Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Memaafkanmu
"Ayo pulang!" ajak Esi.
Esi yang tak mendapat jawaban dari Vani, baru menyadari jika temannya itu tengah melamun.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Esi cemas saat melihat jelas wajah Vani yang terlihat sendu, sedangkan beberapa saat lalu Vani masih tersenyum.
"Aku baik-baik saja," Vani menanggapi pertanyaan Esi sambil memaksakan senyum.
"Ya, sudah. Ayo pulang kalau begitu!" Vani melangkah lebih dulu masuk ke dalam mobil.
"Van, kamu yang bawa. Ini mobilmu, lama-lama mobil ini benar-benar akan menjadi milikku jika selalu aku yang membawanya," ucap Esi saat dia juga sudah di dalam mobil.
Mendengar ucapan Esi, Vani kembali terdiam. Dulu alasan Esi yang lebih sering membawa mobil Vani, adalah karena Vani selalu diantar dan dijemput oleh Johan. Sekarang Johan sudah tidak ada, jadi apa yang dikatakan Esi benar, sudah saatnya mobil itu kembali pada pemilik aslinya.
"Sekarang ada Ricky yang akan menjadi supirku," ucap Esi lagi tertawa mengingat pacar barunya.
"Nanti saja bicarakan itu. Ayo pulang!" Hanya itu yang dapat Vani ucapkan, saat pikirannya mulai berkecamuk.
Saat Esi mulai melajukan mobil membelah jalanan. Dapat Vani lihat dari kaca spion mobil, jika mobil yang berada jauh di belakang mereka juga Ikut bergerak mengikuti mereka.
Sebelum kamu melepasku, harusnya kamu juga harus siap melepaskan semua tentangku, Jo. Berhentilah mengikutiku. Berhentilah agar kamu tidak semakin tersakiti seperti ini, karena sampai kapanpun aku. tidak akan bisa kembali padamu.
"Apa kamu mengenal mobil yang di belakang kita itu? Aku perhatikan beberapa hari ini, mobil itu selalu parkir di sekitar kantor," ucap Esi menyadarkan Vani yang sedari tadi menatap kaca spion mobil.
"Itu dia," jawab Vani berusaha tegar saat membahas pria yang memberikan luka pada hatinya itu.
"Jangan berhenti, biarkan saja dia selagi dia tidak menggangguku!" cegah Vani lagi saat tahu apa yang akan dilakukan Esi.
"Vani! Mengikutimu sama saja artinya dia menganggumu! Aku sangat mengerti bagaimana sulitnya kamu menghadapi semua ini. Dengan dia yang selalu muncul dihidup mu sama saja dengan membuatmu semakin tersakiti. Aku tidak terima akan hal itu. Dia sudah menikah, dia sudah punya istri, jika orang tahu dia mengejarmu, tetap saja kamu yang akan disalahkan oleh orang-orang. Mereka akan menyebutmu pelakor," ucap Esi kesal menghentikan laju mobil dan dengan cepat keluar dari mobil menghampiri mobil Johan yang juga berhenti mendadak dibelakang mereka.
"Keluar!" Teriak Esi mengetuk kencang kaca mobil Johan.
"Sudahlah ayo pulang." Pinta Vani menarik tangan Esi, tapi Esi tidak berniat pergi sama sekali sebelum berbicara dengan Johan.
Satu tamparan yang begitu keras mendarat dengan mulusnya di pipi Johan begitu Johan keluar dari mobil.
"Kenapa jadi seperti ini, Jo?" tanya Vani dalam hati menggigit bibirnya saat hatinya merasa tertusuk ribuan jarum, melihat penampilan Johan yang jauh dari kata baik.
"Berhentilah menyakiti sahabatku, apa tidak cukup semua yang sudah kamu lakukan padanya? Apa tidak cukup kamu menyakitinya? Menjauhlah dari hidupnya! Jika kamu masih punya hati. Keberadaanmu di sekitar Vani hanya akan membuat hidup Vani semakin sulit, orang-orang pasti akan berkata buruk tentangnya. Menjauh darinya!" Bentak Esi meluapkan semua kekesalannya. Esi berdiri menghalangi Johan yang terus menatap Vani tanpa memperdulikan keberadaan Esi yang jadi penghalangnya.
