NovelToon NovelToon
Object Of Desires

Object Of Desires

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Pengantin Pengganti / Romansa / Kaya Raya
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Elin Rhenore

Takdir kejam menuntutnya menjadi pengantin pengganti demi menebus sebuah kesalahan keluarga. Dan yang lebih menyakitkan, ia harus menikah dengan musuh bebuyutannya sendiri: Rendra Adiatmaharaja, pengacara ambisius yang berkali-kali menjadi lawannya di meja hijau. Terjebak dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan, Vanya dipaksa menyerahkan kebebasan yang selama ini ia perjuangkan. Bisakah ia menemukan jalan keluar dari sangkar emas Rendra? Ataukah kebencian yang tumbuh di antara mereka perlahan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elin Rhenore, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lovely Daughter In Law

Baru hari pertama kerja Vanya sudah memegang kepalanya, kesal menumpuk dalam pikirannya setelah mendapatkan pemberitahuan jika kasus terakhir yang harus ia tangani saat masih di Nusantara telah dilimpahkan kepada pengacara lain dan yang tak lain tak bukan adalah rekan kerjanya dulu, Henggar.

Keputusan yang diambil tanpa sepengetahuan dirinya ini membuatnya benar-benar kesal, ia pun langsung bergegas menuju ke kantor kepala firma. Tak sabar mengetuk pintunya hingga terdengar seperti gedoran yang tertahan. Setelah tak lama ia pun dipersilahkan untuk masuk ke dalam ruangan.

"Vanya! Kemari-kemari, maaf aku belum bisa menemuimu. Banyak sekali yang harus aku lakukan." Kepala Firma adalah seorang perempuan, paruh baya, mungkin sekitar empat puluh tahunan. Dandanannya rapi dengan kacamata yang bersemat di batang hidungnya, membantunya untuk melihat lebih jelas.

"Selamat siang, Bu Riana. Apakah saya mengganggu waktu ibu?"

"Tidak, justru aku senang kamu datang ke sini. silakan duduk silakan." Riana menunjuk pada sofa yang tersusun di depan meja, Riana juga langsung berdiri untuk menyambut Vanya.

Vanya menunggu Riana duduk terlebih dulu baru kemudian ia ikut duduk di salah satu sofa.

"Bagaimana dengan ruanganmu, apakah ada yang kurang. Katakan saja, aku akan meminta pihak perlengkapan menyiapkan yang terbaik untuk Putri Pak Harun."

Firma itu merupakan salah satu firma yang didirikan di bawah naungan yayasan keluarga Harun Murya. Kebanyakan firma ini mengambil kasus-kasus pro-bono.

"Saya sangat berterima kasih atas fasilitas yang diberikan, tapi kedatangan saya kesini bukan untuk hal itu, Bu Riana."

Riana tampak tertarik, ia memundurkan tubuhnya dan terlihat menyimak apa yang hendak dikatakan oleh Vanya Anantari ini.

"Jadi, apakah ada masalah?"

Vanya menghela nafasnya, mempersiapkan dirinya untuk mengatakan keluhannya. Lepasnya kasus dari tangannya bukan sesuatu yang ia bisa terima. Vanya tidak suka jika ada seseorang yang mencampuri kasusnya tanpa diminta.

"Masalahnya, saat sebelum saya pindah kemari, saya memiliki satu kasus probono. Kasus tanah sengketa Pak Balawa, tapi saat saya hendak konfirmasi ke bagian administrasi, kasus tersebut sudah dialihkan pada rekan yang lain." Vanya menjelaskan dengan tenang. Berharap ada kejelasan dan kasus tersebut kembali ke tangannya. Bukan hanya bentuk sebagai seorang pengacara tapi ia harus memenuhi janjinya kepada Pak Balawa untuk membantunya menyelesaikan sengketa tanahnya.

"Oh kasus itu, aku juga sudah dengar. Aku yang minta kasusnya dialihkan kepada rekan kerjamu, Henggar. Toh, kamu juga bekerja di sini, bukankah akan sangat merepotkan jika kamu harus bolak-balik ke Nusantara?"

