Mengandung benih kekasih sahabatnya sendiri, sungguh bukanlah hal yang pernah terbayangkan oleh Meisya. Akibat obat perangsang yang tanpa sengaja ia minum di acara party membuatnya terjebak melewatkan malam panas bersama Kenzo. Teman sekaligus kekasih dari sahabat baiknya.
Niat hati ingin melupakan kejadian malam panas bersama Kenzo, Meisya justru mendapatkan kenyataan pelik karena ia dinyatakan hamil tepat sebulan setelah kejadian malam kelam itu.
“Menikahlah denganku demi anak kita, setelah anak kita lahir, kita akan berpisah.” Kata Kenzo ingin bertanggung jawab.
Tak punya pilihan, Meisya menerima tawaran Kenzo. Dengan syarat menutupi pernikahan mereka dari Bianca karena Meisya tidak ingin menyakiti hati Bianca bila dia mengetahuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBKS 13 - Kenapa Aneh Sekali?
Meisya, Eva dan Kenzo kini sudah berada di apartemen baru Meisya. Karena tidak mungkin menjawab pertanyaan Eva di tempat umum, membuat Meisya mengajak Eva untuk ikut ke apartemennya saja. Eva pun mengiyakannya dan membatalkan rencananya untuk berbelanja di supermarket.
“Kenzo benar adalah ayah dari anakku, Mbak.” Pengakuan dari Meisya membuat kedua bola mata Eva melotot. Meski sudah dapat menebaknya tadi, tapi Eva tetap saja kaget.
“Apa? Bagaimana bisa. Bukannya Kenzo udah menjalin hubungan dengan Bianca. Jangan bilang kalau kalian—“ perkataan Eva terhenti karena Meisya buru-buru memotongnya.
“Jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Mbak. Aku bisa jelasin apa yang terjadi.”
Eva diam. Menunggu penjelasan dari Meisya meski rasanya sungguh tidak sabar sekali. Dengan berat hati, Meisya menjelaskan apa yang terjadi malam itu hingga membuatnya dan Kenzo terjebak dalam malam kelam yang membuatnya hamil saat ini.
“Astaga…” Eva ternganga dan geleng-geleng kepala dibuatnya. Dia sungguh tak menyangka jika kejadian tak mengenakkan bisa terjadi pada Meisya dan Kenzo.
Meisya tak lagi mengeluarkan suara setelah menjelaskan pada Eva. Dia diam dengan kepala tertunduk.
“Kalau kejadiannya benar seperti yang kamu katakan tadi, Mbak yakin kalau ada orang yang menjebak kalian berdua.” Kata Eva.
Kenzo mengangguk setuju. “Aku dan Meisya juga berpikiran seperti itu. Tapi sampai saat ini, kami berdua belum bisa menemukan pelakunya.”
Eva menghela nafas. Sungguh apa yang terjadi saat ini membuat kepalanya jadi pusing memikirkannya. “Jadi bagaimana dengan Bianca. Apa dia udah tahu masalah ini?”
Pelan, Kenzo menggeleng. “Aku dan Meisya sudah bersepakat untuk menyembunyikan masalah ini dari Bianca. Aku berharap Mbak Eva bisa bekerja sama untuk menyembunyikan pernikahan kami dan kehamilan Meisya dari Bianca.”
Eva tak memberikan tanggapan. Dia merasa masalah yang dihadapi Kenzo dan Meisya cukup rumit hingga membuatnya tak bisa berkata-kata.
“Aku beneran minta tolong sama Mbak Eva untuk hal yang satu ini, Mbak. Aku gak mau Bianca mengetahuinya. Setidaknya sampai aku siap memberitahu Bianca nantinya.” Kata Meisya karena Eva hanya diam saja.
“Baiklah. Mbak akan tutup mulut. Mbak juga gak mungkin mau memberitahu Bianca. Tapi, Mbak harap kalian bisa memikirkan cara apa yang akan kalian lakukan ke depannya jika kehamilan Meisya diketahui oleh publik. Karena pekerjaan kalian sebagai publik figur yang akan menjadi taruhannya.”
Meisya dan Kenzo mengangguk. Tak lama berada di apartemen, Eva pun berpamitan untuk pergi. Meninggalkan Meisya dan Kenzo yang saling diam satu sama lain.
“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Kita pasti bisa melewati masalah ini sama-sama.” Kata Kenzo.
Meisya mengangguk. Kemudian bangkit dari posisi duduk hendak membereskan barang-barang belanjaannya tadi di dapur.
“Biar aku saja yang mengerjakannya. Kamu cukup duduk diam di sofa.” Titah Kenzo. Menghentikan pergerakan Meisya yang ingin beranjak ke dapur.
“Tapi—“ Meisya tak dapat berkata-kata saat Kenzo sudah melototkan kedua bola matanya pada Meisya. “Baiklah, terserah kamu saja.” Putus Meisya. Tak ingin lagi ambil pusing.
Kenzo segera melakukan pekerjaannya dengan baik. Meisya pun hanya diam memperhatikan pergerakannya. Dari penglihatan Meisya, Kenzo cukup cekatan dalam mengerjakan tugas rumah tangga. Sedikit banyaknya Meisya salut kepadanya.
“Aku pikir tugas kamu di sini udah selesai. Kamu bisa pergi sekarang karena aku gak nyaman terlalu lama di sini berdua sama kamu.” Kata Meisya setelah Kenzo menghidangkan makanan yang baru Kenzo masak untuknya.
