Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Ingin menjadi suami adil
KEMBALI KE MASA SEKARANG
Setelah Sofia mengetahui bahwa sang suami telah menikah lagi, sikap Sofia kepada Rico dan bu Irma berubah jadi dingin. Bahkan hampir setiap hari Sofia selalu meminta pada Rico agar dia menceraikannya. Namun Rico tentu saja tidak mau mengabulkan permintaan Sofia.
Rico selalu meminta maaf pada Sofia dan berjanji akan berbuat adil pada kedua istrinya. Namun Sofia sudah terlanjur kecewa. Dia merasa dikhianati oleh suami dan ibu mertuanya serta orang- orang di sekelilingnya. Bagaimana mungkin mereka menikahkan Rico dengan Viviana sedangkan dia saja masih berstatus sebagai istri Rico. Sofia merasa keberadaannya tidak dianggap oleh mereka.
Karena sakit hati dan kekecewaannya yang begitu mendalam, Sofia pun enggan disentuh dan melayani Rico di tempat tidur. Sofia tidak sudi berbagi suami dengan perempuan lain. Namun Rico selalu memaksanya, dia akan marah jika Sofia tidak mau melayaninya dan mengatakan Sofia istri durhaka.
Sofia pun tidak dapat berbuat apa- apa lagi selain pasrah pada sang suami. Namun kali ini dia melayani suami dengan setengah hati, rasanya perasaan cinta yang dulu begitu besar dia berikan pada Rico, semakin hari semakin mengikis.
Rasa cinta yang mendalam kini berubah menjadi rasa benci. Dia mau melayani Rico hanya karena untuk menggugurkan kewajibannya sebagai seorang istri saja.
"Sayang, tolong jangan seperti ini terus..." ucap Rico yang merasa kecewa atas sikap Sofia.
Mereka berdua sedang berada di tempat tidur. Mereka baru saja selesai melakukan hubungan suami istri. Namun Rico kecewa atas sikap Sofia yang sepertinya melakukan hubungan itu dengan terpaksa.Rico merasa sang istri melayaninya tidak dengan tulus dari hati.
"Aku memang salah karena menikahi Viviana tanpa seijinmu. Tapi aku sudah berusaha menjadi suami yang adil, sayang. Aku mohon pengertian dari kamu..." sambung Rico.
"Kamu lihat sendiri kan, bahkan aku lebih sering nginap di rumah ini dari pada nginap bersama Viviana..."
Sofia tersenyum sinis mendengar ucapan Rico. Ya tentu saja, Rico memang lebih sering menginap di rumah bersama Sofia. Namun waktunya lebih banyak dia habiskan bersama Viviana. Seharian mereka berada di kantor bersama. Mereka bekerja sambil bermesraan. Bahkan ketika mereka sudah tidak tahan , mereka akan pulang ke apartemen yang dekat dengan kantor hanya sekedar untuk melakukan hubungan suami istri.
Sedangkan hampir tiap hari Rico selalu pulang di atas jam tujuh malam karena setelah pulang kantor dia selalu mengantar Viviana ke apartemen mereka, dan Rico baru akan pulang ketika Viviana sudah tidur. Karena Viviana tidak bisa tidur jika tidak diusap- usap kepalanya oleh Rico.
Dan setiap kali Rico sedang berada di rumah tak henti- hentinya dia mendapat telpon dan pesan dari Viviana. Alhasil Rico sibuk berbalas pesan dan menerima telpon dari istri barunya itu, bukan sibuk dengan Sofia.
Dia hanya punya waktu beberapa jam saja dengan Sofia ketika menjelang tidur dan ketika pagi hari sebelum dia berangkat ke kantor. Lalu apa arti kata adil yang sering dia ucapkan pada Sofia. Karena Sofia sama sekali tidak merasakan keadilan tersebut.
"Kamu yakin kamu sudah berbuat adil sama aku mas...?" tanya Sofia dengan sikap dingin.
"Ya selama ini aku berusaha untuk adil sama kamu dan Viviana. Tapi kalau kamu merasa aku belum adil sama kamu aku minta maaf, dan tolong kasih kesempatan supaya aku bisa lebih adil lagi sama kamu..." jawab Rico.
Sofia hanya terdiam mendengar jawaban sang suami. Sofia lalu bangun kemudian memakai pakaiannya kembali.
"Sayang, aku minta maaf sama kamu jika kamu merasa tersakiti atas sikap aku. Aku sadar aku bukan suami yang baik, dan aku tahu aku banyak punya salah sama kamu. Tapi tolong berikan aku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku..." Rico menggenggam tangan Sofia.