Pernyataan terakhir dari Ibu Riana ini sungguh tak masuk pada rasionalitas Vanya. Sebagai seorang pengacara yang sudah berkomitmen untuk menyelesaikan kasus kliennya tentu harus tahu konsekuensinya, memangnya mengapa jika dia harus bolak-balik untuk menyelesaikan kasus ini? Vanya memiliki pengalaman serupa saat menghadapi kasus penganiayaan di Sulawesi, dia juga harus bolak-balik.

"Saya tidak keberatan, saya bisa menghandle pekerjaan saya dengan baik."

"Tentu-tentu, aku yakin kamu bisa menghandle pekerjaanmu dengan baik, tapi di sini berbeda, Vanya. Kamu tidak bisa seenaknya seperti saat di Nusantara. Ini kantor pusat, meski kamu putri Pak Harun, kamu juga pegawai kami. Kami hanya menginginkan efisiensi."

"Tapi, Bu—" Tak sempat Vanya menyelesaikan kata-katanya, Ibu Riana sudah menyelanya.

"Sudah, ya, Vanya. Jangan mempermasalahkan hal sepele lagi. Lebih baik kamu urusi pekerjaanmu. Saya yakin paralegal kita sudah mengirimkan banyak dokumen kasus ke ruanganmu sekarang."

Vanya tahu ia tak bisa lagi membantah, posisinya adalah pegawai baru. Dan Ibu Riana tampaknya tak suka dengan protes yang dilayangkan oleh Vanya. Menelan kekecewaannya dengan hati yang penuh sesak itu Vanya keluar setelah memberikan salam terakhir.

Di luar ruangan itu Vanya menoleh kembali memandangi pintu yang tertutup di belakangnya, ia menggigit bibir bagian dalamnya tanda bahwa ia sedang marah tangannya juga terkepal. Tapi bagaimana lagi, ia tidak bisa melakukan apapun.

Vanya memilih kembali ke kantornya. Benar sekali apa yang dikatakan oleh Ibu Riana, mejanya sudah penuh dengan tumpukan dokumen yang tampaknya adalah kasus-kasus yang akan diberikan kepadanya. Sungguh hari pertama bekerja yang sangat menyenangkan sekali.

Sesaat kemudian Vanya merogoh saku celananya, ia mengambil ponselnya dan menelepon Henggar. Setelah beberapa deringan pun akhirnya panggilan itu dijawab oleh Henggar.

"Hallo, Henggar ... apa kamu sedang sibuk."

"Hei, aku baru saja akan menghubungimu. Bagaimana kabarmu, Nya?"

"Aku baik, kamu gimana? Kerjaan lancar kah?"

Vanya menyandarkan punggungnya pada pinggiran jendela, mengamati apa yang ada di luar gedung firmanya.

"Nya, sebenarnya aku mau ngasih tahu kamu. Kepala Firma tiba-tiba ngasih kasus kamu ke aku. Kamu gimana?"

Kamu gimana? Serius! Vanya merasa seperti dihianati oleh seluruh dunia. Padahal Henggar sudah lama berteman dengannya tapi mengapa seolah tak mengerti perangai Vanya.

"Oh, itu ... nggak apa-apa. Aku percaya kamu bisa bantu Pak Balawa, tapi boleh kah aku minta perkembangan kasusnya, maksudku kamu kabarin aku tentang perkembangannya." Vanya benar-benar berharap bisa membantu Pak Balawa atas sengketa tanahnya yang bermasalah dengan sebuah perusahaan minyak ternama.

"Jangan khawatir, aku pasti melakukan yang terbaik. Kamu tenang aja di sana."

"Terima kasih, Nggar."

"Sama-sama, kamu nggak perlu sungkan sama aku, Nya."

"Aku tahu kamu bisa diandalkan."

"Kamu bisa aja—" ucapan Henggar terputus saat Vanya menerima sebuah panggilan telfon dari nomor yang tak dikenal olehnya.

