NovelToon NovelToon
Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Mengetahui kebenaran identitasnya sebagai anak angkat, tak membuat perempuan berumur 18 tahun itu bergeming. Bahkan kematian ibu angkat dan ayah angkat yang mengusirnya dari rumah, tidak membuatnya membenci mereka. Arumi Maharani, gadis lulusan SMA yang dibesarkan di keluarga patriaki itu memilih mencari jati dirinya. “Aku tunanganmu. Maafkan aku yang tidak mengenalimu lebih awal.” Izqian Aksa. Siapa Izkian Aksa? Bagaimana Arumi menjalani kehidupan selanjutnya? Dan akankah pencariannya mendapatkan hasil? Haloo semuanya… ketemu lagi dengan author.. semoga semua pembaca suka dengan karya baru author…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehidupan Baru

Pertama kali menempati rumah sendirian, Arumi sempat tidak bisa tidur karena was-was. Ia sampai beberapa kali memastikan jendela dan pintu terkunci. Sekitar pukul 1 pagi, barulah Arumi bisa memejamkan matanya.

Keesokan paginya, Arumi bersiap membeli sayur di seberang jalan. Rumahnya yang berada di jalan raya antar desa memudahkannya dalam memenuhi kebutuhan seperti sembako dan sayur yang akan mangkal di depan toko sembako setiap paginya.

“Nak Arumi bisa masak?” tanya Sutin tetangga kiri rumah Arumi.

“Alhamdulillah, Bu.” Jawab Arumi.

“Bu Sutin ini bagaimana, belanja sayur ya sudah pasti bisa masak!” seru tukang sayur yang sambil menghitung belanjaan Arumi.

“Ya siapa tahu! Anak muda jaman sekarang bisanya hanya main hp saja.”

“Itu anaknya Bu Sutin! Jangan samakan dengan Arumi.” Puji yang baru saja datang membela Arumi.

“Bau-baunya Bu Kades mau dapat mantu ini!” sindir Sutin.

“Jangan menyebar fitnah, Bu. Bu Sutin juga punya anak seumuran anak saya. Arumi yang cantik dan rajin ini, siapa yang tidak naksir.”

“Benar, Bu Kades! Kalau saya punya anak laki-laki dewasa sudah saya suruh lamar Nak Arumi.” sahut Jajuk, pemilik warung sembako.

Ibu-ibu lain yang awalnya hanya mendengarkan jadi ikut bersuara, membuat Sutin kesal dan segera pergi setelah belanjaannya dicatat oleh tukang sayur.

Arumi yang merasa terbebani dengan sikap ibu-ibu juga pamit pulang dengan mengatakan dirinya ingin segera memasak untuk sarapan.

Seperginya Arumi, ibu-ibu masih asyik berbincang sambil berbelanja, hingga salah satu dari mereka mengingatkan kalau Arumi belum mengadakan syukuran menempati rumah.

Bukan karena apa, rumah yang Arumi tempati saat ini adalah rumah yang sudah lama tidak berpenghuni. Beliau menyarankan syukuran agar Arumi bisa betah dan sebagai bentuk permohonan keberkahan, keselamatan dan kedamaian penghuni rumah.

Puji yang selama ini dekat Arumi setuju dan mengatakan akan menyampaikannya kepada Arumi nanti. Ibu-ibu mengangguk dan berpisah untuk kembali dengan kesibukan masing-masing.

Sesampainya di rumah, Puji menyampaikan apa yang diutarakan ibu-ibu kepada suaminya. Arifin juga setuju dan meminta istrinya untuk menghubungi Arumi segera.

“Ada apa, Bu?” tanya Arumi setelah berbalas salam.

“Begini Rum. Tadi ibu-ibu menyarankan untuk membuat syukuran rumah. Saya dan suami secara pribadi juga setuju karena bagaimanapun kamu adalah penghuni baru. Tidak ada salahnya membuat syukuran untuk memohon keberkahan dan keselamatan.”

“Saya tidak tahu, Bu. Terima kasih sudah diingatkan. Kira-kira, bagaimana cara membuat syukurannya?”

“Cukup buat makanan, bisa berupa nasi kotak atau buat tumpeng, terserah kamu. Lalu undang para tetangga dan pembaca doa.”

“Kapan baiknya, Bu?”

“Besok hari Jumat, Rum. Hari baik, bagaimana?”

“Baik, Bu. Akan saya siapkan.”

“Apa perlu bantuan?”

“Terima kasih, Bu. Kalau untuk memasak saya sanggup. Saya hanya minta bantuan untuk memanggil pembaca doanya, Bu.”

“Gampang!” Arumi yang baru saja memotong tempe, segera kembali ke tukang sayur untuk membeli bahan untuk besok.

Tukang sayur dengan semangat membungkus belanjaan Arumi. Beliau berterima kasih kepada Arumi karena memborong belanjaannya karena bisa pulang lebih cepat tanpa harus berkeliling untuk menghabiskan dagangannya.

Hari berikutnya.

Selesai melaksanakan sholat subuh, Arumi mulai berkutat di dapur. Ia membuat lalapan ayam dan ikan goreng untuk syukuran. Dengan bungkus kertas nasi, Arumi membuat sekitar 20 bungkus lalapan, lengkap dengan nasi yang ia masukkan ke dalam plastik satu persatu.

Sekitar jam 7, Puji datang dan membantu Arumi menata bungkusan di meja. Tak lama setelah kedatangan Puji, beberapa tetangga yang sudah diundang berdatangan dan pembaca doa yang tidak lain adalah pengurus masjid juga datang.

