NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:740
Nilai: 5
Nama Author: FairyMoo_

Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.


Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.

And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.


Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Thirteen

  Benar saja, pagi harinya Vio mengeluhkan perutnya yang nyeri karena kedatangan tamu bulanan. Ia baru saja selesai mandi dan kembali ketempat tidurnya karena merasakan nyeri dibagian perutnya.

Bel kamarnya berbunyi dan ia mendengar suara Levi dari speaker dekat pintu yang mengajaknya sarapan. Ia memencet tombol disamping tempat tidurnya yang dapat membuka kunci kamarnya secara otomatis.

  Levi terlihat disamping pintu itu, "Kenapa kamu?" tanyanya masih di posisi yang sama.

"Pake nanya! Udah jelas gw sakit ini makanya ga bisa bukain pintu!" jawab Vio sensi.

"Saya masuk ya?" izin Levi dan di angguki Vio. "Sakit apa?" tanya Levi baik-baik.

  "Nih! Sakit perut gw!" balas Vio. "Kenapa bisa?" tanya Levi lagi. "Ya bisa lah pak! Tanya mulu sih!" balas Vio.

"Yaampun Vi, saya nanya baik-baik. Sensi banget sih kamu." heran Levi. "Diem deh pak! Gw lagi dapet ini sakit banget perut gw, bapak mau apa? Gw lagi ga mood sarapan sekarang." ucap Vio.

  Levi baru memahami keadaan sekarang. Dirinya langsung keluar dari kamar Vio tanpa menutup pintunya. "Bapak Leviandre! Ngeselin banget sih! Itu pintunya ngapaian dibiarin kebuka!!" mencak Vio di posisinya.

 Ia semakin mencengkeram perutnya pertanda ia merasakan nyeri. Ia memilih berbaring daripada menutup pintu kamarnya. Vio memang terkadang merasakan sakit yang luar biasa saat haid bahkan pms tetapi tak jarang juga ia tidak mendapatkan gejala apapun.

  Jika merasakan sakit akibat haid Vio akan menjadi sangat sensitif dengan segala hal, mood nya jadi berantakan. Jika seperti itu ia memilih mengurung diri di kamar sembari meredakan sakitnya dari pada ia keluar dan memarahi orang tanpa sebab yang akan membuat orang risih nantinya. Beberapa saat berlalu Levi kembali ke kamar Vio dengan setelan rapi untuk pergi mengajar dan ia membawa sebuah kantong di tangannya.

  "Vi, duduk bentar." ujarnya lembut tak ingin mengusik mood Vio lagi. Vio berbalik dari posisinya dan mendapati Levi yang berdiri di samping tempat tidurnya. Vio duduk sambil terus meremas perutnya.

  "Ini saya belikan obat pereda nyeri, dan apotekernya bilang kalau lagi sakit haid biasanya orang minum ini." ujar Levi mengeluarkan obat dan botol minuman herbal khusus perempuan dari kantongnya tadi.

"Ini tablet tambah darah dan ini saya juga beliin bantal penghangat elektrik yang mungkin bisa meredakan nyeri diperut kamu." sambungnya memperlihatkan semua belanjaanya dari apotek.

  Vio terpaku menatap Levi, "Bapak beli ini semua? Di apotek?" tanya Vio tak menyangka.

"Iya, diminum obatnya ya, saya mau pergi ngampus sekarang. Saya sudah telat." pamit Levi langsung keluar dan menutup pintu kamar Vio. Vio mulai tersenyum ia membayangkan Levi yang belanja keperluan-keperluan perempuan tadi di apotek entah bagaimana respon apoteker di sana.

...                                              ✥...

  Sore harinya sakit yang diterima Vio telah baikan. Ia mulai kelaparan dan memesan makanan lewat online. Vio mendapatkan pesan bahwa makanannya telah sampai, ia langsung turun dan mengambil pesanannya. Ia makan diruang keluarga sambil menonton tv yang menampilkan sebuah reality show.

  Levi baru saja tiba, ia melihat Vio yang sedang makan di ruang keluarga dan menghampirinya. "Vio, udah sembuh?" tanyanya. "Iya, dah mayan." jawab Vio sekenanya.

Levi hanya mengangguk dan meningggalkan Vio ke kamar. Beberapa saat kemudian Levi kembali dengan pakaian rumahannya dan duduk di samping Vio.

