NovelToon NovelToon
I Love You Abang

I Love You Abang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Whidie Arista

Salahkah jika aku menyukaimu Abang?

Kedekatan Dea dengan Abang tirinya menghadirkan sebuah perasaan yang tak seharusnya ada, sebisa mungkin dia mencoba membuangnya namun tanpa dia sadari ternyata Abangnya juga menyimpan perasaan yang sama untuknya.

Ada yang penasaran? yuk simak cerita mereka 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Aku bingung harus memberi alasan apa pada Ran, untuk sejenak otakku berputar mencari solusi dengan sendirinya sementara mulutku sibuk memakan bubur yang rasanya terasa hambar di lidahku ini.

Ehem! Ran berdehem keras, tatapan tajamnya masih setia memelototiku menuntut jawab.

“Emh itu, Dea suka kaos yang Abang pake, kaosnya boleh buat Dea gak Bang?” Aku berucap dengan nada gugup, sambil menundukkan kepala.

“Kamu maksa buka baju Abang hanya karena suka bajunya?” Ran menatapku seolah tak percaya apa yang baru saja telinganya dengar.

Aku mengangguk mengiyakan masih dalam posisi yang sama. Ran mendengus kasar, “Kenapa gak bilang langsung aja sih? Abang bisa ko beliin kamu baju yang sama, lagian itu bekas pake juga.” ucapnya sambil berkecak pinggang memunggungiku.

“Gak papa Bang, Dea lebih suka yang itu, bekas juga masih bagus.” sanggahku langsung, tentu saja aku lebih ingin yang itu karena ada alasan yang jelas yang mengharuskan aku mengambilnya.

“Ya udah, tapi lain kali ngomong baik-baik jangan kaya gitu lagi, orang lain bisa salah faham nantinya.”

“Iya Bang maaf, lain kali Dea gak bakalan gitu lagi.”

Ran mengangguk, “buruan habisin buburnya, terus makan obat.”

Aku menurutinya, setelah minum obat kemudian aku pun tertidur lelap, mungkin karena pengaruh obat yang aku makan.

Entah jam berapa aku pun terbangun, aku melihat Ran masih duduk di tempat yang sama sambil bermain dengan ponselnya, rambutnya tampak basah agaknya dia baru habis mandi, dia mengenakan kaos oblong berwarna putih di padukan dengan celana pendek hitam selutut.

Deg... Jantungku kembali berdebar, apa lagi melihat wajahnya yang amat tampan, aku mencuri-curi pandang kearahnya, saat dia mulai menyadarinya aku lekas memejamkan mataku kembali pura-pura tertidur.

“Ya?” panggilnya memastikan aku masih tidur atau tidak. Aku hanya diam saja tak ingin menyahutinya, akhirnya dia terdiam lagi dan kembali bermain dengan ponselnya.

Sekarang aku yakin bahwa aku memang menyukai Ran, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus membunuh perasaan ini secepatnya sebelum semuanya terlambat, apa yang akan di pikirkan Pak Bagas jika sampai dia tahu aku menyimpan perasaan untuk Putranya yang kini jadi Abangku.

“Jangan pura-pura Ya, Abang tahu kamu udah bangun!”

Huah... Aku membuka mataku sambil pura-pura menguap, serta memasang wajah khas bangun tidur, “Siapa yang pura-pura sih Bang, Dea emang baru bangun ko.” aku menegakkan tubuhku menyandarkan punggung di kepala ranjang.

“Abang dari tadi disini?”

“Nggak lah, ngapain nungguin orang molor kurang kerjaan banget, tadi Abang juga tidur di kamar, habis mandi baru kesini.” Aku menganggukkan kepala, berarti cuma aku yang kepedean ngira Ran dari tadi nungguin aku tidur.

Kini aku dapat mencium aroma tubuh Ran dengan jelas, wangi maskulin yang menyegarkan, sedang aku bau apek di tubuhku ini membuat aku kesal sendiri. Aku beranjak turun dari ranjang bermaksud ingin membersihkan diri.

“Mau kemana kamu?”

“Dea mau mandi Bang, badan Dea bau banget.” keluhku.

“Kenapa? Bukannya kalau orang sakit itu gak boleh mandi ya?”

“Hah? Siapa yang bilang?”

“Biasanya Abang suka gitu, kalau lagi sakit jarang mandi, suka nambah sakitnya kalau mandi.” ujarnya.