"Henggar, sebentar ya. Sepertinya ada klien yang menelepon. Nanti aku hubungi lagi."

Vanya buru-buru menutup panggilan itu tanpa menunggu salam perpisahan dari Henggar, lalu mengangkat panggilan telepon dari nomor yang sangat asing dalam ingatan Vanya. Beberapa saat Vanya mengamati layarnya, mencoba mengingat tapi tetap saja ia tak tahu nomor siapa itu. Pada akhirnya ia tetap mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo, Selamat siang dengan Vanya Anantari dari Firma Murya, ada yang bisa saya bantu?"

"Hallo sayang ...." Vanya agak bergidik saat mendengarnya tapi sedetik kemudian ia mengenali suara ini.

"Ibu Dewisari ...."

"Iya, ini Ibu, Nak. Kamu lagi kerja ya? Rendra bilang ini hari pertama kamu kerja."

"Iya, Bu. Ini hari pertama masuk kantor. Banyak yang harus diurus di sini. Ibu apa kabar?" tanya Vanya sembari melangkah ke tempat duduknya.

"Ibu baik, lagipula kita baru ketemu dua hari lalu. Gini ... nanti setelah pulang kerja kamu ada waktu? Ibu mau ajak kamu makan malam."

Sejenak Vanya berpikir untuk mengambil keputusan, Si Rendra-Rendra itu ternyata berbohong. Awalnya mengatakan jika makan malam keluarga sebelumnya hanya formalitas belaka, dan ia tidak perlu mengkhawatirkan keluarganya. Tapi ini apa? Bukannya Vanya tak suka dengan panggilan dari Dewisari, tapi Vanya merasa benar-benar tak pantas mengingat hakikat pernikahan mereka yang hanya berdasarkan kontrak dan sama sekali tak mencerminkan pernikahan yang seharusnya.

"Vanya sayang, bagaimana, nak?"

Bagaimana Vanya bisa menolak seorang ibu selembut ini.

"Tentu saja, Ibu. Vanya ada waktu."

"Bagus sekali!" terdengar antusiasme yang membuat Vanya ikut tersenyum mendengarnya. "Nanti ibu kirimkan detailnya, ya. See you, mantu ibu yang cantik."

Tiba-tiba saja ... ada perasaan hangat yang menyelubungi hati Vanya mendengar sebutan itu untuknya. Pertama kali baginya ada orang yang mantu dengan suara lembut dan terdengar sangat lembut. Apakah menantu-menantu di luar sana pun menerima perlakuan yang sama seperti ini dari ibu mertua mereka.

*

Menggunakan kaca cushionnya, Vanya melihat kembali lipstik yang baru ia oleskan, memastikan tak ada yang tercoreng keluar garis bibirnya. Menghela nafasnya kembali, Vanya mengatur rasa gugupnya, meski bukan pertama kali ia bertemu dengan Dewisuri, tetap saja rasanya sangat canggung.

Pertemuan pertama mereka, Dewisuri sangat baik terhadapnya. Bahkan tampak menganggapnya benar-benar bagian dari keluarga Adiatmaharaja, berbeda dengan suaminya.

Setelah merasa siap dengan penampilannya, Vanya turun dari mobil, ia menarik sedikit suit merah yang dia gunakan hari ini—merapikannya. Lantas ia melangkah masuk menuju ke hotel Park Hyatt.

Dewisuri memberikan detail pertemuan di restauran Park Hyatt yang terletak di lantai 22 hotel Park Hyatt.

Vanya sempat melirik pantulan dirinya di dinding lift kaca. Jantungnya berdegup lebih cepat seiring angka-angka di panel lift merangkak naik. Ia mengatur napas, menenangkan pikirannya. Setibanya di lantai 22, pintu lift terbuka menampilkan pemandangan restoran elegan dengan cahaya lampu temaram yang memantul di permukaan marmer.

