Tak ada yang menyangka jika orang yang dianggap musuh ternyata orang yang dikirim Tuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam hidupnya.
Walau banyak sekali rintangan untuk mengucap janji suci. Tapi jika Tuhan sudah berkehendak rintangan seberat apapun tidak akan mengalahkan tekadnya.
Gama Alexander berubah menjadi posesif ketika sudah menjadi suami Elata. Tegas dan mempunyai karismatik yang menawan. Sehingga tak banyak yang kagum pada sesosok pengusaha muda tersebut.
Elata wanita yang dari dulu sangat dicintai dan diinginkan Gama. Siapa yang tidak kenal dengan wanita jutek itu. Tapi, setelah menikah dengan Gama, Elata berubah menjadi sosok yang ramah. Berbeda jika pada saat dengan Gama, wanita cantik itu akan berubah 180 derajat. Tingkah absurdnya akan kembali.
Apakah Gama dan Elata akan tetap bertahan dengan pernikahannya seperti waktu mereka pacaran dulu dengan cobaan yang akan datang menimpa pernikahan mereka. Ataukah akan sebaliknya?
Simak di MEIML
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seizy kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Ulang Tahun
"El, loe dateng gak?" Tanya cindy saat sudah berada di parkiran bersama Elata dan Flora.
"Tau ah. Males gue ke acara kek gituan"
"Yahh... Gak seru dong kalau loe gak dateng" Kini Flora yang bersuara, memasang wajah kecewanya.
"Udah ah. Kita balik yuk!"
Elata hendak membuka pintu mobil Flora. Tetapi ia urungkan saat pandangannya mengarah ke Gama yang sedang bersama seorang gadis.
"El, itu Gama sama Ariska"
"Ngapain si Ariska?" Pertanyaan itu keluar dari Flora bukan Elata.
Elata mah bodo amat Gama mau sama siapa saja. Tapi kok hatinya mendadak sesak ya? Matanya terus mengawasi mereka berdua dengan intens. Seakan gak mau kehilangan pandangannya, saat apa yang tengah mereka lakukan.
Elata memang tak mendengar apa yang di bicarakan dua insan itu. Tapi Elata melihat Ariska seperti merengek pada Gama.
"Loe gak napa-napa, El?"
Elata hanya diam, mata bagai tak berkedip barang sedetik pun.
"Woy..." Flora mengagetkan Elata. Yang di kagetkan seperti tak kaget saja. Hanya melirik saja pada Flora. Tajam, dan tak suka. Mood Elata kembali pada titik dimana biasanya. Gak baik.
"Apaan sih?"
"Loe yang apaan?"
"Apaan, apanya?" Elata justru bertanya balik pada Cindy. Gadis itu selalu paling bisa sabar menghadapi sifat ke kanakan Elata. Karna itu Cindy kadang di juluki si 'tua' oleh Flora. Karna di antara mereka hanya Cindy yang selalu bersikap dewasa.
"Loe, cemburuy a?" Kini Flora yang enggoda Elata.
Elata hanya memutar bola matanya, jengah
"Udah ah, mau balik gak nih?" Ucapnya sambil membuka pintu mobil Flora. Elata membuka arah pintu mobil kemudi milik Flora.
"Gue tinggalin, baru tau rasa loe" Saat Elata sudah masuk mobil dan mulai menghidupkan mesinnya.
"Woy, mobil gue itu" Teriak Flora. Tak terima Elata yang akan meninggalkannya.
"Makanya buruan!"
"Sans dong, zheyeeengg " Flora segera naik ke dalam mobilnya. Meninggalkan Cindy yang membawa motor maticnya sendiri.
Cindy bukannya kagak punya mobil, cuman gadis itu lebih suka naik motor. Katanya lebih cepat, apa lagi kalau motornya motor bebek bisa ngalahin soang yang lagi celingak- celinguk nyari emaknya gak nemu-nemu.
"Hati-hati woy! Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya!" Teriak Cindy, saat mobil yang di kemudikan Elata sudah melaju dengan cepat. Sampe-sampe ayam yang lagi lewat aja berteriak. Kok kok kok. Kalau tuh ayam bisa ngomong, mungkin udah tamat si Elata. Bawa mobil gak ngira.
