NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dimana acara resepsi pernikahan mereka akan dimulai.

Ava yang duduk di pangkuannya telah didandani oleh Lusy, mengenakan dress kecil berwarna krem dengan pita di pinggang.

Pipi bulatnya memerah lembut, dan rambut tipisnya diberi jepit bunga kecil.

“Cantik sekali kamu, Nak,” bisik Husna sambil mencium kening Ava.

Ava terkekeh kecil, tangannya menyentuh wajah ibunya yang sudah dirias sempurna.

Tok… tok… tok…

“Husna, sayang, sudah siap?” suara lembut Mama Riana terdengar dari balik pintu.

Husna menoleh ke arah pintu, lalu menggendong Ava yang sudah tampak mengantuk namun tetap tersenyum manis di pelukannya.

“Sebentar, Ma,” jawabnya sambil membetulkan kerudung dan merapikan lipatan gaun panjang berwarna champagne lembut yang membalut tubuhnya.

Ketika pintu terbuka, Mama Riana yang berdiri di ambang langsung terpaku.

Mama membelalakkan matanya saat melihat kecantikan Husna.

“Masya Allah, kamu cantik sekali, Nak.”

Gaun yang dikenakan Husna sederhana, tapi anggun.

Bahannya jatuh lembut, mengikuti setiap gerakan halus tubuhnya.

Wajahnya bercahaya dengan riasan lembut yang menonjolkan ketulusan di matanya.

Ava yang berada di pelukannya seperti pelengkap sempurna keduanya.

Mama Riana menatap mereka lama, lalu melangkah mendekat, menyentuh lembut bahu Husna.

“Lihat dirimu, sayang. Bahkan tanpa mahkota pun, kamu sudah terlihat seperti ratu malam ini.”

Husna tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca saat Mama Riana memujinya.

“Terima kasih, Ma. Aku hanya ingin malam ini, berjalan baik.”

Sebelum Mama Riana sempat menjawab, terdengar langkah kaki menuruni tangga.

Jovan muncul mengenakan jas hitam rapi dengan dasi peraknya terpasang sempurna, tapi langkahnya sempat terhenti begitu pandangannya jatuh pada sosok di depan pintu.

Waktu seolah berhenti sesaat saat Jovan melihat kecantikan istrinya.

Ia menelan salivanya pelan, lalu tanpa sadar melangkah mendekat.

Pandangan Jovan berpindah dari wajah istrinya ke Ava yang kini menatapnya sambil menggumam kecil.

“Mama…” suara kecil itu lagi-lagi membuat dada Jovan terasa sesak.

Jovan berdiri di hadapan mereka, diam beberapa detik sebelum akhirnya mengulurkan tangan.

“Bolehkah aku menggendong Ava?” tanya Jovan dengan suara yang tidak seperti biasanya.

Husna sedikit terkejut, tapi kemudian mengangguk pelan.

"I-iya, Van." ucap Husna sambil menyerahkan Ava ke dalam pelukan Jovan.

Ava langsung memeluk leher ayahnya, menepuk-nepuk pipinya kecil dengan tawa renyah.

“M-mama” gumam Ava dengan suara lirih.

Mama Riana yang melihat pemandangan itu tersenyum haru, menutup mulutnya agar tak menangis di depan mereka.

Ia menatap Husna dan Jovan bergantian, lalu berkata lembut,

“Ayo, waktunya turun. Semua tamu sudah menunggu.”

Jovan menatap Husna sejenak sebelum mengangguk pelan.

Mereka berusaha berjalan keluar dimana semua tamu undangan sudah datang.

Bisikan para tamu yang memuji kecantikan Husna.

"Masya Allah, itu Nyonya Jovan, kan?”

“Cantik sekali. Auranya tenang tapi kuat.”

“Lihat wajahnya, sepertinya dia bukan wanita biasa.”

Setiap langkah Husna menuruni tangga berbalut karpet merah terasa anggun dan penuh wibawa.

Mama Riana dan Burak menyambut mereka dengan bangga.

Wajah Mama tampak berseri, melihat menantunya bisa berdiri seanggun itu meski hatinya terluka.

Jovan mengambil mic di panggung kecil yang telah dihiasi bunga putih dan lampu-lampu gantung berkilau.

Ia sempat menatap Husna yang berdiri di sampingnya.

Saat akan mengucapkan sepatah kata, tiba-tiba riuh kecil terdengar dari arah pintu masuk.

Semua tamu mulai menoleh, dan suasana yang semula hangat perlahan berubah dingin.

Langkah sepatu hak tinggi terdengar jelas menghentak lantai marmer.

Liliana berjalan masuk dengan gaun merah mencolok yang kontras dengan tema resepsi yang lembut.