  "Makanan online?" tanya Levi. "Iya, kelaperan gw ga sanggup nunggu bapak pulang." ujarnya.

"Ada tugas buat kamu. Tadi di kelas saya ada tugas mengumpulkan materi sesuai undi dan dikumpulkan 2 hari kedepan." Kata Levi menginformasikan.

"Heh! 2 hari? Yaampun pak, ngasih tugas beneran dikit dong!" Vio langsung melihat Levi yang ada di sampingnya.

  "Bener kok, yang lain gaada yang protes tuh. Lagi pula minggu depan udah UAS Vi, ini tugas terakhri di semester ini." ujarnya mengambil cemilan Vio dan mulai fokus dengan acara tv yang tadi di tonton Vio.

"Bukan ga protes itu!! Mereka terpaksa! Bapak ga sadar kalo bapak tuh ditakutin?" tanya Vio. "Oh?" cuek Levi. Vio sudah memasang wajah kesal kearah Levi.

  "Yaudah kalo gitu bagian gw apa?" tanyanya. "Kamu dapat bagian meringkas materi manajemen kontingensi. Kalau kamu mau ngerjainnya cepet seingat saya, saya punya buku itu diruang kerja saya." balas Levi.

"Beneran? Okedeh nanti malam gw kerjain." ujar Vio lanjut makan.

   Mereka berakhir menonton tv bersama hingga malam hari. Levi juga ikutan membeli makanan secara online sebab malas masak sedikit hanya untuknya.

Jam 7 malam mereka telah berurusan dengan urusannya masing-masing. Vio sedang mandi di kamarnya dan Levi sedang mengurusi kerjaan kantornya di ruang kerjanya.

  Selesai mandi Vio berniat mengerjakan tugas dari Levi tadi, ia berencana mengerjakannya di ruang kerja milik Levi sebab ia ingin meminjam buku untuk tugasnya itu. Vio turun ke dapur untuk mengambil segelas sirup jeruk untuk menemaninya nugas, setelah itu ia lanjut naik kelantai dua di mana tempat ruang kerja Levi.

 Vio memencet bel di sana dan seketika pintu ruangan itu otomatis terbuka. Vio langsung masuk kesana dan memperhatikan sekitar. Ruangan itu cukup besar untuk ukuran ruang kerja, di sana terdapat dua single sofa yang saling berhadapan dan terdapat meja bundar diantaranya, tak lupa meja kerja dan di pojok ruangan itu terdapat ruang yang bisa disebut sebagai perpus mini karena banyaknya buku yang lebih dari satu rak di sana.

  Vio meletakkan laptop miliknya di atas meja bundar yang tak jauh dari meja kerja Levi. "Jadi? Mana bukunya?" tanya Vio menagih Levi.

"Disana diujung rak kedua dari kiri pas di deretan ketiga di atas tuh ada buku warna navi, itu dia." jawab Levi secara detail. Vio mengangguk dan mulai mengarah ke tempat yang dimaksud Levi.

  Levi kembali fokus pada kerjaannya. "AAKHHHHH BAPAKKK!! " teriak Vio. Levi segera menuju arah suara Vio daan saat di dekat tempat kumpulan buku, Vio datang berlari dari rak buku pertama paling samping dan langsung melompat kearah Levi.

  Posisi mereka sekarang, Levi sedang menggendong Vio yang menempel di depan badannya layaknya koala. Vio mengeratkan pelukannya pada leher Levi dan Levi otomatis menahan badan Vio di dekapannya.

  "Kenapa?" panik Levi. "Itu!! Ituu disanaaa! Ada putih-putih pakkk!!" mencak Vio dipelukan Levi.

"Ga ada apa-apa Vi." ucap Levi menenangkan Vio. "Gakk!! Di pojok sana ada putih-putih pak!! Itu hantuu!!" kalutnya.

"Engga Vi, itu cuman tirai, di pojok kanan itu ada jendela kecil yang mengarah keluar, di sana saya kasih tirai warna putih, mungkin bawaan cahaya dari luar dan angin jadi kamu lihatnya aneh." ujar Levi.

  Benar itu adalah tirai, karena Levi lupa menyalakan lampu di sana jadi hanya lampu kuning yang remang-remang yang menerangi di sana lampunya yang ala vintage itu membuat penglihatan Vio sedikit terganggu.