"Sampai kapanpun aku akan tetap mencintamu sayang. Iya, sekarang memang aku punya dua istri. Tapi nama kamu tetap mempunyai tempat tersendiri di hati aku, sayang, percayalah padaku cintaku tak akan pernah berubah sama kamu... " sambung Rico.
"Kalau kamu cinta sama aku, kamu tidak akan tega mengkhianatiku . Kalau kamu tega mengkhianati dan menduakan aku, itu berarti kamu sudah tidak cinta lagi sama aku mas..." sahut Sofia.
"Nggak sayang itu nggak benar..." ucap Rico lalu memeluk Sofia.
"Lepaskan aku mas..." ucap Sofia.
"Nggak sayang, aku nggak akan melepaskan kamu. Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu..." Rico terus mendekat tubuh Sofia.
"Aku mohon ceraikan aku mas..." ucap Sofia sambil menangis.
"Nggak sayang.. Nggak... Aku nggak akan menceraikan kamu. Sampai kapan pun kita kan tetap menjadi suami istri...." sahut Rico semakin mempererat pelukannya dan menciumi kening Sofia.
"Aku akan melakukan apapun untuk kamu asal kamu jangan minta cerai dariku sayang..." sambung Rico.
"Kalau begitu, ceraikan Viviana..." sahut Sofia.
Rico lalu melepaskan dekapannya kemudian menatap wajah Sofia.
"Sayang..." ucap Rico.
"Kenapa mas...? Kamu nggak mau menceraikan Viviana kan...? Kenapa kamu serakah...? kamu tidak mau melepaskan Viviana dan ingin tetap bersamaku. Padahal aku sudah dengan suka rela ingin cerai darimu , tapi kamu tidak mau juga. Kamu egois mas.. ...Kamu egois... hik...hik..." Sofia menangis.
"Sayang, tolong jangan seperti ini..." ucap Rico.
Sofia lalu membaringkan tubuhnya membelakangi Rico dan melanjutkan tangisnya di sana. Rico menyibakkan rambutnya ke belakang lalu memijit keningnya.
Bersamaan dengan itu, ponsel Rico berbunyi menandakan ada pesan masuk. Rico lalu mengambil ponselnya dia tas nakas dan membaca pesan tersebut.
"Baby, Vivi nggak bisa bobo...Vivi kangen sama kamu baby... Vivi mau dielus- elus... 😭😭..."
Setelah membaca pesan dari istri ke dua, Rico pun semakin pusing. Iya, ternyata punya dua istri memang tidak mudah. Istri yang satu ingin ini, istri yang satu pagi ingin itu, yang satu ingin begini yang satu lagi ingin begitu. Iya, tentu saja Rico menjadi pusing dan bingung.
"Baby, malam ini kan giliran aku nemenin Sofia, kamu yang sabar ya, kan besok kita ketemu di kantor..." Rico membalas pesan Vivi.
Tak lama kemudian Vivi mengirim pesan lagi.
"Tapi kepala Vivi pusing 😭😭..."
Rico menghela nafas panjang. Sebenarnya dia tidak tega dengan Vivi yang tinggal sendiri di apartemen. Apalagi dia mengatakan jika dia sedang pusing kepala. Tentu saja hal itu membuat Rico tidak tenang. Namun di sisi lain dia juga tidak mau meninggalkan Sofia, karena malam ini giliran dia menemainya di rumah.
"Sabar ya sayang, besok aku jemput kamu di apartemen..." Rico membalas pesan Viviana.
Setelah itu Viviana tidak membalas pesan dari Rico lagi. Mungkin dia sudah tertidur. Rico pun lalu membaringkan tubuhnya. Dia lalu memeluk Sofia yang tidur membelakanginya.
🐓🐓🐓🐓🐓
Keesokan hari nya setelah selesai sarapan Rico berpamitan kepada Sofia dan sang mama untuk berangkat ke kantor. Rico mampir ke apartemen untuk menjemput Viviana. Rico langsung masuk ke dalam apartemen tersebut dan mendapati sang istri muda masih tidur di kamarnya. Rico pun menghampiri sang istri.
"Baby... Bangun... Sudah siang... Apa kamu nggak ke kantor...? Ayo bersiap..." tanya Rico dengan penuh kelembutan dan mengusap keningnya.
Rico kaget karena kening Viviana sedikit panas. Rico lalu menempelkan punggung tangannya di leher Viviana, hasilnya pun sama, panas. Iya , Viviana deman.Merasakan pergerakan dari Rico,Viviana pun perlahan membuka matanya. Melihat sang suami berada di dekatnya, Viviana pun langsung memeluknya.
"Baby... Hik..hik..." tiba- tiba Viviana menangis.
