Ongoing
Lady Anastasia Zylph, seorang gadis muda yang dulu polos dan mudah dipercaya, bangkit kembali dari kematian yang direncanakan oleh saudaranya sendiri. Dengan kekuatan magis kehidupan yang baru muncul, Anastasia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya yang jahat dan memulai hidup sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12.
Salju turun lebih lebat malam itu—bukan seperti hujan lembut yang biasa menutupi tanah, tetapi seperti ribuan serpihan kaca dingin yang diguncang dari langit gelap. Angin menderu di sepanjang dinding kastel Utara, membuat seluruh bangunan berderit seperti makhluk tua yang sedang mengeluh.
Di dalam kamar Anastasia, lilin bergetar seolah takut akan sesuatu. Ia berdiri di dekat jendela, memegangi tirai, menatap ke hamparan putih pekat yang tak terlihat ujungnya. “Ada seseorang di luar…” bisiknya pelan.
Tubuhnya merinding. Bukan karena udara dingin—ia sudah kebal terhadap itu. Tapi… karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih membuat napasnya pendek.
Aura, Sangat gelap, Sangat asing dan sangat… menakutkan. “Anastasia.” Suara berat dan dalam itu muncul tanpa langkah kaki apa pun—seperti biasa. Aloric berdiri di ambang pintu, memandangnya dengan sorot mata hitam yang terlatih membaca bahaya. “Kau memanggilku?”
Anastasia menelan ludah, perlahan mengangguk. “Ada seseorang… di luar sana. Tepat di hutan pinggiran barat.” Aloric tidak menanggapi dengan panik atau terkejut. Ia hanya melangkah masuk, mantelnya bergoyang tertiup angin dari jendela, dan ia berdiri di belakang Anastasia, tubuhnya yang tinggi menjulang seperti dinding baja. “Sejak kapan kau merasakannya?”
“Dari tadi. Sejak angin berubah arah.” Aloric berlutut sedikit, memegang kedua bahunya agar ia tidak menjauh, dan matanya mempersempit menatap gelap di balik salju. “…Dia tidak menyembunyikan niat jahatnya. Hanya seseorang yang bodoh atau percaya diri yang akan masuk ke area perbatasan tanpa menyamar.”
Nada Aloric menurun, tajam. “Dan orang itu cukup kuat untuk membuatmu waspada.” Anastasia mengerutkan kening. “Kau juga merasakannya?”
“Aku merasakannya sejak aku menuju ke sini.” Ia berdiri tegak. “Tetap di dalam. Kunci pintu. Jangan biarkan siapa pun masuk.” Anastasia membuka mulut ingin bertanya sesuatu, namun Aloric sudah berbalik, aura mengerikan meledak dari tubuhnya seperti badai hitam.
Lantai bergetar. Lilin-lilin mati satu per satu dan dalam sekejap, ia menghilang.
Di Luar Kastel Utara Badai salju menyambut Aloric begitu ia melangkah keluar. Ratusan prajurit bayangan muncul mengikuti perintahnya tanpa kata-kata, bergerak di balik kegelapan.
Ia menatap lurus ke arah hutan. Di sana…Di antara pepohonan beku… Ada seseorang berdiri, bukan manusia. Matanya menyala merah seperti bara. “Aku sudah merasakanmu sejak kemarin.” Aloric berkata dingin. “Berani sekali menampakkan diri.” Sosok itu perlahan melangkah maju, wajahnya tersembunyi oleh tudung hitam. Suaranya serak namun bernada meremehkan.
“Aku hanya ingin melihat sendiri… apakah rumor tentang Duke Silas itu benar.” Ia tertawa kecil. “Bahwa kau… hidup kembali.” Pupil Aloric mengerut. Darahnya membeku. Hanya tiga orang di kerajaan yang tahu ia sempat mati. Dan semuanya orang dalam Istana…
“Siapa yang mengirimmu?” Aloric bertanya datar, tapi suaranya mematikan. Sosok itu mengangkat wajahnya sedikit—cukup agar Aloric melihat satu hal, Lambang iblis hitam di bawah mata kirinya. Itu lambang kultus yang telah diberantas puluhan tahun lalu. Kultus yang sama…
…yang dahulu membunuh separuh keluarga Silas. “Bukan siapa-siapa,” jawab pria itu sembari menurunkan tudungnya. “Kami hanya ingin memastikan… apakah gadis itu benar-benar memiliki sihir kehidupan.”
