Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.
Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.
Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.
Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.
Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Xander langsung bergerak gesit ke belakang ketika ular itu menyerang, berkelit ke samping, mengambil ekor ular, kemudian melemparkan hewan itu ke sembarang.
Xander bergegas menaiki pohon, mengambil bendera ketiga. Ia mengawasi keadaan sekeliling pulau di puncak pohon. Dua bendera tersisa terlihat dari puncak pohon. "Aku berada di tengah-tengah pulau sekarang. Dua bendera tersisa berada di sisi kananku. Ini terlalu mudah, padahal menurut Evan Krest aku bisa menyelesaikan ujian ini paling cepat enam jam. Aku yakin pasti ada sesuatu."
Xander menuruni pohon, berlari menuju bendera keempat. Ia melewati rintangan dengan mudah tanpa halangan sama sekali. Hal itu membuatnya semakin curiga.
Evan Krest, Bernard, Darren, dan Kelly mengamati aksi Xander dari perahu.
"Sepertinya Alexander sudah mulai curiga." Evan Krest tertawa. "Rintangan akan tiba saat dia berada di pohon tempat bendera keempat berada."
"Pergerakan Alexander cepat dan gesit sampai saat ini. Dia juga bisa mengatur kapan untuk berlari atau berjalan guna menghemat tenaga. Selain itu, dia tampak tenang setiap kali ada bahaya mendekat. Dia terlalu banyak berpikir selama menjalankan ujian ini. Alexander mungkin bisa menyelesaikan ujian ini, tapi dia akan sampai saat waktu akan habis," ujar Bernard.
"Aku sengaja membohongi Alexander dengan mengatakan bahwa dia bisa menyelesaikan ujian paling lama enam jam agar dia bersemangat. Faktanya ujian ini adalah ujian paling dasar dalam bertahan hidup dan tidak membutuhkan waktu selama itu."
Beralih ke tempat Govin, Miguel, Mikael, dan para pengawal.
Mereka juga sedang melihat aksi Xander dari layar. Posisi kamera tiba-tiba diarahkan menuju atas pulau, tepatnya ke tempat pohon keempat berada di mana sekelompok monyet terlihat berada di beberapa pohon.
Xander berhenti sesaat untuk mengatur napas yang mulai terengah-engah, mengawasi keadaan sekeliling sesaat. Ia menggoreskan sebuah tanda pada pohon sebagai petunjuk sebelum kembali berlari.
Suara aneh tiba-tiba terdengar bersahutan, disusul oleh kawanan burung yang terbang di langit, menghindari sesuatu.
"Suara apa itu?" tanya Xander seraya kembali mengawasi keadaan sekeliling. "Suaranya seperti suara monyet?"
Xander tiba di dekat pohon keempat. Ia terkejut ketika melihat sekawanan monyet berada di pohon keempat dan pohon-pohon sekitarnya di mana satu monyet memegang bendera yang sedang dicarinya. Monyet-monyet itu saling berebut untuk mendapatkan bendera "Monyet-monyet itu pasti bergerak sangat cepat jika aku mengejar mereka."
Xander mengawasi kawanan monyet dari tempat persembunyian. "Jika aku tidak salah menghitung, sudah lewat satu jam setengah dari waktu ujian. Aku lambat karena menilai keadaan lebih dulu."
Xander mulai mendekat, menunggu selama beberapa waktu, menaiki pohon yang berada cukup dekat dengan kawanan monyet. Sayangnya, kawanan monyet mulai berisik karena mengetahui keberadaannya. "Aku hanya akan membuang-buang waktu jika menangkap monyet yang memegang bendera itu. Selain itu, ada kemungkinan monyet lain akan menyerang. Mereka juga cukup agresif."
Xander berpikir sesaat. "Baik, aku mengerti."
Xander menuruni pohon, mengeluarkan tiga bendera dari tas, sengaja memamerkan pada para kawanan monyet. Kawanan monyet itu berteriak heboh hingga bergerak mendekati Xander.
Xander memasukkan ketiga bendera itu ke tas, kemudian mulai berlari ke pohon kelima. Kawanan monyet itu mengejar Xander dengan melompati satu per satu pohon.
Hanya dalam waktu cukup singkat sebagian dari mereka mulai mengimbangi Xander dan menyusulnya.
"Sesuai dugaanku." Xander mendongak ke atas, mempercepat lari ketika melihat bendera kelima sudah mulai terlihat.