"Baby, kamu demam ya...? Minum obat ya... Aku buatkan sarapan dulu..." ucap Rico hendak pergi ke dapur.
"Nggak mau baby, aku nggak mau sarapan, aku mau ditemenin kamu aja...." Viviana mengulurkan kedua tanggannya minta dipeluk oleh Rico.
Rico lalu berbaring di samping Viviana sambil memeluknya.
"Baby sarapan dulu ya , abis itu minum obat. Biar cepat sembuh...." ucap Rico.
"Vivi nggak lapar..." jawab Viviana sambil memeluk Rico.
"Biarpun nggak lapar tapi harus tetap makan..." Rico lalu bangun menuju dapur lalu membuatkan roti bakar dan susu hangat untuk Viviana.
Setelah selesai menyuapi Viviana, Rico mengambil obat deman di kota P3K, lalu meminumkannya pada Viviana. Sebenarnya hari ini Rico ingin menemani Viviana di apartemen, namun apa boleh buat, pagi ini dia ada rapat penting.
Rico lalu pamit pergi ke kantor dan Vivi melanjutkan tidurnya. Pukul dua belas siang meeting pun selesai. Rico kembali ke ruang kerjanya dan menghubungi Viviana untuk menanyakan kabarnya.
Viviana mengatakan jika dia masih pusing dan kali ini perutnya juga sakit. Sebenarnya Rico ingin pulang ke apartemen namun lagi- lagi dia sedang banyak sekali pekerjaan di kantor. Rico lalu memesan makanan untuk Viviana menggunakan salah satu aplikasi di ponselnya. Sedangkan Rico menyelesaikan pekerjaannya sampai sore.
Pukul lima sore Rico pulang ke apartemen untuk menemui Viviana. Ternyata Viviana masih belum baik- baik saja. Walaupun panasnya sudah turun namun dia masih mengeluh sakit kepala. Sebenarnya Rico sudah mengajaknya ke dokter namun Viviana menolaknya.
Karena khawatir dengan keadaan Vivi, Rico berencana untuk menginap di apartemen menemani Vivi walaupun dia tahu sekarang giliran dia menemani Sofia. Rico pun menelpon Sofia dan memberitahunya kalau dia akan menginap di apartemen.
"Apa mas, kamu mau menginap di apartement...? Bukankah sekarang kamu giliran pulang ke rumah...?" tanya Sofia.
"Iya sayang , tapi Viviana lagi sakit, aku nggak tega meninggalkan dia sendiri di sini..." jawab Rico.
Sofia tertawa mendengar jawaban Rico. Iya tentu saja Sofia tertawa, baru juga tadi malam Rico bicara tentang akan berbuat adil pada kedua istrinya, dan akan membagi waktu sesuai bagiannya, namun dia sudah mengingkarinya.
"Apa kamu lupa dengan apa yang kamu omongin tadi malam mas...? Kamu bilang kamu mau adil, tapi nyatanya sekarang...."
"Sayang, tapi ini keadaannya darurat, Viviana sakit..." sahut Rico.
"Terserah kamu mas, kalau malam ini kamu mau menginap di apartement bersama Viviana, aku nggak perduli. Tapi besok pagi aku akan pergi ke pengadilan agama. Aku akan mendaftarkan gugatan cerai. Aku akan menggugat cerai kamu dengan alasan kamu menikah lagi tanpa ijin dariku dan kamu tidak bisa menjadi suami yang adil, karena waktu kamu lebih banyak untuk istri muda kamu..." ucap Viviana.
"Sayang, aku mohon kamu jangan begitu dong sayang. Tolong kamu mengerti sedikit posisi aku sekarang, Viviana sedang sakit. Kasihan dia..." sahut Rico.
"Kamu minta aku buat mengerti perasaan kamu, tapi kamu tidak pernah mengerti perasaan aku mas. Dan kamu kasihan sama istri muda kamu, tapi kamu tidak pernah kasihan sama aku. Apa itu yang namanya adil...?" ucap Sofia.
"Tapi sayang..."
"Aku nggak minta kamu untuk pulang ke sini, aku hanya ingin memberitahumu aku akan menggugat cerai kamu besok pagi...." sahut Sofia.
Rico memijit keningnya lalu menghela nafas dengan kasar.
"Baby, kenapa...? Apa kak Sofia tidak mengijinkan kamu tidur di sini...?" tanya Viviana yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Rico dan Sofia.
Iya, Rico menerima telpon di balkon kamarnya, jadi Viviana bisa mendengarkan pembicaraan mereka dengan jelas.