****
Di sisi lain, bukan hanya Elata saja yang melihat Gama dan Ariska, tetapi juga Rara.
Rara gak suka lihat siapa saja cewek yang mendekati Gama. Nah ini kok Ariska, yang katanya teman selalu setia itu. Bohong banget kalau Ariska bilang dia bakalan setia kawan pada Rara. Nyatanya sekarang gadis itu sedang mendekati Gama.
Lantas Rara menghampiri Gama dan Ariska.
"Ris,"
Ariska menoleh. Gadis itu sepertinya sudah mulai menunjukan sifat aslinya.
"Gue duluan, Ris" Gama tak mau ikut terlibat obrolan Ariska da Rara. Pemuda itu pergi dengan motor sport hitamnya.
"Kok loe main tikung gue kaya gini, Ris?" Langsung Rara bicara pada intinya.
"Gue gak nikung loe, Ra"
"Terus ngapain loe nyamperin Gama langsung ke parkiran?"
"Terserah, loe mau percaya atau enggak sama gue. Gue harus siap-siap buat nanti malam. Dan loe, jangan lupa dandan yang cantik. Biar Gama loe itu gak melirik si Elata" Panjang lebar Ariska bicara. Kaya jalan tol yang lempeng gak ada belok-beloknya sama sekali.
"Loe, ngundang Elata juga?" Tanya Rara, yang tak selalu suka bernafas satu ruangan dengan Elata.
"Ya, kenapa?"
"Kok loe gak ngomong dulu sama gue?"
Emang si Rara ini siapa, harus tau semua urusan gue? Ingin rasanya Ariska kasih Rara bon cabe biar tuh mulut berhenti ngomong. Tapi tak ia lakukan. Karna Ariska punya tujuan tertentu mengundang Elata. walau Ariska sendiri ogah.
"Pokoknya loe jangan telat!" Ariska menepuk bahu Rara, tak lupa senyum yang penuh artipun ia berikan pada Rara.
****
"Gimana Flo?" Tanya Cindy. Gadis itu sudah berada di kediaman Flora. Mereka sudah siap dengan gaun yang mereka kenakan untuk datang ke acara Ultahnya Ariska.
"Gak di angkat Cind"
"Tuh anak gimana sih? Tinggalin aja kali Flo!" Cindy sudah mulai kesal pada Elata yang tak mengangkat telpon Flora.
"Bisa ngamuk si Mbaknya kalau kita tinggalin, Cind"
"Emang loe yakin si Elata bakal mau dateng ke acara ultah si Ariska?" Tanya Cindy yang udah mondar mandir kaya setrika yang gak panas-panas akibat kabel colokannya gak di colokin. Gimana ceritanya tuh?
"Yakin. Tadi pas di mobil, gue udah bujukin dia biar datang" Flora trus menghubungi Elata lewat ponsel yang ia genggam.
Cindy trus mondar mandir gak ada capenya.
"Loe, kenapa sih? Dari tadi gue perhatiin mondar mandir kaya nahan pipis. Mau pipis? Sono kamar mandi dulu, ntar loe pipis di kamar gue lagi" Flora tersenyum jahil. Cindy tak terima, tangannya langsung memukul kepala Flora yang udah konslet kek kabel yang trus di tambal lakban.
" Kita samperin aja ke rumahnya. Gimana?" Flora memicingkan matanya
Cindy hanya mengangguk, mengiyakan.
****
"Ya Tuhan.. Elata" Teriak Flora saat sudah ada di kamar gadis penyuka warna pink itu. Cindy hanya memutar bola matanya.
Elata kalau lagi tidur wajahnya tuh damai banget. Kaya gak ada beban hidup. Padahal di parkiran sekolah tadi saat melihat Gama dan Ariska, hatinya tuh ancur lebur kek krupuk yang di remukin trus di masukin ke mulut langsung di telan. Parah 'kan?
"Ni bocah malah ena-ena tidur" Flora terkekeh. Dia menyibakkan selimut yang Elata kenakan. Cindy malah ngambil bantal di samping Elata buat tidur. Ralat buat di pake mukulin Elata.
"El, bangun woyy!"