Detak jantung Aloric berhenti sesaat. Ini berarti, Mereka mengincar Anastasia. Tanpa menunggu satu detik pun, Aloric menerjang. Tanah pecah seperti dihantam meteor. Prajurit bayangan mengepung. Pria itu tersenyum seakan menikmati ancaman maut itu. “Jangan marah, Duke. Kami hanya—”
Belum sempat ia selesai bicara, Aloric sudah mencengkeram lehernya dan membantingnya ke pohon es hingga retakannya menjalar sejauh lima meter. “Jika kau menyebut namanya sekali lagi,” Aloric berbisik, “aku akan menghancurkan rahangmu terlebih dahulu.” Pria itu tertawa meski darah mengalir dari bibirnya.
“Jadi… kau menjaganya, hm? Menarik.” Aloric menghantam wajah pria itu dengan tinju, membuatnya terbenam ke dalam tanah salju. Namun…
Pria itu menghilang dalam kabut hitam tepat sebelum serangan berikutnya. Bayangan-bayangan prajurit Aloric berusaha mengejar, namun kabut itu memecah seperti asap. Meninggalkan satu pesan di udara “Kami akan datang menjemputnya… sebelum musim dingin berakhir.”
Kembali ke Dalam Kastel Aloric muncul kembali di kamar Anastasia dengan sisa aura pertempuran yang masih mengalir kuat. Tubuhnya dipenuhi serpihan es, setengah dari mantelnya robek, dan darah asing menodai sarung tangannya.
Anastasia berdiri terpaku. “Aloric… kau terluka?” suaranya nyaris tak terdengar. “Bukan darahku,” jawabnya singkat. Namun Anastasia melihatnya. Satu luka memanjang di sisi leher Aloric. Tidak besar… tetapi cukup dalam untuk membuatnya pucat. Ia mendekat pelan. “Biar ku—”
Aloric memegang pergelangan tangannya. Sorot matanya jauh lebih tajam daripada biasanya. “Jangan gunakan sihirmu.” Nada itu… bukan perintah. Itu hampir seperti… permohonan. Anastasia menatapnya bingung. “Kenapa?”
“Karena seseorang… sedang mengejarmu.” Anastasia terdiam. Jantungnya berdetak cepat. “Siapa?”
“Orang yang tidak seharusnya hidup.” Mata Aloric gelap. “Kau tidak boleh keluar kamar malam ini. Tidak satu langkah pun.” Anastasia menggigit bibir. “Apa ini karena… mereka ingin kekuatan sihirku?”
“Kau terlalu berharga bagi musuh.” Aloric berkata pelan, namun penuh tekanan. Anastasia memandang laki-laki itu lama. Sang Duke yang diceritakan dingin, kejam, tidak manusiawi…
Namun kini ia berdiri di hadapannya dengan darah di tubuhnya… Dengan bahaya yang mengintai… Dan dengan suara yang sedikit bergetar saat mengatakan “Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu.” Untuk pertama kalinya sejak ia mengenalnya…
Anastasia melihat ketakutan di mata Aloric. Bukan ketakutan akan musuh. Tapi ketakutan… akan kehilangan dirinya.
Malam itu di Utara Di luar, badai salju mengamuk seperti makhluk buas. Di dalam kamar…
Anastasia duduk di tepi tempat tidur, tidak bisa tidur, memandangi pintu yang dijaga dua prajurit bayangan Aloric.
Aloric sendiri berdiri di sudut ruangan, menyandarkan punggungnya pada dinding batu, tidak tidur sedikit pun Ia mengawasi, Melindungi, Mengamati setiap bayangan yang bergerak dan sesekali…
Matanya beralih pada Anastasia Ada sesuatu dalam tatapannya bukan cinta bukan juga kelembutan tapi sesuatu yang jauh lebih berbahaya sebuah kepemilikan dan seolah ia berkata “Jika dunia ingin menyentuhmu… maka dunia harus melewati aku terlebih dahulu.” Dan Anastasia, tanpa menyadarinya, sedang masuk semakin dalam ke dalam genggaman manusia paling berbahaya di kerajaan.