‘Dih orang ganteng ternyata bisa gak mandi juga ya, tapi kayanya gak bakalan ngaruh ke mukanya dia.’ aku mengulum senyum.

“Dea mah engga, walaupun sakit Dea tetep mandi. Iya kali gak mandi, badan Dea udah bau kaya ikan cucut gini.” kesalku.

“Kalau gitu mandinya pake air anget jangan pake air dingin.”

“Ya ampun Bang, Abang tahu udara kota Jakarta ini gak cocok buat mandi air anget.” keluhku, badan lengket dan gerah gini enaknya mandi air dingin bukan air anget.

“Tapi kamu lagi sakit, jangan ngeyel.”

Aku berjalan sambil menghentakkan-hentakkan kakiku, “Awas kalau mandi air dingin.” ancamnya.

“Iya iya bawel, udah Abang keluar sono. Dea mau kunci pintunya.” Ran berdecak, namun dia tetap pergi dari kamarku.

Ran benar-benar memperlakukanku seperti orang sakit, dia melarangku makan di bawah aku juga hanya boleh makan bubur, lebay banget dia emang.

***

“Bang, Dea bosen makan bubur mulu,” protesku saat kami tengah sarapan pagi ini, dia melarang aku pergi ke sekolah untuk beberapa hari, dia juga bahkan memintakan ijin cuti ke cafe tempat aku kerja.

“Makanya jangan sakit kalau gak mau makan bubur.” balasnya, dia menaruh telur rebus yang udah di kupasnya ke mangkuk kosong di hadapanku.

Aku berdecak kesal dengan wajah mematut, “buruan makan!”

“Ogah ah, gak enak.” rajukku sambil melipat tangan di dada.

“Jangan manja, anak kecil aja gak semanja kamu kalau lagi sakit.” ujarnya, dia menarik mangkuk bubur itu ke hadapannya kemudian menyendok bubur tersebut dan menyodorkannya ke mulutku.

Aa... Katanya, dia ingin menyuapiku seperti menyuapi anak kecil, “dih, Dea bisa makan sendiri kali,” aku langsung merampas sendok yang di pegang Ran dan mengambil alih mangkuk bubur itu kembali.

“Nah gitu dong, itu baru anak baik.” ucapnya sambil tersenyum melihat aku melahap bubur dan telur rebus itu dengan cepat, bukan karena suka atau lapar namun karena ingin cepat menghabiskannya.

“Sip, mau nambah lagi gak?” tanya Ran sambil cengengesan.

“Nggak!” sergahku segera.

“Emang apa sih salahnya, bubur itu enak tahu Abang juga pengen.” ucapnya sambil meminta semangkuk bubur pada Bi Sumi.

“Ya udah kalau gitu Abang aja yang habisin buburnya, Dea gak suka.”

“Gak bisa dong, kamu yang sakit berarti kamu yang wajib makan bubur, Abang bisa makan yang lain.” aku hanya mendelik kearahnya.

Gimana caranya aku bisa menjauh darinya jika dia selalu memberikan perhatian lebih untukku? Bagaimana caranya aku bisa menghilangkan perasaan yang tumbuh tanpa izin di hatiku ini. Devran, nama itu menerobos pertahanan dalam hatiku membuat ruangan khusus untuk dirinya sendiri, bagaimana caranya aku mengusirnya dari sana?

Mungkin Ibu benar, seharusnya aku tidak tinggal di rumah ini, semakin lama kami bersama perasaan ini semakin tak terkendali, aku harus bagaimana menghadapi Pak Bagas nantinya?

“Ada apa?” tanya Ran saat dia mendapati aku terdiam sambil menatap kearahnya.

“Hah? G–gak ada apa-apa ko Bang, tiba-tiba Dea inget, Dea punya tugas lama yang belum Dea kerjain.” aku langsung pergi sebelum Ran bisa mencegahku.

Brak...!!

Aku menutup pintu kamar dengan kencang tanpa sengaja, debaran jantungku berpacu seiring deru napas yang kian memburu, aku jatuh cinta pada Abangku sendiri, ini sungguh gila!

Arrghhh....

Teriakkanku teredam bantal! Si*al, kenapa ini harus terjadi padaku, apa yang harus aku lakukan sekarang, untuk menghilangkannya? Aku berguling kesana kemari seperti cacing kepanasan, bayangan wajah Bang Ran seolah menari-nari di kelopak mata.

Aku harus bagaimana sekarang?

