Selby dan Bagas saling mencintai dalam diam. Saat Bagas menyatakan cinta Selby menolak karena berpikir mereka saudara sedarah.
Padahal mereka bukan sedarah. Akankah hal itu bisa terungkap?
Akankah ibu dari Bagas mengungkap rahasia yang selama ini dia simpan rapat?
Dapatkah Bagas dan Selby bersatu.(Disarankan baca lebih dulu novel Benih Kakak Iparku.)
Baca kisah mereka hanya di Mangatoon/Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Rara menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Berusaha mengontrol emosi di depan Bagas. Ia harus terlihat Anggun dan cantik. Bagas tidak boleh ilfill dengannya. Rara mendekat berdiri di hadapan Selby dan Bagas. Beberapa detik mereka semua diam. Rara memandang Selby penuh dengan kebencian. Lalu beralih menatap Bagas dengan penuh kelembutan.
“Bagas kita kan searah boleh aku numpang di mobil kalian.”
“Tidak boleh.”
“Boleh.”
Jawab Selby dan Bagas bersamaan. Bagas menatap tidak setuju dengan jawaban Selby yang mengijinkan Rara satu mobil dengan mereka.
Selby mengangguk kecil memberi isyarat kepada Bagas. Akhirnya mau tidak mau Bagas setuju.
“Baiklah.”
Rara senang. Akhirnya ia bisa naik mobil Bagas. Mereka lalu berjalan menuju parkiran. Rara berjalan di belakang Selby dan Bagas. Sepanjang jalan Selby terus memeluk lengan Bagas. Tanpa memberi celah sedikit pun pada Rara untuk mendekat ke arah Bagas.
Sial
Rara kesal. Sepertinya Selby sengaja membuat Rara seperti hantu yang tidak terlihat. Tetapi kehadirannya ada. Selby tersenyum. Ia memang sengaja membuat Rara kesal. Ini balasan untuk Rara karena telah ikut campur dengan urusan beasiswanya.
Bagas pun terus tersenyum sepanjang jalan. Jika Selby terus begini ia pun rela. Seandainya ini nyata dan bukan hanya kepura-puraan saja. Pasti Bagas langsung melamar Selby untuk menjadi wanitanya.
Oh Tuhan
Seandainya ini bisa jadi nyata. Bagas pasti akan sangat mensyukuri itu.
“Bagas tangan aku pegal bisa tolong bukain pintu sayang.”
What? Bagas tidak salah dengar kan? Selby memanggilnya dengan kata sayang. Oh seandainya waktu bisa berhenti. Ia ingin Selby terus memanggilnya sayang.
“Tentu By.”
Bagas pun membukakan pintu samping kemudi untuk Selby. Tangannya di atas melindungi kepala Selby agar tidak terbentur mobil. Lalu ia memutari sebagian mobil membuka pintu lalu duduk di kursi kemudi.
Selby menurunkan kaca mobil. Ia melihat wajah Rara yang sudah merah padam karena menahan kesal.
“Kak Rara jadi nebeng tidak? Kalau iya ayo masuk.”
“Ah iya.”
Dengan terpaksa Rara duduk di kursi belakang. Meski kesal ia tetap masuk. Ia ingin tahu dimana Selby tinggal.
Bertepatan dengan Rara masuk Bagas memberikan sebuah botol minuman kepada Selby.
“Ini susu rasa strawberry. Kesukaanmu seperti biasa.”
“Terima kasih sudah selalu ingat.”
Bagas mendekat ke arah Selby. Oh tidak Bagas mau apa? Menciumnya seperti tadi. Astaga jantung Selby berdebar. Ia tidak sanggup menatap Bagas. Matanya mendadak terpejam.
Klik
Bunyi seatbelt terpasang. Selby langsung membuka mata. Bagas tersenyum. Selby mendadak malu karena sudah berpikir yang bukan-bukan.
“Mau dicium. Nanti saja disini ada orang lain. Tidak enak kalau dia lihat.”
Rara yang mendengar itu menjadi panas. Bukan hanya telinga, dadanya pun bergemuruh kembali. Ubun-ubunnya pun memanas. Cemburu. Tentu saja ia sangat cemburu. Tangannya gatal rasanya ingin sekali mencekik leher Selby dari belakang.
Selby menunjukkan sebuah alamat melalui layar ponsel. Bagas melihat dan ia langsung mengerti.
Akhirnya mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah. Rara belum sadar ia sudah sampai di rumahnya. Ia terlalu fokus menatap wajah dan tubuh Bagas dari arah belakang. Selby yang melihat Rara terus menatap Bagas menjadi kesal. Dia pun iseng kembali menunjukkan kemesraan di depan Rara.
“Sayang kita sudah sampai kenapa kak Rara belum turun? Coba kamu tanya?”