Syukuran rumah dengan pembacaan doa dimulai dan begitu selesai, para tetangga berpamitan dengan membawa bungkusan makanan yang dibuat Arumi.

“Bungkusannya masih sisa 5, Bu.” Kata Arumi.

“Berikan ke tukang sayur sama penjaga Puskesmas saja, bagaimana?” tanya Puji.

“Boleh, Bu. Saya antar sekarang.”

“Tidak perlu, kamu di rumah saja. Biar Ibu saja, sekalian jalan ke rumah.”

“Tapi, Bu…”

“Tidak apa-apa. kamu sudah Ibu anggap sebagai anak Ibu sendiri. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk mengatakannya!”

“Terima kasih, Bu.” Puji mengangguk dan membawa bungkusan pergi bersamanya.

Sejak Arumi datang dan menginap di rumah kepala desa, pasangan suami istri itu memperlakukan Arumi dengan baik. Mereka selalu memberikan bantuan untuk Arumi yang merupakan pendatang baru.

Bahkan kepala desa telah membantu proses perubahan KTP Arumi menjadi warga lokal dan membuatkannya KK baru, KKnya sendiri. Hanya saja, Arumi masih menggunakan nama Abi Aji dan Umi Im sebagai orang tuanya kandungnya karena ia tidak tahu siapa orang tua kandungnya.

Berbicara tentang keluarga kandung, Arumi sempat meminta tolong kepada Arifin untuk mencari Alamat yang tertera di surat lama. Berhubung Alamat lama dan berbeda daerah, Arifin belum mendapatkan titik terang.

“Bagaimana kehidupan barumu di sana?” tanya Aliya yang menghubungi Arumi.

“Alhamdulillah menyenangkan. Aku bisa melakukan apa yang aku mau dengan bebas.”

“Baguslah! Aku juga sudah mulai kursus. Coach memujiku karena kemampuan makeupku paling jago di antara semua peserta.”

“Alhamdulillah…”

“Pengambilan ijazah nanti, bagaimana? Apa perlu aku jemput?”

“Aku bisa pulang dengan kendaraan umum nanti, tenang saja.”

“Hati-hati, ya? Kalau ada waktu, aku akan mengajak Kak Romi ke sana.”

“Iya.”

Setelah berbincang Panjang lebar, keduanya mengakhiri panggilan dan Arumi menatap teras belakang yang terasa kosong. Teras seluas 4x3 meter itu hanya ia gunakan sebagai tempat menjemur.

“Sepertinya aku perlu menanam bunga. Teras depan juga terlihat kosong.” Gumam Arumi.

Kehidupan barunya telah dimulai. Ia tidak perlu lagi menahan dirinya untuk melakukan apa yang disukainya. Kini ia bisa leluasa melakukannya karena tidak ada yang membatasinya.

.

.

.

.

.

Maaf jadwal upnya tidak bisa teratur seperti biasanya. Tapi author usahakan up setiap hari hehe

1
indy
syukurlah siti mau mencari arumi
Sunaryati
Setelah lamaran segera halali menurut agama dan negara, semoga niat Diti tulus seperti Ramlan
Sunaryati
Kehidupan sosial itu biasa Arumi ada yang suka dan ada yang tidak suka, apalagi jika iri, yang penting kita bisa membawa diri dan tidak melanggar norma
Sunaryati
Ayo Arumi tunggu apalagi, bukankah Aksa membebaskan kamu jika ingin kuliah, mungkin Aksa yang dikirim untuk menjemput bahagiamu Arumi
Sunaryati
Aku juga berharap Arumi berjodoh dengan Aksa dan segera menikah
indy
ayo Arumi, jawab dong...
indy
kasihan arumi. kok ada emak kayak gitu
Meymei: Ada kak 😊
total 1 replies
Sunaryati
Sabar, semangat Arumi, Bush kesabaran dan ikhlas menerima takdir biasanya hasilnya manis.
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Terima kasih Thoor semoga sehat dan selalu semangat menulis, yang kuharap up. Mudah-mudahan Arumi dan Sisa berjodoh dan membawa kebahagiaan keduanya, apalagi Arumi, yang sejak kelas 5 SD, seperti ART.
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Susanti
semangat arumi
Meymei: Iya kak (Arumi)
total 1 replies
indy
kasihan arumi, kayak bener bener dibuang keluarganya. semoga ramlan bisa membuat rumi punya keluarga yang sebenarnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Semakin menarik, kutunggu Thoor
Sunaryati
Arumi gadis kuat, sejak kelas 5 SD sudah bisa menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga dan merawat uminya dengan baik, aku percaya Arumi akan lapang dan ikhlas menerima takdirnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Arumi tunggu apalagi jemput bahagiamu bersama Aksa
Meymei: Sabar kak, nanti cepat tamatnya 😅
total 1 replies
Sunaryati
Semoga hari dan kehidupanmu semakin baik Arumi, dan berjodoh pada orang yang bisa membahagiakan kamu
indy
ditunggu kakak...
Meymei: Siap kak😁
total 1 replies
Susanti
berasa kurang
Susanti: lanjut
Meymei: Kurang apa kak?
total 2 replies
indy
lanjut Arumi...
Sunaryati
Semoga Ramlan benar menunggu dan menerima Arumi dengan sepenuh hati
indy
Ramlan kakaknya Arumi ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!