"Udah, gaada hantu disini. Turun sekarang." titah Levi. Vio perlahan turun dari pelukan Levi dan mulai berdehem untuk menetralkan perasaannya.

  "Udah sana, biar saya yang ambil bukunya." ujar Levi sembari berjalan kearah rak buku disana. Vio hanya mengikuti instruksi dan ia duduk di sofa menunggu Levi mencarikan bukunya. Beberapa saat kemudian Levi telah kembali dengan 3 buku di tangannya.

  "Ini, sisanya untuk menunjang materi kamu." ucapnya seraya menyerahkan buku-buku itu. "Sama tirai doang kok takut." ujar Levi mengoloknya sambil berjalan kearah meja kerjanya.

"HEHHH! Gw ngiranya itu hantu ya!! Orang gila mana yang ga kaget kalo liat hantu?!" jawab Vio tak terima tetapi hanya dibalas kekehan dari Levi.

  Satu jam kemudian Levi terlihat telah selesai dengan pekerjaannya, tetapi Vio terlihat acak-acakan di sana, ia kesusahan merangkai materinya. Levi menghampirinya dan ia duduk di tangan kursi yang di duduki Vio dan ikut memperharikan deretan materi yang telah Vio ketik. Levi mulai mengarahkan tangannya pada keyboard.

  "Di bagian ini isi dengan kepala materinya terlebih dahulu, dan di sini beri sedikit pembuka baru point nya jangan langsung point." ucap Levi memasang enter di beberapa ketikan disana.

"Berarti di tambah ini sampai sini?" tanya Vio sambil menunjuk materi di salah satu buku yang sedang ia pegang. Levi meresponnya dengan mengangguk.

  Vio melanjutkan tugasnya lagi dengan Levi di sampingnya. "Disini tambahin bagian paragraf 4 dari materi dibuku." ujar Levi sambil mengetik di tengah-tengah ketikan Vio. Posis Levi mengukuh Vio dari samping karena ia tak bisa mengetik secara miring jadi ia merangkul Vio agar tangan kanannya dapat menyentuh keyboard didepan mereka itu.

  Vio mengangguk dan mengerjakan apa yang di instruksikan Levi. Tangan Levi dengan santainya bersender di bahu Vio, ia merangkul Vio sambil memperhatikan kerjaan Vio. Vio yang sedang fokus tak menyadari hal itu. Seketika sadar, Levi cepat menarik tangannya kaget. Lalu ia berdehem singkat untuk menetralkan perasaannya.

  Levi pergi meninggalkan Vio di ruangannya karena dilihatnya Vio sedang fokus-fokusnya untuk menyelesaikan tugasnya itu, jadi Levi tak mau mengganggunya atau menyuruhnya sudahan karena bisa saja besok Vio sudah malas untuk mengerjakan tugasnya itu, sebab hal itu sering terjadi.

  Beberapa saat kemudian Levi kembali kesana dengan membawa segelas kopi dan sirup jeruk juga beberapa cemilan dengan mapan. Ia meletakkan minuman itu di meja bundar yang sedang di tempati Vio. Ia menyerahkan sirup itu untuk Vio sebab ia tadi melihat sirup Vio sudah habis dan ia duduk di depan Vio sembari menikmati kopinya.

  Levi duduk dengan menyilangkan kakinya dan menghirup kopinya lalu mulai sibuk dengan ponselnya. Ia terlihat menggulir-gulirkan layar ponselnya itu, ia meringis dan terkadang terkekeh lalu melirik Vio. Levi diam di sana untuk menemani Vio walaupun sibuk sendiri dan terkadang ia menghirup kopinya.

  Setelah beberapa waktu kopi Levi telah habis begitu pula minuman Vio dan tugas Vio telah selesai.

"Wahhh! Akhirnya selesai." ucap Vio sembari meregangkan bandannya. Levi langsung mematikan ponselnya. "Udah?" tanya Levi dan di angguki Vio. "Yaudah sekarang istirahat." ujar Levi merapikan gelas kemapan.

Mereka keluar dari ruang kerja Levi itu dan mengarah ke dapur bersama, Vio membersihkan gelas bekas mereka dan Levi minum air putih sebelum tidur setelahnya mereka berdua bubar kekamar masing-masing.