Tatapan Vanya segera menemukan sosok Dewisuri, duduk anggun di salah satu meja dekat jendela besar yang menghadap ke hamparan gedung-gedung kota. Wanita itu tampak memesona seperti biasa, dengan balutan dress berwarna krem dan rambut yang ditata rapi. Begitu menyadari kehadiran Vanya, Dewisuri melambaikan tangan kecilnya, senyum lembut terlukis di wajahnya.

Vanya membalas senyuman itu dan melangkah anggun menuju ke meja tempat Dewisuri berada.

"Selamat malam, Ibu. Apa Ibu menunggu lama. Maafkan saya, banyak sekali pekerjaan yang harus saya selesaikan hari ini," jelas Vanya setelah mengecup pipi kanan dan kiri Dewisuri.

"Tidak lama, tidak apa-apa, Nak. Aku tahu pekerjaanmu sangat menyita waktu. Dulu Rendra lebih parah, sebelum tingga sendiri dulu dia sering pulang tengah malam."

Vanya mencerna informasi itu, selama menikah dengan Rendra ia belum pernah melihat Rendra pulang lebih dari jam delapan. Apakah kebiasaannya berubah, ia pun tidak tahu.

"Duduk sini, dekat sama ibu." Dewisuri menepuk-nepuk tempat duduk di sampingnya, senyuman di wajahnya benar-benar bisa menghangatkan seluruh isi hati Vanya.

Vanya menurut dan duduk di sebelah Dewisuri, dan perempuan itu langsung disodori sebuah menu untuk dilihat. Vanya melihat menu-menu yang tertera, meski menjadi anak angkat dari Harun Murya yang kaya raya itu, tapi ia tak pernah makan dengan menu yang harganya bisa menguras isi dompetnya itu.

"Kamu suka makan apa, Nak.?"

Panggilan 'Nak' ini selalu bisa hati Vanya menghangat, ia menoleh ke arah Dewisuri dan tersenyum. Ia tidak tahu apa makanan kesukaannya, selama ini ia makan apa yang diberikan kepadanya oleh mendiang sang nenek. Saat kuliah paling mahal ia makan di kantin kampus. Semua makanan murah itu ia suka, yang lain ia tidak tahu. Soto banjar! Ia ingat, soto banjar jadi favoritnya setelah kepindahannya di Nusantara. Tapi dalam menu makanan itu tidak ada soto banjar.

"Kita pesan set makanan jepang saja, kamu suka?"

"Saya suka apa saja, Bu." Diam-diam Vanya menghela nafas leganya karena tak harus memilih makanan.

"Dia benar-benar pemakan segala, Bu."

Suara ini! Seketika itu juga Vanya menoleh ke belakang dan menemukan sosok sang suami sudah berada di dekatnya, kini mencium puncak kepalanya.

"Bagaimana hari pertamamu kerja, sayang?" tanyanya dengan suara yang terdengar sangat lembut di telinga Vanya, sungguh tak seperti biasanya. Pasti karena ada ibunya di sini jadi dia bertingkah aneh seperti itu. Namun, gestur kecil Rendra ini sungguh tidak diduga oleh Vanya, sampai ia tak bisa berkata-kata karena kelembutan Rendra yang jarang ditampilkan ini mampu membuat jantungnya berdegup dengan kencang tak karuan. Hingga yang bisa ia lakukan hanyalah memandangi setiap gerak sang suami.

Rendra mengambil duduk di samping Vanya dengan tangannya terulur di belakang sandaran kursi istrinya, seolah mengatakan bahwa 'ini milikku, jangan ganggu!'

"Vanya, ibu lupa kasih tahu kamu. Tadi Ibu juga undang Rendra. Jadi kita bisa ngobrol bareng-bareng masalah ini."

Pasangan itu pun tertarik dengan ucapan Dewisuri yang agaknya terlihat sangat serius sampai ia harus membuat reservasi di restauran untuk mengatakannya. Sebelum mengatakannya, mereka memesan menu ke pada waitress restauran.

"Memangnya ada masalah apa, Bu?" tanya Vanya yang sudah penasaran.

"Ini tentang resepsi pernikahan kalian, Bagaimana, Ren?"