Kenzo mengangguk tanpa bantahan. “Aku pergi dan akan kembali nanti malam.” Balas Kenzo.
Kedua bola mata Meisya seketika melotot. “Apa maksud kamu? Bukannya nanti malam Bianca mengajak kita kumpul bersama?” Meisya tak paham.
“Setelah mengantarkan Bianca pulang nanti, aku akan datang ke sini untuk memastikan kamu baik-baik saja sebelum tidur.”
Spontan Meisya menggelengkan kepalanya. Merasa tidak setuju dengan keputusan Kenzo. “Gak perlu repot-repot melakukannya. Aku bukan anak kecil yang harus kamu perhatikan.”
“Benar, kamu memang bukan anak kecil yang harus diperhatikan. Tapi kamu jangan lupa kalau diperut kamu sekarang ada janin kecil yang sedang tumbuh dan butuh perhatian aku sebagai ayahnya. Meski kamu gak suka berdekatan denganku, setidaknya jangan jauhkan aku dari anakku. Karena aku ingin selalu dekat dengannya dan selalu dekat dengannya.”
Meisya terdiam. Dia merasa tersentuh dengan perkataan Kenzo barusan. Entah mengapa Meisya merasa kalau Kenzo begitu sayang dan peduli pada janin di dalam rahimnya.
Melihat Meisya yang hanya diam saja, Kenzo akhirnya berpamitan untuk pergi. Namun sebelum benar-benar pergi dari hadapan Meisya, dia mengingatkan Meisya lebih dulu. “Jangan lupa minum susunya setelah makan. Anak kita butuh nutrisi yang cukup agar bisa tumbuh dengan sehat di dalam rahim kamu.”
Meisya mengangguk saja. Dia tidak menyangka kalau Kenzo seperhatian itu pada anak mereka meski anak mereka masih berukuran sangat kecil bahkan belum terbentuk sempurna saat ini.
“Mungkin aku harus mengalah untuk memberikan ruang bagi Kenzo perhatian kepadaku demi kebaikan anak kami.” Gumam Meisya setelah kepergian Kenzo.
Di saat Meisya merasa lega karena Kenzo sudah pergi meninggalkan apartemennya, Kenzo justru sebaliknya. Pria itu merasa tidak tenang meninggalkan Meisya sendiri di apartemen meski sudah memastikan jika Meisya aman di sana.
“Bagaimana kalau dia membutuhkan bantuan seseorang tapi tidak ada satupun orang yang bisa membantunya?” Gumam Kenzo. Rasanya dia ingin tinggal bersama dengan Meisya saja untuk memastikan wanita itu dan anak mereka baik-baik saja di dalam kandungan Meisya. Tapi untuk saat ini, Kenzo sadar jika hal tersebut tidak mungkin terjadi karena Meisya pasti tidak menginginkannya.
**
Pukul tujuh malam, Meisya terlihat sudah bersiap untuk pergi menuju sebuah kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Bianca. Kepergiannya menemui Bianca malam itu cukup membuat Meisya tegang. Karena dia takut kalau Bianca menyadari ada yang berbeda dengan tubuhnya.
“Meisya, akhirnya kamu datang juga.” Senyuman di wajah Bianca terkembang menyambut kedatangan Meisya. Kenzo yang juga sudah berada di sana hanya diam memperhatikan Meisya.
Meisya mengulas senyum merespon perkataan Bianca. Sejenak, dia berusaha untuk tidak bertatap mata dengan Kenzo. Karena Meisya yakin jika dia bertatap mata dengan Kenzo, akan membuatnya gugup nantinya.
“Sayang, kok kamu cuma diam aja. Kamu gak ada niatan buat nyapa Meisya juga?” Tanya Bianca heran. Karena dirinya dan beberapa teman mereka yang lain sudah menyapa Meisya. Sementara Kenzo hanya diam saja sembari menatap wajah Meisya.
Kenzo mengangkat kedua alis matanya dan menatap wajah Meisya dengan senyum. “Hai, Meisya.” Sapa Kenzo dengan suara khasnya yang terdengar sedikit serak saat berbicara.
Bukannya menjawab, Meisya justru mengalihkan pandangannya dari Kenzo. Karena entah mengapa Meisya merasa gugup sekali ditatap oleh Kenzo seintens itu.
“Meisya? Kok malah kamu yang diam aja sekarang. Ayo jawab sapaan Kenzo dong, Mei.” Titah Bianca. Makin diperhatikan, Bianca makin merasa kalau sikap Kenzo dan Meisya sama-sama aneh.
Tak ingin membuat Bianca jadi curiga, Meisya pun mengangguk mengiyakannya. “Hai, Ken.” Balas Meisya dengan wajah yang ikut tersenyum. Berbeda dengan Meisya, Kenzo jauh lebih bisa bersikap tenang dan santai saat berhadapan dengan Meisya meski sebenarnya dia juga merasa gugup berhadapan dengan Meisya saat ini.
“Kenapa sikap Meisya pada Ken aneh banget. Gak sama seperti biasanya.” Gumam Bianca dalam hati sambil memperhatikan wajah Meisya dan Kenzo secara bergantian.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Meisya dan Kenzo, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
Kenzo membela meisya bianca menuduh meisya, pdhal kenzo dan meisya sama2 terpengaruh obat merasa pd saat melakukannya....
Meisya terpaksa menikah sirih sm kenzo sudah hamidun....
Bianca merasa meisya merebut kenzo darinya.....