"Hhmm" Elata hanya menggeliat. Matanya tak kunjung di buka. Susah banget, kek pake lem alteko. Nempel dah..
"Ya elah, ni cewe ngebo banget sih" Flora geleng-geleng kepala liat Elata yang kaya udah gak nafas.
"Apaan sih? Ngantuk gue" Elata masih tak membuka matanya
"Bangun gak loe!" Cindy menarik tangan Elata
"Ngantuk, gue" Kini sang Queen sudah duduk di tempat tidurnya. Tapi tuh mata masih aja gak di buka-buka. Apa iya kali pake lem?
"So imut loe, El. Udah buruan bangun!" Cindy melempar bantal pada wajah Elata. Yang di lempar pasti tak terima dong. Elata membalas Cindy balik dengan melempar bantal yang Cindy lemparkan tadi.
Lah.. Kok malah main lempar-lemparan sih?
****
"Gimana?" Elata keluar dari kamar mandi. Dia sudah mengenakan gaun hitam tanpa lengan yang melekat di tubuh rampingnya. Sehingga bahu putihnya terekspos.
"Satu kata" Flora melihat Elata secara teliti. Memutar- mutarkan tubuh Elata. Sehingga tak ada yang di lewatkan oleh Flora untuk menilai penampilan Elata.
"WAW"
"Ya sudah, yuk!" Sang Queen dan dua dayangnya keluar dari kamar Elata. Menuruni anak tangga rumah Elata.
Saat mereka akan masuk mobil. Tiba-tiba Marsel keluar dari mobil BMW i8 berwarna hitam.
"El, gue belum telat 'kan?" Marsel menghampiri Elata. Matanya seakan tak mau melihat ke arah lain. Dia terpaku melihat penampilan Elata.
Elata merasa risih karna marsel melihatnya seakan matanya mau keluar. Kaya gak pernah liat cewek cakep aja. Flora dan Cindy membatin saat Marsel tak juga mengalihkan pandangannya.
Elata melirik ke dua sahabatnya. Tolongin gue! Begitulah kiranya mata elata berbicara.
"Eekhemm" Flora berdehem menyadarkan Marsel
"Cel, gue bareng Flora sama Cindy aja ya?" Itu bukan pertanyaan Elata, melainkan lebih ke perintah untuk Marcel agar mengijinkannya.
"Gue sengaja lho jemput, loe. Gak baik nyuruh orang yang udah sengaja jemput, terus minta buat balik lagi!"
Yeh nih anak malah ceramah. Kalau mau ceramah sana di masjid Pak Yai aja Bang. Ingin sekali Elata nampol tuh mulut Marcel pake kaca spion yang udah retak tinggal separo.
Dengan terpaksa Elata mengiyakan ajakan Marsel. Walau gadis itu tidak mau, tapi apalah dayanya jikalau terus di paksa.
Saat mobil Flora dan Marsel melaju. Sepasang mata memandang kepergian mereka dengan mata elangnya.
"Gam" Abram menepuk bahu Gama.
Gama dan Abram tak lama menyusul dua mobil yang sudah melaju lebih dulu. Askan dan Andra sudah lebih dulu berangkat ke tempat pesta Ariska.
Mereka menyiapkan lebih dulu di tempat persiapan yang akan mereka tampilkan.
Ya. Gama and the geng di undang khusus oleh sang tuan acara untuk menampilkan penampilan mereka.
****
Ariska mengundang semua teman kelasnya tanpa terkecuali. Tak hanya teman sekelas, tapi teman seangkatannya kelas 12.
Pesta di rumahnya sangat mewah. Karna Ariska termasuk anak orang yang berada. Anak tunggal dari orang tuanya. Jadi wajar jika Ariska mendapatkan sesuatu yang selalu special dari orang tuanya.
****
TBC
penasaran gak sama kelanjutan ceritanya?
Apa yang akan di lakukan Ariska pada Rara?
Ikutin trus ya ceritanya!
Jangan lupa like komen rate5 nya. kalau bisa Vote juga ya.
Oia follow juga iG nya aku seizyll_kurniawan disana aku slalu share cerita cerita pendek tentang My Enemy Is My Love. sinopsis cerita selanjutnya juga slalu aku share.