Di belakangnya, Ibu Ayu melangkah dengan wajah penuh kepuasan, seolah kehadiran mereka adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu.

“Wah, rupanya resepsinya benar-benar jadi juga. Kak Aisyah pasti menangis di surga melihat penggantinya tampil seolah-olah dia pantas di sini.” ucap Liliana dengan nada tinggi.

Bisikan para tamu langsung memenuhi ruangan resepsi.

Mama Riana spontan berdiri dari kursinya, wajahnya memucat menahan amarah.

“Liliana, jaga bicaramu! Ini bukan tempat untuk...”

Namun Liliana sudah melangkah maju, menatap Husna dengan senyum sinis.

“Oh, aku hanya ingin memberi selamat. Siapa sangka, seorang wanita biasa dari desa kecil bisa berdiri di tempat Kak Aisyah berdiri dulu. Hebat sekali caramu membuat semua orang percaya."

Husna menundukkan kepalanya sejenak, menahan diri agar tidak membalasnya.

Ava yang digendong Burak mulai gelisah, merasakan ketegangan di sekitar mereka.

“Sudah cukup, Liliana,” suara Jovan terdengar dingin.

Namun Liliana tidak berhent dan ia melangkah lebih dekat.

"Dasar wanita penggoda!" Liliana yang emosi langsung mendorong bahu Husna dengan kasar.

Tubuh Husna kehilangan keseimbangan, hampir terjatuh ke belakang.

Tamu-tamu berseru kaget, beberapa bahkan berdiri dari kursi mereka.

Namun sebelum tubuhnya menyentuh lantai, sebuah tangan kuat dengan cepat menarik pinggangnya.

Dalam sekejap, Husna sudah berada dalam pelukan seseorang lelaki.

“Arkan…” bisik Husna pelan, nyaris tak terdengar.

Tangan Arkan masih memegang pinggangnya, menahannya agar tidak jatuh.

“Pelan-pelan, Husna." ucap Arkan.

Ruangan seketika hening saat Arkan menolong Husna.

Jovan mematung di tempat sambil mencengkram erat kedua tangannya.

Husna cepat-cepat menarik diri dari pelukan Arkan.

Ia menunduk, lalu menegakkan tubuhnya kembali, berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

“Terima kasih, Tuan.' ucap Husna yang berpura-pura tidak mengenal Arkan.

Arkan menatapnya lama, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian ia menahan dirinya.

Ia hanya tersenyum kecil, lalu memberi hormat pada Burak dan Mama Riana sebelum mundur perlahan.

Sementara Liliana berdiri terpaku, wajahnya berubah pucat saat menyadari siapa yang baru saja datang.

Jovan masih menatap Husna dan Arkan bergantian.

Rahangnya mengeras, tapi ia tidak mengucapkan apa pun.

Sorot matanya penuh tanya, sekaligus bara yang mulai tumbuh.

Mama Riana segera menghampiri Husna, memeluk bahunya dengan lembut.

“Tenang, sayang. Jangan hiraukan mereka,” bisiknya pelan.

Mama Riana memanggil satpam untuk mengusir Liliana dan Ibu Ayu.

"Kalian tidak diterima di keluarga ini! Ini resepsi pernikahan Jovan dan Husna." ucap Mama Riana.

Satpam yang sejak tadi berjaga di pintu segera mendekat begitu mendapat isyarat dari Mama Riana.

"Maaf, kalian berdua harus keluar dari tempat ini." ucap salah satu satpam.

Berani sekali kamu mengusir aku!” teriak Liliana, wajahnya memerah karena malu dan amarah.

Namun satpam yang lain sudah berdiri di sisi lain, memberi jalan dengan sopan namun tanpa celah untuk melawan.

“Silakan keluar, Nona. Kami tidak ingin membuat keributan di acara keluarga besar Burak.”

Ibu Ayu menarik tangan Liliana dan mengajakku pergi dari sana.

"Lihat saja nanti! Aku akan menghancurkan pernikahan kalian!" teriak Liliana.

Begitu pintu utama tertutup di belakang mereka, suasana perlahan kembali tenang.

Musik lembut kembali mengalun, lampu kristal di langit-langit memantulkan cahaya hangat.

“Mohon maaf atas kejadian tadi. Terima kasih atas pengertian semua tamu undangan. Mari kita lanjutkan malam ini dengan sukacita, perayaan untuk putra dan menantu saya, Jovan dan Husna.”

Tepuk tangan lembut terdengar, memecah ketegangan.

Para tamu mulai tersenyum lagi, meskipun masih bisa dirasakan aura aneh di sekitar panggung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!