Sesampainya di kamar, Levi berniat untuk cuci muka terlebih dahulu sebelum tidur. Ia menyalakan ponselnya dan langsung terlihat halaman sebuah akun Twitter di sana, itu adalah akun Vio.

Ia langsung mengembalikannya ke halaman utama ponselnya lalu mematikannya dan melemparkan ponselnya itu kekasur.

...✥...

Dua minggu kemudian..

   Dua minggu terakhir mereka semua disibukkan dengan UAS. Minggu pertama mereka habiskan untuk mengambil nilai akhri dan baru kemarin kampus telah mengumumkan IPK mereka. IPK Vio kala itu adalah 2.0 miris sekali pemirsa.

  Ini adalah hari Rabu, Vio sedang nongkrong di markas ILUSIONS bersama teman-temannya yang lain. Sedangkan Levi berada di kantor sejak pagi hari karena ia telah libur mengajar jadi sekarang waktunya ia mengurusi perusahaan yang akan ia kelola setelah ayahnya lepas tangan.

  "Ga kerasa, kita udah mulai libur akhir semester." ujar Daniel sembari menyandarkan kepalanya kekursi. Mereka ber5 sedang berkumpul di salah satu meja bundar disana.

"Iya nih, gimana kalo nanti kita jalan-jalan kemana kek gitu? Stress banget gw abis UAS jir!" ujar Ian. "Bener tuh!" setuju Vio.

  "Lo kenapa sih Ken?" tanya Aran melihat Kenan yang terlihat kacau karena habis mengacak-acak rambutnya.

"Pusing banget gw! L" ujarnya. "Punsing apaan lo? IPK lo rendah?" tanya Vio. "Dih? Apaan, jan ngomongin nilai deh di sini, lo kira kita apaan?!" sahut Ian. Benar juga, bentukan mereka tidak cocok mengobrol perihal nilai akademik.

  "Kemaren kan gw mampir ke super market ngebeliin titipan nyokap. Gw ngeliat satu cewek nih, pendek." ujarnya mulai bercerita. saat mengatakan kata pendek ia refleks menatap Vio.

  "Apaan lo liat gw!? Gw ga pendek!!" ujar Vio nyalang.

"Serah lo deh Vi." ucap Aran pelan. Gitu tuh cewek dikataian pendek bawaannya ngegas mulu. "Lanjut nih ya, dia tuh mau ngambil barang di rak tinggi, ga nyampe tuh dia udah jinjit-jinjit. Anyway dia nih anak SMA ya, soalnya kemaren dia tuh masih pake seragam gitu. Gw bantu deh dia, gw ambilin barangnya dari belakang dia. Lo tau apa?" tanyanya di tengah cerita.

   "Pake sesi tanya jawab lagi, lansung aja ege! Udah serius nih dengerinnya." cecar Daniel.

"Pas dia balik tuh! Dia mungil banget gess!! Cuman sedada gw, dan paling penting tuh mukanya itu baby face banget! Dan cara dia ngucapin makasih tuh imut banget! " heboh Kenan.

"Gw ga biasanya tertarik dengan cewek polos gitu kan, tapi entah kenapa pas gw liat senyumnya dia itu jantung gw tiba-tiba tantrum anjir!" ujarnya lagi.

  "Abis itu dia pergi lari-lari ke rak sebelah, ternyata dia pergi ama 3 temannya yang lain. Dan pas ngantri kasir nih ya, pas banget rombongannya itu di depan gw dan posisinya si pendek tadi tuh ngehadap ke arah gw karena di depan gw ada dua temennya. Mereka asik ngobrol tuh pas gw liat senyumnya lagi, behhh memeleh gw!" sambungnya lagi dengan dramatisnya.

  "Cerita cewek lagi ternyata." ujar Vio malas. "Tunggu Vi! Kali ini tuh beda, pas keluar tuh gw ketemu salah satu di antara 3 temannya itu, gw ajak ngobrol tuh basa basi. Dia kek cewek umumnya pas liat gw gitu, gw jadi heran soalnya cewek tadi tuh liat gw kek biasa aja gw kiranya gw udah bukan tipe anak SMA lagi gitu kan, tapi ternyata tu cewek emang beda!" ujarnya.