Rendra membetulkan letak duduknya, sebenarnya ia agak terusik dengan masalah ini. Sesaat kemudian ia menatap Vanya, kali ini memperhatikan detail wajah istrinya dengan sungguh-sungguh. Vanya memiliki fitur wajah yang tegas dan penuh ekspresi, semua yang dirasakannya akan tampak jelas di sana. Seperti saat ini, ada kebingungan dan penolakan yang jelas-jelas terlukis di wajah cantik itu.

"Sepertinya tidak perlu, Ibu. Saya dan Mas Rendra cukup menikah—" belum sempat Vanya menyelesaikan kalimatnya, Rendra sudah memotongnya.

"Bulan depan boleh, saya tidak keberatan. Ibu dan Vanya saja yang atur semuanya. Kalau bisa buat semegah mungkin, tapi ...." Rendra mengatakannya tanpa mengalihkan pandangannya dari Vanya, hal ini membuat Dewisuri yakin jika Rendra sebenarnya memang sangat mencintai Vanya. Semua tergambar jelas dalam sorot matanya yang melembut setiap kali memandang istrinya.

"Tapi saya ingin semuanya sesuai dengan keinginan istri saya, Ibu. Dia punya mimpi pernikahan dengan tema garden party. Mungkin kita bisa lakukan itu." Rendra melanjutkan, perkataan ini membuat Vanya terheran-heran. Bagaimana mungkin Rendra mengetahui mimpi masa kecilnya itu. Rasanya sangat tidak masuk akal.

"Garden party ya, boleh juga. Nanti ibu akan hubungi wedding organizernya ya."

"Tapi waktunya hanya satu bulan, apakah mungkin mengadakan pesta dengan persiapan secepat itu?"

Rendra kembali menatap istrinya, "Kamu istrinya Rendra Adiatmaharaja, menantu keluarga Adiatmaharaja. Jika kamu ingin pestanya besok, maka akan terjadi."

"Mas Rendra, bisa jangan bercanda, nggak?"

"Nggak bisa, Sayang. Urusan dengan kamu bukan bercanda untuk saya."

...--Bersambung--...

...OBJECT OF DESIRES| 2025...

1
👣Sandaria🦋
wah pasti kasusnya seheboh kasus Jessica Kumalawongso. live lho🤔😅
Elin Rhenore: terima kasih
total 1 replies
👣Sandaria🦋
baca satu bab, Kakak. asik nih cerita pengacara saling bakutikam di ruang sidang, kemudian saling bakugoyang di ranjang👍😆
Elin Rhenore: terima kasih kakak /Hey/
total 1 replies
d_midah
selain cantik, yang aku bayangin pipinya yang gemoy☺️☺️🤭
Tulisan_nic
sidangnya siaran langsung apa gimana Thor?
Elin Rhenore: sidangnya siaran langsung, karena sifatnya terbuka untuk umum.
total 1 replies
Tulisan_nic
Baca bab 1 udah keren banget,aku paling suka cerita lawyer² begini.Lanjut ah
Elin Rhenore: terima kasih yaaa, semoga sukaa
total 1 replies
Ayleen Davina
😍
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
Hallo Kak. Semangat berkarya ya 🫶
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: seru ceritanya 🫶
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
"istri saya" kulanjutin dah😂
Mei Saroha
ayooo kakak othorr lanjutkaann... yukkk bisa yuukkk
Elin Rhenore: sabar yaaaa hehehehe
total 1 replies
Mei Saroha
rendra bertekad untuk lindungi Vanya..
Mei Saroha
alurnya keren thorr
semangat nulisnyaa yaaaa
Mei Saroha
hareudangg euyyy
Mei Saroha
morning wood itu apa kak 😃😀😁
Mei Saroha
apakah keluarga rendra membunuh orangtua Vanya?
Siti Nina
Lanjut thor jgn di gantung cerita nya
Siti Nina
Nah lho perang akan segera di mulai
Siti Nina
Oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Meleleh gak tuh mendengar ucapan Renrda manis banget
Mei Saroha
wahh.. ini masuk KDRT bukan sih
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!