Dua ekor monyet mulai melompat ke arah Xander, tetapi Xander berhasil menghindar. Xander berlari dengan gerakan zig zag, sengaja melewati semak-semak, lalu kembali muncul di jalan setapak. Hal itu terus berulang beberapa kali sampai Xander tiba di pohon kelima.
Xander bersembunyi di balik pohon sesaat, menaiki pohon untuk mengambil bendera. Kawanan monyet itu mulai ikut menaiki pohon di mana sebagian berusaha merebut tas Xander.
"Ini menarik." Evan Krest tertawa saat melihat Xander dikerumuni monyet. "Apa yang akan Alexander lakukan saat ini?"
Xander tertahan di tengah pohon.
Satu monyet sudah berhasil mengambil bendera terakhir dan sebagian monyet yang berada di atas berusaha merebut bendera tersebut, sedang sisanya mengerubunginya.
Xander terus menaiki pohon meski para monyet berusaha mengambil tasnya. Ia berhasil menaiki puncak pohon, berusaha menangkap monyet yang mengambil bendera keempat dan kelima meski di saat yang sama para monyet masih berusaha menarik tasnya.
Xander mengendurkan tasnya, sengaja membuangnya ke bawah.
Sebagian besar para monyet langsung mengejar tas itu, termasuk dua monyet yang membawa dua bendera. Xander tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk merebut dua bendera itu dari belakang dan mengelabui mereka dengan mengarahkan pisau.
Xander melompat ke pohon samping setelah berhasil mendapatkan dua bendera. Ia bergerak secepat dan setenang mungkin sembari melompati satu per satu dahan pohon. Para monyet itu berteriak dan mulai kembali mengejarnya.
Xander memasukkan dua bendera ke dalam baju, melompat turun, berlari menuju tempat pohon ketiga berada. Ia melirik singkat ke belakang, bersembunyi di semak-semak, kemudian kembali keluar dan berlari.
Kawanan monyet itu semakin cepat mengejar, beberapa kali nyaris melompat ke arah Xander. Xander berhasil menghindar dengan gerakan zig zag.
Xander melompat ke samping dengan cepat, berguling-guling sesaat, kembali berlari. Para monyet itu tiba-tiba berteriak ketika melihat seekor ular yang dilemparkan Xander sejak mengunjungi pohon ketiga.
"Ular itu akan menghambat mereka," ujar Xander.
Para monyet kembali mengejar Xander setelah lolos dari serangan ular. Satu monyet turun dari pohon untuk mengambil dua bendera yang terjatuh dari tas Xander. Beruntung, monyet itu berhasil menghindar dari sergapan ular.
Xander berlari menuju pantai dengan mengikuti tanda di pohon. Ia menghembus nafas lega ketika para monyet itu sudah tidak lagi mengejarnya. Saat baru melihat setitik cahaya besar di depan, tiba-tiba ia terjatuh ke depan karena mendapatkan serangan tiba-tiba dari sisi kiri dan kanan pepohonan.
"Aku lengah." Xander segera bangkit, menoleh kiri dan kanan ketika melihat enam orang bergerak cepat mengikutinya, menyingkirkan dua benda di lehernya. "Mereka pasti orang-orang yang sengaja ditugaskan untuk menghambatku menuju pantai."
Xander terus berlari sembari menghindar dari serangan sumpit yang dilancar oleh keenam orang itu. Penglihatannya mulai blur bersamaan dengan telinganya yang berdengung dengan keras. "Mereka melemparkan racun padaku."
Keenam orang itu tiba-tiba muncul di hadapan Xander. Xander seketika berhenti, mundur beberapa langkah, bersiaga. Dalam waktu singkat, ia sudah dikelilingi para tamu tak diundangnya.
Satu per satu dari keenam orang itu mulai datang dan melemparkan serangan. Xander menangkis dan menepis, sesekali melemparkan serangan hingga orang-orang itu mulai mundur. Pertarungan berubah menjadi satu lawan enam orang sekaligus.
Xander tersudut hingga beberapa kali mendapatkan serangan di perut, punggung dan betis. Xander terjatuh karena keseimbangannya mulai menurun. Tanpa segan ia mengiris punggung tangannya agar tetap tersadar.
Xander melesat maju bersamaan dengan suara kawanan monyet yang kembali terdengar. Ia menyerang dengan gerakan cepat, memanfaatkan tanah, batu, daun, dan ranting untuk menyerang sekaligus bertahan.
#✌️✌️✌️
cepat² di up nya min
#makan2