“Rara kita sudah sampai. Turunlah.” Ucap Bagas datar. Tidak ada keramahan disana ataupun kelembutan seperti saat Bagas berbicara dengan Selby. Aura Bagas lebih dingin tidak selembut saat dengan Selby.
“Hah, sudah sampai.”
“Cepat sekali.” Batin Rara.
Ia melihat ke luar jendela. Rara sangat familiar dengan rumah itu. Rasanya seperti rumahnya. Mungkinkah Selby tinggal disini? Rasanya tidak mungkin. Mahasiswi dengan beasiswa tinggal di sebuah rumah mewah.
“Ini kan…”
“Benar, kak Rara sudah sampai rumah kalau begitu kami pergi dulu ya. Bye.”
Selby melambaikan tangan kea rah Rara. Bagas melajukan kembali mobilnya meninggalkan Rara yang masih berdiri di depan pintu gerbang rumahnya. Perempuan itu kesal. Ia menghentakkan kaki ke tanah. Berteriak kecencang-kencangnya.
“Aaaarrrggh!!!!!!”
Satpam rumah yang mendengar orang teriak pun keluar. “Non Rara.”
Rara langsung masuk tanpa peduli dengan satpam rumahnya.
Di dalam rumah ia kembali mendengar kedua orang tuanya rebut. Rara tahu papanya punya selingkuhan. Ia juga benci itu tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa seperti mamanya. Kemarin saat ia melabrak selingkuhan papanya justru Rara mendapat tamparan keras dari papanya. Dan mengancam tidak akan membiayai segala hidup termasuk kuliahnya jika ia membantah.
Untuk saat ini Rara diam. Tetapi ia tidak ingin terus ditindas oleh papa dan selingkuhannya. Karena itu ia diam-diam mengalihkan beberapa aset menjadi namanya tanpa sepengetahuan papanya.
Plak
Tamparan keras terdengar. Rara langsung menghampiri ibunya yang terduduk di lantai sambil memegangi kedua pipinya. Air mata terus mengalir membasahi pipi mama Rara.
“Kalian tetap istri dan anak aku yang diakui. Dia hanya simpanan. Tidak ada pejabat yang tidak memiliki simpanan. Kalian tahu itu. Dan jangan berulah lagi jika kalian masih ingin hidup mewah maka diamlah.”
Setelah mengatakan itu ponsel pak Moris berdering. Tertera nama Sayangku disana. Moris yang tadinya marah langsung tersenyum lebar. Ia menggeser icon berwarna hijau lalu menempelkan benda pipih itu di dekat daun telinganya.
“Iya sayang.” Ucap Moris penuh dengan kelembutan.
“Iya aku segera kesana. Aku juga kangen banget sama kamu. Malam ini kita bersenang-senang.”
Tanpa malunya Moris berkata seperti itu di depan istri dan anaknya. Rara mengepalkan tangan merasa kesal dengan tingkah laku papanya. Sedangkan ibu Rara terus menangisi Nasib pernikahannya yang seperti ini. Moris yang dulu mencintainya sudah tidak ada. Yang ada sekarang adalah Moris yang tamak dan serakah.
“Semoga kau segera mendapat karma Moris.” Teriak ibu Rara. Ia bersumpah tidak akan lagi mencintai lelaki itu.
Moris hanya menganggap ucapan ibu Rara sebuah kata-kata amarah biasa yang keluar. Lelaki itu tidak tahu doa seorang istri yang terzholimi langsung tembus langit dan di dengar oleh Tuhan.
***
Selby tertidur saat mereka sudah sampai di apartemen. Bagas tersenyum melihat Selby yang tertidur pulas. Cukup lama ia memangdangi gadis itu hingga sebuah gerakan terlihat. Selby menggeliat. Matanya perlahan terbuka.
“Apa kita sudah sampai?”
“Hm.”
“Maaf aku ketiduran.”
“Ayo turun.”
Selby mengangguk. Sepanjang berjalan menuju lantai dimana mereka tinggal Selby beberapa kali menguap. Dengan gemas Bagas langsung menggendong Selby ala bridal.
“Bagas apa yang kau lakukan?”
“Aku takut kau terjatuh karena mengantuk.”
“Tidak akan turunkan aku.”
“Patuh lah. Aku akan menurunkanmu jika sudah sampai.”
Selby pun pasrah. Ia menyandarkan kepala pada bidang dada Bagas. Tidak lama berselang Selby kembali tertidur. Bagas meletakkan Selby di tempat tidurnya. Ia sengaja. Tentu saja. Ia ingin lebih dekat dengan Selby hanya malam ini.
Ia janji tidak akan macam-macam. Sekali macam mungkin boleh. Hanya beberapa kali cium Selby tidak akan tahu