"Maaf baby, aku harus pulang sekarang. Kamu nggak papa kan aku tinggal...?" tanya Rico dengan berat hati.
Iya, Rico lebih memilih untuk pulang karena dia takut dengan ancaman Sofia yang ingin menceraikannya.
"Aku minta maaf ya baby, soalnya Sofia ngambek dan dia mengancam ingin menggugat cerai jika malam ini aku nggak pulang..." ucap Rico merasa bersalah pada Viviana.
Iya, padahal Rico bisa melihat dengan jelas jika muka Viviana terlihat pucat sekali. Namun bagaimana lagi, Sofia juga tidak mau mengalah.
"Iya, pulanglah baby, aku nggak papa kok..." jawab Viviana.
Sebenarnya Viviana merasa sedih karena di saat sedang sakit dia tidak ditemani oleh sang suami.
"Sekali lagi aku minta maaf..." ucap Rico lalu memeluk Viviana kemudian mengecup keningnya dengan lembut.
"Aku sudah memesan makanan untukmu lewat aplikasi. Sebentar lagi sampai. Nanti kamu makan ya, abis itu minum obat. Ini obat dan airnya sudah aku siapkan ...'' sambung Rico.
"Iya baby..." jawab Viviana.
Rico mengusap pipi Viviana lalu pamit pulang ke rumah.
Lima belas menit kemudian Rico sampai di rumah dan langsung masuk ke kamarnya.
"Lho kok kamu pulang sih mas...? Bukannya kamu tadi bilang mau nginap di apartemen bersama Viviana...?" tanya Sofia.
"Sayang ... Aku mohon, tolong jangan bicara lagi soal cerai. Aku nggak mau cerai sama kamu sayang..." jawab Rico medekat ke arah Sofia.
"Lho, jadi kamu pulang karena kamu takut aku menggugat cerai kamu...?" tanya Sofia sambil tersenyum sinis.
"Sayang tolong jangan bicarakan perceraian lagi. Sekarang aku sudah pulang kan..." sahut Rico.
🐓🐓🐓🐓🐓
Keesokan harinya Rico menelpon Viviana untuk menanyakan keadaannya. Namun telponnya tidak diangkat. Di kirimi pesan pun tidak dibalas. Rico sedikit khawatir. Iya, hari ini adalah hari sabtu, jadi dia tidak pergi ke kantor. Rico hanya di rumah saja menemani Sofia.
"Kalau kamu mengkhawatirkan istri mudamu temui saja dia mas..." ucap Sofia yang melihat Rico terlihat cemas.
"Nggak kok sayang..."sahut Rico.
"Nggak apanya...? Muka kamu terlihat khawatir gitu kok..." ucap Sofia sambil memasukkan pakaian yang baru saja disetrika ke dalam lemari pakaiannya.
"Hari ini kan aku bagian nemenin kamu..." Rico memegang kedua pundak Sofia.
"Dengar sayang, aku sayang dan cinta sama kamu, aku mohon jangan membahas perceraian lagi ya, apapun akan aku lakukan untukmu. Tapi jangan minta bercerai dan jangan minta aku untuk menceraikan Viviana. Kalian berdua istriku, sampai kapanpun akan menjadi istriku. Aku mohon keikhlasan darimu sayang, dan bantu aku supaya bisa menjadi suami yang adil untuk kamu dan juga Viviana..." ucap Rico sambil mendekap tubuh Sofia dari belakang.
Sofia terdiam tak menyahut ucapan sang suami. Hatinya masih belum ikhlas untuk berbagi suami dengan perempuan lain.
Tiba- tiba ponsel Rico berdering. Rico mengambil ponsel dari saku celananya dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata nyonya Merry. Rico heran kenapa ibu mertuanya menelponnya, apakah ada hal penting.
"Ha..halo Mah..." ucap Rico.
"A...apa...? Viviana pingsan...? Iya..iya... saya segera ke sana..." sahut Rico.
Rico terlihat panik, dengan cepat dia mencari kunci mobil dan mengambil dompet, kemudian di keluar dari kamar, dan melupakan Sofia begitu saja. Iya, saking paniknya mendengar Viviana pingsan, Rico sampai tidak pamit dengan Viviana.
Melihat sikap sang suami Sofia hanya tersenyum sinis.
Bersambung...
smuanya trbongkar.... viviana sndiri yg menggurkn kndungannya...
& tak ada lgi ksempatan buat rico kmbali dgn sofia...
ya g pp wes.... klo utuk mnjemput bahagia yg akn datang.... hrus lewat pnderitaan hidup dgn rico trlbh dahulu....
pdahal viviana hbis minum obat penggugur janin.... sengaja cari ribut dgn sofia...