  "Gw basa basi minta akun Insta dan Tweet nya. Pas sampe rumah gw kepoin tuh akunnya dan ketemu juga yang gw cari!" sambungnya lagi. Mereka di sana mulai serius mendengar cerita dari Kenan itu. "Pasti lo nyari akunnya si cewek pendek tadi kan?" tebak Aran.

  "Seratus buat lo! Gw nemu tuh! Gw kepoin akunnya tuh, makin lama diliat makin lucu dan menarik nih cewek! Jadi gw dm tuh dia dan apa? Responnya tuh asik dan lucu banget! Dia ini emang tipe cewek-cewek polos yang gatau apa-apa gitu, lucu banget anjir!" ucapnya.

  "Kejadian itu udah ada lewat 2 minggu dan akhir-akhir ini kita pindah ke WA tuh, lo tau apa? Gw kembali ngerasain Butterfly Effect lagi anjir! Gw ga nyangka rasa yang terakhir gw rasain pas SMP tuh balik lagi!" ujarnya semangat.

"Tiap chat dia tuh pasti gw senyum-senyum ga jelas bahagia banget rasanya, apalagi liat typing nya itu lucu gitu! Guling-guling gw cok!" ujarnya excited.

  "Gila juga tuh powernya sicewe sampe buat nih buaya darat gila!" ujar Ian. "Tadi tuh gw kek gitu karena dia ga bales chat gw dari pagi, belum aja tuh gw datengin sekolahnya, gw sampe dah ngespam chat itu!" ucapnya, ternyata itu alasannya terlihat amat stress tadi.

  "Susah tau neketinnya, dia tuh ga konek sama modus gw gak kek cewek gw selama ini, pokoknya ini lucu banget baru ini gw ketemu!" ujarnya sambil membuka ponselnya kembali, ternyata chatnya belum juga dibalas. Ia mulai lesu kembali dan menangkupkan wajahnya ke meja.

  "Butterfly Effect apaan?" tanya Vio yang menyimak sejak tadi. Keempat temannya itu menatapnya miris.

"Kasian banget nih jomblo ngenes." ujar Kenan menggeleng dan kembali menangkupkan wajahnya setelah bangkit sebentar karena kata-kata Vio tadi.

  "Butterfly Effect tuh biasa terjadi pas kita mulai tertarik ama seseorang, rasanya tuh kek perut kita tuh geli ga jelas detak jantung ga karuan dan sampe ada efek mualnya gitu, hal-hal itu maksa bibir kita buat senyum." jelas Ian.

  "Biasa disaat seperti itu, saat kita lihat dia berinteraksi dengan lawan jenisnya kita jadi kesel ga menentu dan ngerasa ga enak tuh di dada rasanya aneh pokoknya ga bisa dideskripsiin, dan itu namanya cemburu." sambung Daniel.

  Vio yang mendengarkan penjelasan kedua temannya itu teringat kejadian beberapa hari lalu saat Levi meminta maaf padanya dan kejadian kasir di supermarket. "Ga mungkin deh anjir!" ucap Vio sambil geleng-geleng.

  "Apanya yang ga mungkin? Lo aja yang ga pernah ngerasain bukannya ga mungkin!" ucap Kenan bangkit dari posisinya dan kembali meraih ponselnya. Sedangkan Aran yang mendengarkan dari tadi ikut memainkan ponselnya karena ia juga tidak pernah berpacaran dan merasakan hal-hal itu.

"Ga mungkin gw suka sama tuh dosen rese kan?" batin Vio.

...                                               ✥...

  Malamnya, Vio sedang berjalan kedapur untuk makan malam setelah mandi seperti biasa. Ia duduk di meja bar dan memperhatikan Levi. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup dan ia merasakan mual saat Levi menoleh sebentar dan tersenyum kearahnya. Vio teringat kembali kata-kata Ian tadi. Ia menggeleng menepis pemikirannya.

  Jantungnya masih saja tidak mau tenang makin ia memperhatikan Levi, suaminya itu terlihat sangat keren menurutnya dengan kemeja yang terbuka kancing atasnya dan lengan digulung, membuat jantung Vio tak mau tenang. Ia berusaha menengkan degup jantungnya dengan minum air putih yang ada di dekatnya, tetapi hal itu tak berpengaruh.