"Sayang... Maafkan aku. Aku sungguh menyesal, Maaf! Tolong jangan membenciku." Johan berlutut di atas aspal menatap penuh penyesalan pada Vani hanya diam menatap iba padanya.
"Berikan aku waktu untuk bicara denganya!" pinta Vani menyentuh lembut tangan Esi.
"Tidak..." tolak Esi.
"Sebentar. Hanya sebentar!" ucap Vani lagi.
"Bicaralah. Aku tidak bisa meninggalkanmu berdua dengan pria tak punya hati ini. Tidak baik untukmu jika ada yang melihat," ucap Esi mundur beberapa langkah memberikan waktu untuk keduanya berbicara.
"Maafkan aku, aku mohon maafkan aku. Tolong berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," pinta Johan penuh harap.
"Tidak ada yang bisa diperbaiki lagi. Semua sudah benar-benar hancur. Bagaimana caranya saat sesuatu yang sudah sangat hancur bisa diperbaiki?
Apa kamu tahu Jo betapa bahagianya aku ingin merayakan hari ulang tahunku bersamamu, aku berpikir kamu akan melamarku, tetapi justru membawa wanita lain yang kamu akui sebagai tunanganmu. Jika saja kamu berterus terang, semua tidak akan begitu sulit untukku. Tapi kamu mengkhianatiku. Sekarang semua sudah terjadi, lupakan aku. Ingat kamu sudah menikah," ucap Vani disela isak tangisnya melupakan semua kepedihannya.
"Aku bodoh sayang, aku benar-benar bodoh. Aku sungguh menyesal. Tolong maafkan aku... Maaf!!"
"Aku sudah memaafkanmu, Jo. Jika aku tidak memaafkanmu, mana mungkin aku akan datang menghadiri hari bahagiamu yang sekaligus menjadi hari terburuk untukku." Vani menjeda ucapannya menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya.
"Aku sudah memaafkanmu, Aku juga sudah merelakan dan melepaskan dirimu dari hidupku. Tapi aku tidak bisa untuk kembali padamu karena tidak ada yang bisa diperbaiki lagi diantara kita. Untuk itu aku mohon padamu, lepaskan aku. Terima takdir yang sudah terjadi, jalani semua ini dengan baik.
Jangan lakukan kesalahan untuk yang kesekian kalinya, Jo. Meski tidak bersama, tapi kita bisa kembali menjadi teman seperti dulu lagi. Hiduplah dengan baik bersama Istrimu. Lepaskan aku jika kamu ingin aku bahagia."
"Ikhlaskan aku. Aku tahu mungkin ini sulit. Tapi cobalah hargai wanita yang saat ini ada dihidupmu. Jangan sampai kamu mengulangi kesalahan yang sama. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu," ucap Vani lagi terus saja mengatakan hal-hal yang menyakiti Johan.
Johan tertawa bersamaan dengan air matanya yang mengalir keluar. Pria itu perlahan berdiri. "Kamu menolakku karena kamu juga sudah mengkhianatiku, Van. Kamu bersikap seolah-olah hanya aku yang bersalah, padahal kamu juga melakukan hal yang sama. Aku tidak akan mengungkit hal itu, kita impas. Ayo kita kembali bersama!"
Vani amat syok mendengar ucapan Johan, tetapi juga sadar jika apa yang Johan katakan, itu karena dia sendiri yang mengatakan Arjuna adalah kekasihnya di pernikahan Johan. Meski tersakiti karena ucapan Johan, tetapi Vani lebih memilih mengiyakan itu semua.
"Sekarang kamu tahu jawabannya. Maka menjauh dariku, karena kita sudah punya pasangan masing-masing!" ungkap Vani lantang, setelah itu berlari pergi dari sana, bergegas masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Esi yang juga dengan cepat melajukan kembali mobil mereka.