NovelToon NovelToon
Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Stela melihat satu kotak celana dalam lelaki yang masih baru.

"Apa ini, Met?" tanya Stela.

"Ini untuk kamu, La. Bukankah celana dalam kamu basah. Jadi sementara kamu pakai celana dalam ku." jawab Mehmet.

Pipi Stela langsung memerah saat mendengar jawaban dari suaminya.

"Tapi, Met. Aku malu. Massa aku pakai celana dalam milik kamu." ucap Stela.

"Sudah, jangan pikir itu dulu. Yang penting kamu nggak masuk angin."

Mehmet menggandeng tangan istrinya dan mengajaknya keluar dari kamar.

"Mak, mau ke kamar mandi ada dimana, ya?" tanya Mehmet.

Mak Narti menunjuk ke arah kamar mandi yang dekat dengan gudang.

Mehmet mengangguk kecil dan langsung membawa istrinya kesana.

"Cepat ganti dulu, aku tunggu disini." ucap Mehmet.

Stela masuk ke kamar mandi dan ia melepas celana dalamnya.

Ia membuka kotak celana dalam milik suaminya yanh masih baru.

"Besar sekali? Ini masih celananya belum senjatanya." ucap Stela sambil menggelengkan kepalanya.

Stela lekas memakainya dan dengan pikirannya yang kemana-mana.

"Besar sekali," ucap Stela.

Dari luar Mehmet mendengarnya dan tersenyum kecil.

"Stela, sudah apa belum? Apa kamu pingsan lagi?" tanya Mehmet.

Ceklek!

Stela keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya yang melihatnya.

"Cukup? Apa kebesaran?" tanya Mehmet.

Mak Narti menoleh ke arah mereka yang sedang berbincang.

"Met, diam!"

Mehmet tertawa kecil dan ia yang kemudian masuk ke kamar mandi.

Stela yang malu langsung berlari masuk ke kamarnya.

"Dasar Mehmet, bikin malu saja." ucap Stela.

Stela mengganti pakaiannya sambil menunggu suaminya yang sedang mandi.

Tak berselang lama Mehmet masuk dengan rambutnya yang masih basah.

"Stela, lepas baju kamu. Baju kamu masih basah." ucap Mehmet yang mengambil sweater nya.

Stela meminta Mehmet untuk menutup matanya sebentar.

"Jangan mengintip," ucap Stela yang kemudian melepaskan pakaiannya yang masih basah.

Mehmet menutup matanya dan sesekali mencuri-curi kesempatan.

"Mehmet!"

"Iya-iya, mengintip sedikit kan tidak apa-apa. Kita kan udah SAHHHH."

"Lebay kamu, Met."

Mehmet membuka matanya dan melihat istrinya yang sudah memakai sweater nya.

"Ayo, lekas sarapan. Setelah itu kita pulang." ucap Mehmet.

Mendengar kata 'pulang' raut wajah Stela langsung berubah.

"Kenapa sedih?" tanya Mehmet yang melihat perubahan raut wajah istrinya.

Stela menggelengkan kepalanya dan ia mengambil nasi goreng buatan Mak Narti.

"Enak?" tanya Mehmet.

Stela menganggukkan kepalanya dan menikmati sarapannya.

Mehmet hanya bisa tersenyum tipis ke arah istrinya.

Setelah selesai sarapan, Mehmet mengajak istrinya untuk berpamitan dengan Mak Narti.

Mak Narti yang masih sibuk di dapur segera menoleh ketika mendengar langkah kaki Mehmet dan Stela mendekat.

Wanita tua itu tersenyum hangat, tangannya masih memegang sendok kayu yang berlumur sambal tumis.

“Lho, sudah mau pulang aja, Nak Mehmet, Neng Stela?” tanyanya ramah.

“Iya, Mak,” jawab Mehmet sambil menunduk sopan.

“Terima kasih banyak sudah bantu kami semalam. Kalau nggak ada Mak, mungkin Stela masih pingsan di pantai.”

Mak Narti terkekeh kecil, matanya menatap Stela dengan penuh kasih.

“Ah, saya cuma nolong sebisanya aja, Nak. Alhamdulillah Neng Stela udah baikan sekarang.”

Stela tersenyum tipis meski matanya masih terlihat lelah.

“Iya, Mak. Terima kasih banyak ya. Maaf sudah merepotkan. Mak yang malah bantuin, padahal kami datang nggak bilang-bilang.”

Mak Narti melambaikan tangannya, menepis rasa sungkan itu.