“Ya!” tok...tok...tok... Suara ketukan pintu di iringi suara Ran membuat tenggorokanku seketika tercekat, aku menatap pintu seperti maling yang takut pada polisi.

“Ya! Jangan tidur masih pagi.” Suara Ran kembali terdengar, bahkan dia tidak kuliah hari ini hanya karena aku juga tidak sekolah, apa sebenarnya ini, apa mungkin dia juga suka padaku?

“Dea bodoh, jangan mikir yang aneh-aneh.” aku menoyor kepalaku sendiri berusaha menyadarkan pikiranku yang mulai melantur.

“Ya!” panggilnya lagi, bahkan kini Ran menggerak-gerakkan gagang pintu berusaha membukanya, namun itu tak membuat pintu terbuka karena aku menguncinya dari dalam.

“Ya!” Dor...Dor... Suara Ran terdengar panik, bahkan dia bukan lagi mengetuk pada pintu kamarku melainkan menggedor-gedornya. Untuk beberapa saat suara Ran menghilang di iringi langkah kaki cepat menjauh.

Namun, tak lama kemudian dia sudah kembali, Aku memutuskan untuk membuka pintu untuknya, ceklek... Pintu pun terbuka menampilkan wajah cemas Ran, “kamu lagi ngapain sih, kenapa gak nyahut waktu aku panggil?!” ucapnya dengan nada kesal, di tangannya terdapat sebuah linggis.

“Abang mau ngapain bawa-bawa linggis?”

“Abang mau dobrak pintu, habisnya kamu gak nyahut-nyahut Abang panggil, Abang kira kamu pingsan lagi.” ucapnya sambil menghela nafas lega.

Tiba-tiba Ran membawaku dalam pelukannya, “Jangan gitu lagi ya, Ya. Jangan bikin Abang takut.”

Aku terpaku di tempat, perlakuan Ran padaku benar-benar membuat aku terkejut, apa ini? Apa seperti ini kasih sayang seorang Kakak pada Adiknya?

“A–aku baik-baik aja ko Bang.” lirihku dengan nada gugup.

Ran melepas rangkulannya, “Kamu yakin kamu baik-baik aja?” sekali lagi dia memastikan, sebelah tangannya masih melekat di lengan bagian atas ku.

“Iya, tadi Dea habis dari kamar mandi jadi gak denger pas Abang ngetuk pintu dan manggil nama Dea.” Aku mundur dua langkah ke belakang membuat jarak yang cukup di antara kami.

Ran terdiam melihat aku membuat jarak dengannya.

1
Susi Akbarini
sita ngerasa gak enak...


maknya menjauh...

❤❤❤❤😀😀😀😀
Susi Akbarini
lqnjutttt...

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
maunya Ran ciuman secara gak langsyng..
rapi teenyata Dea masih malu2...
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
lanjutttt...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
pinter kga bersandiwara..
awal bertemu di rumah Ran ..
dia kan musuhin Dea..
apa.karena gak yeeima papanya nikah lagi...
😀😀❤❤😘😍😍😙
Susi Akbarini
kok bisa dari SMA...apa pernah satu sekolah..
tapi Dea gak tau...
pantesan Ean betah jomblo..
laahhh...
wmang nungguin Dea...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
jafi oenasaran..
apa masalah flo dimas dan Ran..

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
coba dea jujur ama Ean klo dah putus dari davi..
pasti Ran jujur jga klao suka ma Dea..

😀😀😀❤❤❤😍😙😗
partini
dari SMA ?
ko bisa flashback Thor
Whidie Arista 🦋: Ada nanti, tapi masih beberapa bab lagi keknya, ada di pov nya Ran🤭
total 1 replies
partini
ohhh akit 💔
Susi Akbarini
lanjuttt..
❤❤❤❤
Susi Akbarini
akakah Ran tertarik ama Flo..
😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
waahhh..
akankah dea cemburu kalo tau flora sekampus ama Ran?
❤❤❤❤
Susi Akbarini
bolehhhh .

bolrh banget malahhh..
halal kok..
😀😀😀❤❤❤❤
Arumsari
bagus
Whidie Arista 🦋: Terimakasih Kakak ❤️
total 1 replies
Susi Akbarini
iya jujur saja...
biar gak terlambat...
😀😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
masalah Ean..
bingung mau ngaku syka ama Dea...
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
lanjutttttt...


❤❤❤❤❤❤❤😍😙😙😙
Susi Akbarini
cie3..
yg ketahuan jadian....

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
semangat..

mkasi udah up banayakkkk...


❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!