  "Udah selesai, yuk makan. Tolong bawakan gelas dan air putih dingin ya Vi." ujar Levi sambil membawa masakannya kemeja makan. Vio tersadar dan langsung mengerjakan perintah Levi tadi.

  Mereka mulai makan bersama di meja itu. Vio tersedak karena ia makan tak menentu karena pikirannya masih memikirkan masalah Butterfly Effect itu. Levi dengan cepat langsung menuangkan air kegelas dan menyerahkannya pada Vio. Vio menerima air itu dan jantungnya kembali berdebar.

  Vio baru menyadari bahwa selama ini ia sering merasakan berdebar bila dekat Levi. Selama ini Vio tak terlalu memikirkan itu. "Pelan-pelan makannya, makanannya ga bakalan lari." ucap Levi kembali memakan makanan di depan mereka itu.

  Mereka lanjut makan sambil berbincang ringan, Vio sedikit canggung menanggapi Levi kali ini. Setelah selesai Vio mencuci bekas makan mereka. Gantian, sekarang Levi tengah memperhatikan Vio yang sedang mencuci piring dari meja bar sambil memakan buah. Vio merasa canggung diperhatikan seperti itu.

  Beberapa saat kemudian mereka bubar dan sibuk masing-masing, Setelah makan Levi pergi keruang kerjanya untuk melanjutkan kerjaan kantornya. Ia mulai sibuk karena dirinya sedang menyiapkan untuk membuka bisnis baru dibidang kuliner seperti yang ia bilang waktu itu. Sedangkan Vio pergi kekamarnya.

  Dikamar, Vio duduk di tempat tidurnya dengan membawa leptop nya. Ia ingin memastikan perasaannya dengan mencari artikel di internet. Ia mulai membaca artikel-artikel psikologis tentang hal-hal yang akhir-akhir ini ia rasakan. Vio bahkan menonton konten-konten dari beberapa psikolog.

  Dari yang ia baca dan tonton memang semua itu mengarah pada dugaannya. Tetapi ia tetap tak mau mengakuinya.

"Yakali anjir! Gw seorang Violia suka ama dosen bentukan begitu?!" ujarnya. "Ga mungkin, apa gw sakit ya? Jangan-jangan ada masalah ama jantung gw? Pokoknya besok gw harus cek kerumah sakit!" ujarnya sambil berbaring ditempat tidurnya.

  Ia ngescroll media sosial di ponselnya lalu lewat sebuah iklan aplikasi novel online. Vio penasaran dan mencoba mendownload lalu ia membuka halaman satu novel yang berjudul "Loves Sky" yang menarik perhatiannya.

  Ternyata novel itu bercerita tentang perjodohan antara CEO sebuah perusahaan yang bernama Sky dan karyawannya yang bernama Cloudie. Hal itu terjadi karena wasiat Ayah Sang CEO itu kala menjelang kematiannya, dan pemeran wanita atau karyawan itu adalah anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan yang sangat disenangi ayah pemeran laki-laki karena kebaikan dan kinerjanya.

  Vio tenggelam kedalam cerita itu hingga telah lewat 4 jam ia membaca cerita itu. Ia melepaskan ponselnya dan menghela nafas. "Happy ending ya?" ujarnya menatap langit-langit.

Vio mengingat ingat beberapa scene yang ada di novel itu yang mirip dengan kejadian yang ia alami. Seperti membuat kontrak pasca pernikahan seperti mereka dan beberapa scene dirumah seperti memasak bersama dan makan bersama. Vio menepis semua pikirannya dan memutuskan untuk tidur.

^^^»»---->To Be Continued<----««        ^^^

...Halloo~ bagian tiga belas😔...

...Maaf di tengah-tengah tiba-tiba ngeskip dua minggu, soalnya harusnya itu baru awal chapter tiga belas ini, jadi chapter kemarin itu hampir empat ribu kata jadi aku pisahin di sini....

...Kritik dan sarannya masih sangat di nantikan di sini🤍...

...Bye byee~ see you in next part 👋🏻...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Ryo_Zanuel???
semangat yaw dari gw, jangan putus asa dan teruslah mengupgrade ceritanya, gw yakin lo bisa 💪
FairyMoo_: omg Thanks😫🙏🏻
total 1 replies
FairyMoo_
Tinggalkan komentar kalian disini ya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!