NovelToon NovelToon
Istri Kedua Adik Angkat

Istri Kedua Adik Angkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Pernikahan Kilat / One Night Stand / Romansa / Dendam Kesumat / Berondong
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: alnayra

Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Ke Rumah?

Sampai di Apartemen, Rabella langsung membuka laptopnya. Juga menghubungi beberapa kenalannya, yang mungkin saja bisa membantu dengan memberikan pekerjaan.

Apapun itu, selama dia tidak perlu bergantung dengan papanya lagi, Rabella akan lakukan.

Tidak peduli apakah papanya akan terus keras kepala dan mengabaikan putri semata wayangnya ini berjuang sendirian.

Rabella terus menunggu, menunggu balasan email dari beberapa kenalannya.

Entah itu dosen, teman kuliah, atau klien yang pernah dia temui saat menjadi karyawan di perusahaan papanya.

Lucu memang, padahal Rabella adalah anak dari pemilik perusahaan. Tapi posisinya benar-benar mengenaskan, hanya karyawan kontrak biasa.

Berbanding terbalik dengan Alvaro yang diberikan jabatan di atas Rabella.

Ting, satu pesan email masuk.

Ting, satu pesan lagi.

Dua balasan email Rabella dapatkan.

Segera dia buka, membaca seksama.

"Yes, apa gue bilang, kan?! Dikira gue gak bisa kerja sendiri apa? Dikira gue cuma anak manja yang gak bisa apa-apa," gumam Rabella, membanggakan dirinya sendiri.

Ya, dua balasan email itu sesuai dengan ekspektasi Rabella. Walau hanya pekerjaan sementara, bukan pekerjaan tetap.

Tapi, setidaknya Rabella masih punya pekerjaan juga penghasilan bukan?

Daripada dia nganggur tanpa pemasukan sama sekali.

Tittle sebagai putri dari keluarga konglomerat, rasanya sudah tak berlaku lagi untuk Rabella.

Sekarang, Rabella akan fokus pada pekerjaan barunya.

Masa bodoh dengan Alvaro dan papanya.

***

Dua minggu kemudian.

Ting [Tagihan anda dengan nomor 000xxx102, sudah mendekati tenggat pembayaran. Harap segera lakukan pembayaran, untuk menghindari denda]

Ting [Pelanggan YTH. Harap segera melakukan pembayaran untuk langganan atas nomor pemesanan 000133xxx]

Ting [Untuk mendapatkan fasilitas lebih lama, segera perbarui masa aktif member anda... ]

Ting [Informasi penting! Kartu kredit anda dibekukan. Tenang, kartu kredit anda bisa dipulihkan, silakan datang ke kantor dengan memverifikasi data sesuai registrasi awal]

Rabella terbelalak, matanya terbuka paksa. Kesal karena tidurnya diganggu oleh suara notifikasi dari ponselnya yang tak kunjung berhenti.

Namun, kali ini mulutnya langsung menganga begitu melihat sekian banyak notifikasi yang membuatnya syok bukan main.

Semalam, Rabella begadang hanya untuk menyelesaikan pekerjaan freelance-nya, dia ingin tidur seharian hari ini.

Tapi, melihat begitu banyak notifikasi di ponselnya, Rabella langsung bangkit.

Menatap tajam layar ponsel yang menampilkan puluhan notifikasi masalah pembayaran.

"A-apa-apaan ini? Ini gila, sialan!! Ini pasti kerjaan papa!"

Rabella langsung tahu, siapa dalang di balik puluhan notifikasi permintaan pembayaran dari tagihan ataupun langganan.

Apalagi melihat kartu kreditnya dibekukan.

Tiba-tiba saja, kepalanya pusing.

Semua tagihan itu, memang miliknya. Tapi, Rabella tak menyangka kalau kartu kreditnya juga akan diblokir.

"Sebenarnya, apa sih maunya papa? Gue udah nyerahin semuanya ke Alva, tapi kenapa dia masih bikin sulit hidup gue sih? Apa segitunya papa mau, supaya gue nikah sama Alva? Sialan!!"

Rabella memaki, dia benar-benar kesal dengan kelakuan papanya.

Jika saja, ada cara untuk memutuskan hubungan darah. Rabella akan segera melakukannya detik itu juga.

Mempunyai orang tua yang tak sayang pada anaknya, tak pernah membahagiakan anaknya, tapi selalu meminta anaknya tampil sempurna, tampil dengan patuh padanya?

Yang benar saja!! Rabella sudah muak selalu di-sisihkan, di-nomor duakan, bahkan tak pernah dianggap.

Drttt...

Satu panggilan telepon masuk.

Rabella berdecih, panggilan itu dari papanya.

Bodo amat! Rabella malas menjawabnya. Buat apa juga coba?

"Huh, gue harus tenang. Sekarang, lebih baik gue fokus kerja. Kalau gue udah fokus kerja, cari duit bukan hal yang sulit lagi. Persetan sama tagihan seabrek itu, gue yakin bisa bayar semuanya tanpa perlu kartu kredit sialan itu."

Kartu itu memang dibuat atas nama papanya, jadi Rabella juga malas jika harus mengurusnya ke kantor cabang. Biarkan saja, Rabella tak mau ambil pusing.

Ponselnya berdering beberapa kali, masih sama pelakunya. Papa Felix.

Ting tong...

Rabella menghela nafas kasar.

"Haaaa... Siapa lagi ini?" Dengan langkah lebar, dia beralih ke pintu.

Sebelum benar-benar membuka pintu, Rabella menyempatkan diri melihat siapa yang bertamu tanpa undangan ke apartement-nya lewat layar monitor di samping pintu, yang menampilkan kondisi di luar pintu apartemen.

Rabella akan sangat malas, jika yang berkunjung adalah papanya. Orang tua sekaligus sumber penderitaannya selama ini.

"Putri?" Kening Rabella berkerut.

Tak banyak pikir, Rabella langsung membuka pintu apartemen. Karena dia tahu, Putri bukan lah bahaya yang mengancam.

Jlek... Pintu terbuka. Benar, memang Putri yang Rabella kenal.

Tapi, detik selanjutnya. Mata wanita itu terpaku pada sosok di belakang Putri, yang tadi tak terlihat kamera pengawas di monitor.

"Sialan!"

"M-maafkan saya, Nona. Sa-saya tidak berniat melakukan ini," ucap Putri tersenggal, merasa bersalah dan tak bisa berbuat apapun ketika Tuan besarnya membuat perintah.

Felix Wilson, pria tua itulah yang berada di belakang Putri dan membuat Rabella mendelik, bahkan memaki.

Tanpa bisa dicegah, Felix sudah masuk ke dalam apartement Rabella.

Putri juga masuk, Rabella mendecih kesal kala papanya dengan santai duduk di sofa ruang tamu.

"Berhenti bermain-main, cepat kembali pulang." Mudah sekali, pria tua itu berkata. Hingga membuat Rabella tertawa.

"Siapa yang main-main, Pa? Aku emang berniat keluar dari rumah Papa, bahkan kalau bisa cepat keluarkan aku dari Kartu Keluarga." Tak gentar, Rabella membalasnya angkuh.

Ikut duduk di hadapan sang papa, dengan tatapan tak kalah tajam. Sedangkan Putri hanya bisa berdiam di pojokan, dia juga tak tahu harus melakukan apa saat ini, ketika ayah dan anak saling beradu argumen tanpa ada yang mau kalah.

"Kenapa kamu selalu bertingkah seperti ini sih, Rabella? Kamu sudah dewasa, harusnya kamu bisa bersikap dengan lebih baik. Tidak kekanak-kanakan seperti ini," tutur Felix dengan suara beratnya.

"Aku? Kekanak-kanakan, Pa? Papa gak salah ngomong? Bukannya yang kekanak-kanakan itu Papa, ya? Cuma karena Papa pengen punya anak cowok, Papa sampai ngelupain anak kandung papa yang cewek ini? Gak usah ajarin aku bersikap dewasa, Pa. Aku udah dewasa, aku udah putusin hidupku sendiri dan keputusan ku adalah keluar dari keluarga Wilson! Seperti yang Papa mau, bukan? Biarkan Alvaro yang nerusin keluarga Wilson, biarkan Alvaro yang jadi pemilik perusahaan Wilson."

"Kamu salah paham, dan lagi... Kenapa kamu sebenci itu sama Alvaro? Padahal dia selalu baik sama kamu, dia juga perhatian sama Papa. Harusnya kamu banyak belajar sama Alvaro, dia lebih muda daripada kamu. Tapi, dia bisa menempatkan dirinya sesuai keadaan."

Rabella terkekeh, mendengar ucapan papanya.

Masih sama, masih saja membanggakan anak pungut laki-laki kesayangannya itu.

Kening Felix semakin berkerut, karena mendengar kekehan putrinya.

"Papa masih aja gak sadar sama kesalahan Papa sendiri, kan? Makanya Papa gak tahu alasan kenapa aku benci banget sama 'Anak Sialan' itu!"

"Siapa yang kamu sebut anak sialan itu, Rabella? Dia adik kamu, ekhemm.. Dia sudah jadi suami kamu sekarang! Hormati dia selayaknya posisinya menjadi kepala keluarga," ucap Felix, suaranya agak melemah sesaat membenarkan posisi Alvaro sebagai suami Rabella.

Rabella mengedikkan bahunya, acuh.

"Pokoknya, sampai kapan pun, aku gak bakal kembali ke rumah. Aku juga gak bakal jadi istri Alva, sampai kapan pun. Aku gak mau punya urusan apapun sama Papa dan Alvaro lagi. Toh, ujung-ujungnya nanti Papa bakal kasih semuanya ke Alva, kan? Jadi buat apa aku kembali ke rumah?"

Rabella menatap nyalang papanya.

Membuat Felix terdiam sejenak, namun tatapan matanya tetap fokus pada Rabella.

'Bagaimana anak ini bisa tumbuh dengan pemikiran jahat seperti itu, ya Tuhan!!' batin Felix, sedikit khawatir dengan pemikiran putrinya yang sudah bulat dan enggan kembali ke rumah.

Padahal, dulu Rabella akan langsung luluh hanya dengan sebuah bujukan saja. Tapi, sekarang tidak.

Anak perempuan satu-satunya itu bahkan tak mengeluh soal kartu kredit yang sengaja ia bekukan.

"Siapa bilang kalau Papa akan kasih Alvaro semuanya? Dia hanya menantu di rumah kita sekarang, Rabella. Mau sampai kapan pun, kamu tetap anak Papa. Kembali ke rumah yuk, Sayang. Papa akan kasih apapun yang kamu inginkan, sebutkan saja apapun yang kamu inginkan sekarang. Kamu mau naik jabatan?"

1
maryamsyifa
😍
Nana Colen
jadi karakter alva itu kaya gna thoor.? apa benar dia jahat atau cuma cari perhatiannya rubella
Alnayra: author spill dikit ya kak, Alvaro itu GI*LA sesuai pandangan Rabella selama ini 😗
total 1 replies
maryamsyifa
ceritanya sangat menarik
maryamsyifa
ceritanya sangat menarik
Alnayra
cus baca cerita ini yukk, tapi tolong siapkan kewarasan kalian agar tidak ternoda dengan kelakuan Alvaro ☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!