“Aduh, nggak usah minta maaf segala, Neng. Saya malah senang rumah ini kedatangan tamu. Udah lama sepi, cuma saya sama kucing.”

Mehmet tersenyum, kemudian menyerahkan sebuah amplop kecil ke tangan Mak Narti.

“Ini, Mak. Jangan ditolak, ya. Anggap saja buat ganti bahan makanan semalam.”

Namun Mak Narti langsung menolak halus dan menaruh amplop itu kembali di tangan Mehmet.

“Rejeki Neng Stela dan Nak Mehmet biar Mak nggak usik. Doa Mak aja sudah cukup, semoga kalian selalu rukun dan sehat, ya.”

Mendengar do'a dari Mak Narti, Stela menundukkan kepalanya

Rasanya sesak di dada, mengingat betapa rapuh sebenarnya rumah tangga mereka berdua.

Sementara orang lain justru mendoakan kebahagiaan yang belum tentu ada.

Mak Narti menatap keduanya bergantian, lalu berkata pelan,

“Kadang rumah tangga itu kayak masakan, Nak. Kalau kebanyakan bumbu, rasanya nggak enak. Tapi kalau sabar diaduk pelan-pelan, lama-lama jadi sedap.”

Mehmet dan Stela saling berpandangan dan diam beberapa detik.

Ucapan sederhana itu terasa menampar mereka lebih kuat dari apapun.

“Terima kasih, Mak. Kami pamit, ya.” ucap Mehmet akhirnya, menunduk hormat.

“Iya, hati-hati di jalan. Jangan bertengkar lagi di jalan, ya,” canda Mak Narti sambil terkekeh.

Mehmet dan Stela tersenyum malu dan mereka melangkah keluar dari rumah sederhana itu menuju mobil yang terparkir di depan.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Stela sempat menoleh ke arah Mak Narti yang melambai dari ambang pintu.

Entah kenapa, kehangatan wanita tua itu terasa seperti rumah sesuatu yang sudah lama tak ia rasakan dari pernikahannya.

Saat mobil mulai berjalan, Stela bersandar di jendela, menatap laut yang perlahan menjauh.

“Met…” panggilnya pelan.

“Ya?” Mehmet menoleh ke arah Stela yang memanggilnya.

“Terima kasih, Sudah sabar menghadapi aku," ucap Stela.

Mehmet tersenyum tipis. “Aku yang seharusnya minta maaf, Stel.”

Mehmet mulai melajukan mobilnya dan meninggalkan Pantai.

Di perjalanan Mehmet meminta istrinya untuk istirahat.

"Nanti akan bangunin, kalau sudah sampai." ucap Mehmet.

Stela menganggukkan kepalanya dan ia langsung memejamkan matanya.

Mehmet tersenyum tipis dan kembali fokus menyetir.

Tiga jam kemudian Mehmet menghentikan mobilnya di bandara.

"Stela, ayo bangun. Kita sudah sampai.".

Stela membuka matanya dan melihat banyaknya orang yang lalu-lalang.

"Mehmet, ini bukan rumah kita. Kita dimana?" tanya Stela dengan wajah kebingungan.

Mehmet melepaskan sabuk pengamannya dan mengajak istrinya untuk turun dari mobil.

"Bukankah aku sudah bilang kalau kita mau bulan madu." jawab Mehmet.

"Ini nggak lucu, Met. Aku nggak bawa pakaian dan kosmetik ku." ucap Stela.

Mehmet merangkul pundak istrinya sambil melambaikan tangannya ke arah Mbak Rini dan Reza supir Mehmet.

"Tuan Mehmet, ini koper anda dan Ibu Stela. Semuanya sudah saya taruh disini." ucap Mbak Rini.

Mehmet menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih kepada Mbak Rini dan Reza yang sudah mengantarkan koper milik mereka.

Disaat sedang mengobrol tiba-tiba ponsel Mehmet berdering.

"Dari Tasya?" tanya Stela.

Mehmet menganggukkan kepalanya dan ia meminta ijin untuk mengangkat ponselnya.

"MET! Kamu dimana? Semalaman aku menghubungi kamu. Kenapa nggak kamu angkat?" tanya Tasya dengan suara emosi.

Mehmet menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari Tasya.

"Tasya, tolong dengarkan aku. Mulai hari ini tolong lupakan aku. Aku sudah menikah dengan Stela dan maaf aku tidak bisa bersama kamu lagi." jawab Mehmet yang langsung mematikan ponselnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!