam semua, sehingga Zinni malas untuk bangkit dan menganggap ini masih malam.
"Huahhhh." Lagi-lagi Zinni menguap, tubuhnya mulai bangkit dan bergerak-gerak, tapi pinggangnya seperti terkunci seperti ada yang memeluknya. Gerakannya yang intens membuat Excel yang masih terlelap ikut terbangun.
"Hoammm."
Excel menguap, mengurai pelukan tangannya di pinggang Zinni.
"Ehhh, apa ini? Pak Excel!" kejut Zinni setelah tersadar kalau guling yang dipeluknya ternyata bergerak dan setelah dilihat, ternyata Excel.
Excel mulai bangkit dengan posisi masih dipeluk Zinni. "Zinni, kamu sudah bangun?" tanyanya sambil menguap.
"Ya ampun, Pak. Apa yang Pak Excel lakukan?" kejut Zinni mulai melepaskan tangan dan tubuhnya yang tadi masih memeluk Excel dengan lekat.
"Apa yang saya lakukan? Kamu tidak sadar semalaman kamu memeluk saya dengan erat, dikiranya saya bantal guling? Kamu juga mencium saya dan mengapit kaki saya sehingga senjata saya terbangun gara-gara gerakan kamu. Untung saja saya masih tahan diri. Sehingga tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Eh, tapi, jangan-jangan hal itu yang diinginkan kamu, kan?" urai Excel seraya bangkit.
Excel bergegas menuju gorden lalu menyibaknya. Ternyata hari sudah pagi, suara burung sudah nyaring terdengar bersahutan.
"Apakah semua itu benar, Pak?" Zinni tidak percaya kalau dirinya semalam tidur nyenyak dengan memeluk tubuh Excel.
"Ya benarlah. Kamu tiba-tiba memeluk saya dan mengapit kaki saya. Kamu tahu tidak, semalaman saya menahan sesuatu agar tidak keluar dari sarang, kalau keluar pasti ada yang senang," tukas Excel sinis.
"Apa maksud Bapak?"
"Tidak ada maksud. Sekarang cepat keluar dari kamar saya. Lalu mandi dan bersihkan diri, jangan lupa mandi hadas."
"Mandi hadas, maksud Pak Excel? Pak Excel tidak melakukan itu, kan?" Zinni menatap Excel dengan wajah takut, takut dirinya semalam digagahi Excel dalam keadaan tidur.
"Apa yang saya lakukan, tidak ada. Siapa tahu kamu semalam malah mimpi basah, soalnya kamu ngigau mendesah terus seperti sedang keenakan," tukas Excel seraya tersenyum maut, lalu bergegas meninggalkan Zinni, iapun masuk ke dalam kamar mandi.
Sejenak Zinni termenung, memikirkan kejadian semalam. Sungguh ia tidak ingat apa-apa. Tapi tubuhnya masih kumplit dengan pakaian semalam.
"Jangan-jangan semalam aku memang bermimpi, dan mimpi itu, aku dan Pak Excel. Ahkkkk, kami melakukannya dalam mimpi. Tidakkkk," jeritnya sembari keluar dari kamar Excel dan berlari menuju kamarnya di bawah.
"Ish, kenapa lagi gadis itu menjerit-jerit? Setelah semalam tidurnya seperti orang sedang bercinta, kini dia menjerit-jerit kayak orang gila," gerutu Excel dalam kamar mandi.
"Sepertinya dia semalam sedang bermimpi," duga Excel seraya membayangkan kejadian semalam ketika Zinni bergerak-gerak seirama di samping tubuhnya. Untung saja Excel masih bisa mengendalikan hawa nafsunya, sehingga dia hanya puas menyaksikan Zinni yang bergerak gelisah diiringi suara mendesah.
"Gila gadis itu, ternyata sudah pro. Mimpi saja seperti itu, apalagi dalam kenyataannya," duganya yakin.
Sementara itu, Zinni kini sedang membersihkan diri di dalam kamar mandi. Mimpinya tadi malam sangat mengusik jiwa. "Ya ampun, mudah-mudahan tadi hanya mimpi beneran. Kami bukan melakukan beneran. Kenapa juga aku harus tidur memeluk Pak Excel, padahal semalam aku sedang memeluk guling," gumamnya takut.
Mimpi itu kebawa sampai Zinni di dapur. Setelah mandi dan berdandan tipis tadi, Zinni langsung ke dapur membuat sarapan pagi intuk Excel. Zinni membuat nasi goreng telur dadar, karena bahan di kulkas hanya ada telur saja.
Harum nasi goreng sudah tercium ke mana-mana. Di atas meja sudah siap satu piring nasi goreng dan segelas air putih untuk Excel.
Tubuh Excel mulai terlihat menuju dapur. Zinni segera menyambutnya dengan penuh senyum. Excel yang sudah gagah dan tampan dengan lorengnya, menghampiri dan menduduki kursi makan tepat di depan sepiring nasi goreng.
"Ini nasi goreng saya?" tanyanya.
"Iya Pak, silahkan."
"Nasi goreng kamu mana? Makanlah bersama saya di meja ini," titah Excel. Zinni ragu.
"Ambillah. Kenapa takut begitu? Bukankah semalam kamu memeluk saya saat tidur dengan erat sampai kamu bergerak-gerak dengan gelisah sampai mendesah," singgung Excel membuat Zinni malu dan mukanya memerah.
Excel tersenyum culas, dia senang melihat Zinni malu seperti itu. Zinni meraih piring,lalu mewadahi nasi goreng ke dalam piring itu, lalu dia menduduki kursi makan yang berhadapan dengan Excel.
"Ayo kita makan," ajak Excel seraya berdoa di dalam hati. Sarapan pagi pun berjalan dengan diiringi celotehan ringan dari bibir Excel. Sampai sarapan itu selesai, tiba-tiba Excel kembali mengungkit tidur Zinni semalam.
"Zinni, bagaimana semalam, apakah kamu merasa enak?" Excel tersenyum seraya menyesap asap rokok.
"Lumayan, Pak. Saya cukup nyenyak."
"Tidak, maksud saya, apakah kamu tadi malam bermimpi enak?" celoteh Excel lagi membuat Zinni benar-benar tersudut malu.
"He he, ya sudah, saya tidak bermaksud ingin tahu maksud kamu. Tapi, semalam ini, kamu hebat lho, tidurnya sampai bergerak-gerak beraturan sampai ...."
"Apa Pak ....? Zinni terkejut dan penasaran dengan kalimat terputus dari Excel. Excel mendekat lalu membisikkan sesuatu di telinga Zinni.
"Sampai senjata pusaka saya berdiri tegak," bisiknya sembari berlalu. "Oh iya, saya pergi dulu. Terimakasih nasi gorengnya, ini sungguh enak," lanjut Excel berpamitan.
Zinni menatap Excel yang berlalu dengan rasa yang malu. Dia menyesali kenapa semalam dia begitu takut sampai harus tidur satu ranjang dengan Excel sampai mengira guling yang dipeluknya adalah guling dan bukan Excel.
"Ya ampun, malu banget aku. Ternyata tidur aku semalam sememalukan itu. Harus ke mana aku sembunyikan muka di depan Pak Excel nanti setelah dia pulang dari kantor?" bingungnya disertai perasaan sedih.
Zinni kini sudah mengenakan blus lengan panjang dan rok panjang. Tadi sempat
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan