NovelToon NovelToon
Putri Modern Pembawa Keberuntungan

Putri Modern Pembawa Keberuntungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Ruang Ajaib
Popularitas:77.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Mei Lan, seorang gadis cantik dan berbakat, telah hidup dalam bayang-bayang saudari kembarnya yang selalu menjadi favorit orang tua mereka. Perlakuan pilih kasih ini membuat Mei Lan merasa tidak berharga dan putus asa. Namun, hidupnya berubah drastis ketika dia mengorbankan dirinya dalam sebuah kecelakaan bus untuk menyelamatkan penumpang lain. Bukannya menuju alam baka, Mei Lan malah terlempar ke zaman kuno dan menjadi putri kesayangan di keluarga tersebut.

Di zaman kuno, Mei Lan menemukan kehidupan baru sebagai putri yang disayang. Namun, yang membuatnya terkejut adalah gelang peninggalan kakeknya yang memiliki ruang ajaib. Apa yang akan dilakukan Mei Lan? Yuk kita ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pencuri

Di kediaman sederhana keluarga Qing Rong, suasana masih terasa tegang setelah kepergian utusan istana.

Di dalam kamar, Qing Mei duduk di kursi kayu, menatap tenang ke arah jendela. Di luar, Qing Dao dan Qing Wei dua kakaknya masuk dengan langkah tergesa.

“Mei’er!” seru Qing Dao, wajahnya masih terlihat gusar.

“Kenapa kau menyerahkan semua hadiah itu begitu saja pada mereka?” tambah Qing Wei dengan nada cemas. “Kau tahu betul bagaimana serakahnya keluarga itu!”

Qing Mei berbalik perlahan, lalu tersenyum santai. Tatapan matanya dingin, tapi senyumnya terlalu tenang untuk disebut polos.

“Kakak,” ujarnya lembut, “jangan khawatir. Mereka pikir mereka sudah menang tapi sebentar lagi kalian akan tahu siapa yang sebenarnya bodoh.”

Qing Dao menatap adiknya tajam. “Kau sedang merencanakan sesuatu, bukan?”

Qing Mei hanya mengangkat alis, lalu menyeringai kecil. “Hm … bisa dibilang begitu.”

Qing Wei menghela napas, lalu menepuk bahu sang adik. “Baiklah. Kami percayakan semuanya padamu, Mei’er. Tapi kalau mereka mencoba macam-macam lagi, jangan salahkan kami kalau kami turun tangan.”

Qing Mei terkekeh kecil. “Tentu saja, Kak. Justru aku menunggu saat itu tiba.”

Ketiganya saling berpandangan. Meski mereka tidak tahu apa yang sedang direncanakan Qing Mei, satu hal pasti setiap kali gadis itu tersenyum seperti itu, selalu ada badai yang akan datang.

Di Kediaman Utama Keluarga Qing

Sementara itu, di kediaman keluarga Qing yang megah, suasana benar-benar berbeda. Lampu minyak menerangi aula utama, memantulkan cahaya keemasan ke peti-peti besar yang baru saja dibawa dari kediaman Qing Rong.

Tetua Qing, Nyonya Lao, dan seluruh keluarga besar sudah berkumpul di sana Qing Fu, Qing Rou, Qing Shan, Qing Long, serta istri-istri dan anak-anak mereka.

Tawa menggema di dalam paviliun itu.

Qing Fu tertawa keras, menepuk lututnya hingga hampir terjatuh dari kursi. “Ha! Ha! Ha! Ha! Mereka benar-benar bodoh, Ayah, Ibu! Sama seperti dulu. Masih bisa ditipu dengan mudah!”

Nyonya Lao ikut terkekeh sambil mengelus kalung permata di tangannya. “Kau benar, Fu’er. Ternyata mereka belum berubah sedikit pun. Mereka masih takut pada kita masih lemah seperti dulu.”

Putri kecil Qing Fu, Lian, yang seusia dengan Qing Mei, menatap penuh rasa ingin tahu sambil memainkan ujung pakaian sutra istana yang mewah.

“Ibu, jadi semua hadiah ini milik kita?” tanyanya dengan mata berbinar terang.

Qing Fu menatapnya dengan bangga. “Tentu saja, Lian’er. Ini semua milik keluarga kita. Keluarga utama Qing!”

Namun ucapan itu segera disela oleh suara tajam dari sisi lain.

“Apa maksudmu keluarga kita?” kata Qing Rou, adiknya, sambil menatap sinis. “Hadiah-hadiah ini juga milik keluargaku. Jangan serakah.”

Putrinya, Xiu, ikut menimpali dengan nada tinggi. “Benar! Ini milik semua keluarga Qing, bukan hanya milik Lian dan Bibi Fu!”

Suasana mendadak panas. Dua bersaudari itu saling menatap seperti dua harimau betina berebut wilayah. Sebenarnya mereka itu tidak saling sayang justru sama-sama saling menjatuhkan.

Nyonya Lao segera menepuk meja dan berkata dengan tegas, “Cukup! Jangan ribut di depan Ayah kalian!”

Nenek tua itu tersenyum tipis, pandangannya licik namun lembut di permukaan. “Kita akan membagi rata hadiah ini. Tidak perlu saling menjatuhkan. Bukankah lebih baik kita semua mendapat bagian?”

Mendengar itu, suasana sedikit mereda. Semua mulai tersenyum kembali, seolah tak terjadi apa-apa.

Sementara itu, Qing Shan dan Qing Long, dua putra tertua keluarga Qing, sedang memeriksa isi peti emas. Cahaya kuning memantul di wajah mereka.

Qing Shan berkata dengan suara penuh ambisi. “Dengan hadiah sebanyak ini, kedudukan keluarga kita akan naik. Para bangsawan kecil itu akan menundukkan kepala begitu mendengar nama Qing.”

Qing Long mengangguk mantap. “Apalagi kalau kita bisa mendapatkan plakat emas itu. Kau tahu nilainya, bukan? Dengan itu, bahkan pejabat istana akan segan kepada kita.”

Begitu kalimat itu keluar, ruangan langsung hening sesaat. Semua kepala menoleh ke arah mereka.

“Benar!” seru Qing Fu tiba-tiba. “Kita harus mendapatkan plakat itu!”

“Ya!” sambung Qing Rou dengan cepat.

“Plakat itu lebih berharga dari emas mana pun!”

Nyonya Lao mengangguk penuh semangat.

“Dengan plakat itu di tangan kita, siapa pun akan mengira keluarga Qinglah yang berjasa pada kekaisaran. Dan dengan itu, tugas kalian hanya berkultivasi agar kita semakin berada di puncak.”

Tetua Qing hanya terdiam beberapa detik. Kemudian perlahan ia membuka mata, menatap seluruh keluarganya dengan senyum licik.

“Tenanglah semua. Ayah tahu apa yang harus dilakukan. Plakat itu akan segera kembali ke tangan keluarga Qing.”

Sorak kecil pecah di ruangan. Semua tampak puas dan bersemangat.

Ketika Qing Fu hendak membuka peti emas untuk mengambil sebagian isinya, suara berat Tetua Qing menghentikannya.

“Berhenti dulu.”

Semua menoleh.

“Ada apa, Ayah?” tanya Qing Fu dengan dahi berkerut.

Tetua Qing menyilangkan tangan di dada.

“Jangan bodoh. Jenderal Ying dan Kasim Han masih beristirahat di paviliun tamu. Jika mereka melihat kita membongkar hadiah ini sekarang, kita bisa dicurigai.”

Wajah mereka semua mendadak tegang.

Qing Shan mengangguk cepat. “Ayah benar. Kita tak boleh gegabah. Simpan dulu hadiah-hadiah ini.”

Nyonya Lao menatap emas di depannya dengan enggan. “Sayang sekali padahal aku ingin memeriksa satu per satu.”

Begitu juga dengan anak, cucu, dan menantu mereka dengan enggan melepaskan perhiasan dan kain yang akan mereka ambil. Kemudian mereka menyimpannya di peti itu kembali.

Tetua Qing melambaikan tangan pada beberapa prajurit keluarga. “Bawa peti-peti ini ke paviliun penyimpanan harta.”

Prajurit-prajurit itu segera mengangkat peti besar dengan hati-hati.

Setelah semuanya keluar, Nyonya Lao menatap suaminya dan bertanya, “Setelah mereka pergi apa yang akan kita lakukan?”

Tetua Qing tersenyum tipis. “Setelah mereka pergi kita akan mengambil semuanya. Dan plakat itu juga.”

*

*

*

Malam itu sunyi. Bulan separuh terlihat di langit, menyinari samar-samar halaman kediaman keluarga Qing yang megah namun kini tampak lengang. Angin malam berhembus lembut, menggoyangkan lentera merah yang tergantung di serambi.

Di antara bayangan pepohonan, sepasang mata tajam menatap penuh perhitungan ke arah paviliun penyimpanan harta.

Sosok berpakaian hitam pekat itu berdiri diam seperti bayangan topeng menutupi separuh wajahnya, hanya memperlihatkan mata yang bersinar dingin.

“Jadi di sinilah kalian menyimpan hadiah-hadiah itu,” gumamnya.

Dengan langkah ringan dan nyaris tanpa suara, ia melayang turun dari atap, mendarat di belakang salah satu patung batu. Lima pengawal berjaga di depan paviliun, masing-masing bersenjatakan tombak panjang dan obor kecil.

Sosok berpakaian hitam itu mengeluarkan sesuatu dari dalam lengan bajunya lima jarum kecil berwarna perak. Ia meniup pelan ke arah para penjaga. Dalam hitungan detik, satu per satu pengawal mulai menguap.

“Aduh … kenapa tiba-tiba mengantuk begini?”

“Aku juga … ah .…”

Tak sampai semenit, kelima penjaga itu tumbang, tertidur pulas di tempat. Sosok hitam itu tersenyum samar.

Ia mendekati pintu paviliun, menatap kunci besi besar yang menggantung di sana. Dengan satu gerakan ringan dari jarinya, formasi kecil bercahaya biru muncul di udara, lalu kunci itu terbuka.

Pintu berderit sedikit saat didorong. Di dalam, rembulan yang menembus celah ventilasi memantulkan kilau emas dari tiga peti besar yang berjejer rapi. Bau kayu cendana dan kain sutra memenuhi udara.

Sosok hitam itu melangkah masuk, membuka sedikit penutup peti pertama batangan emas, batu giok, dan perhiasan langka memantul di matanya. Ia tertawa pelan.

“Benar-benar rakusi.”

Tanpa ragu, ia mengangkat tangannya, dan cincin penyimpanan di jarinya bersinar redup. Satu per satu peti besar itu menghilang dalam cahaya biru, diserap ke dalam ruang penyimpanannya. Setelah tiga peti itu lenyap, ia menepuk tangannya ringan.

Ia berjalan keluar, menutup kembali pintu paviliun. Dengan cekatan, ia mengunci pintu dan menyusun kembali posisi para penjaga yang tertidur agar tampak seperti sedang duduk bersandar.

Sebelum pergi, ia menatap sekilas ke arah rumah utama keluarga Qing. “Besok pagi aku ingin melihat wajah mereka ketika tahu semua hadiah itu lenyap,” bisiknya sambil tersenyum sinis.

Dalam sekejap, bayangan hitam itu melompat ke atap, lalu menghilang di kegelapan malam.

1
Fransiska Husun
👿👿🤬/Panic//Panic/
Umi Pipin
najis....Gedeg bnget
Chauli Maulidiah
lanjoooooootttt thoorrrr
V
lagi kak lagiii update yang banyak² pokoknya 😤😤😤😤
ratu
maaf tambah lagi Thor 🥺
vj'z tri
persahabatan bagai kepompong merubah ulat menjadi kupu-kupu ahay🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ariska26
ikut emosi boleh gk si,,pngen ngebantai tu kluarga rasanya
Fransiska Husun: sampe ke ubun2 emosi q
total 1 replies
mama_im
gilaaaaaaa 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
bunda kk
keren
Yuni Alyssa
nanggung Thor lg donk biar ga penasaran 😂😂
Zea Rahmat
gregetannnnnnnnnnn🤬🤬🤬🤬🤬
Zea Rahmat
si peaaaaa🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Nurhayati Nurhayati
bikin penasaran 👍
Chauli Maulidiah
walah... lanjut po o Thor..
Tiara Bella
okey lanjut
ratu
penasaran Thor tambah lagi dong please
Zea Rahmat
penasaran karna nya apa
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Flashbacknya agak panjang dkit kak. Biar dapet feelnyaa 🙏🙏😁😁
total 1 replies
Lauren Florin Lesusien
wah enak ada bestie didunia kuno bisa ngerumpi bareng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Erna Fkpg
tiga sahabat sejati dipertemukan didunia kuno
Ririn Santi
oh syukurlah ternyata bestiannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!