Ustadz Yusuf, I Love You

Jalanan kota pusat mulai ramai, tetapi perhatian semua orang teralih pada sebuah Ferrari merah menyala yang melaju dengan mulus. Di balik kemudi, duduk Zora, dan di kursi penumpang, tampak Ustadz Yusuf dengan baju koko putihnya.

​Keputusan Zora menggunakan mobil sport kesayangannya memang sedikit di luar nalar. Namun, Zora punya alasan yang sangat pragmatis, dan Yusuf tidak membantah

​"Mas Yusuf, aku tidak bisa naik motor bebek, apalagi berboncengan jarak jauh. Di sana tidak ada taksi, dan mobil kita yang lain tidak secepat Ferrari ini. Aku harus segera kembali ke Pesantren untuk melanjutkan hafalan."

​Yusuf hanya tersenyum. Ia tahu, meskipun hijrah Zora tulus, sifat praktis dan kecintaannya pada kecepatan belum hilang sepenuhnya. Ia pun pasrah, menemani sang istri mengemudikan mobil Supercar itu.

​Sementara itu, Kyai Rahman dan Ibunda Yusuf berada di mobil lain memakai mobil keluarga yang lebih besar, bersama dengan ibu Suci dan tetangga desa mereka yang bertugas sebagai supir Kyai. ibu Suci duduk di belakang, tersenyum geli melihat supercar itu melesat di depan mereka.

​Di dalam Ferrari, Yusuf menikmati perjalanan itu, bukan karena kecepatan, tetapi karena kebersamaannya yang halal dengan Zora.

​Ustadz Yusuf Tersenyum geli "Ini sungguh kontras, Sayang. Seorang Ustadz yang baru menikah, di dalam mobil yang begitu mencolok. Nanti di desa, pasti kita menjadi bahan pembicaraan."

​Zora Tertawa renyah, tawa yang selama ini hilang "Biar saja, Mas. Biar mereka lihat, cinta dan Istiqomah tidak harus terlihat miskin. Lagipula, mobil ini hanya alat. Yang penting, sekarang aku sudah halal untuk Mas Yusuf, dan hafalan ku bisa cepat selesai....apa mas akan mencobanya? " tanya Zora lembut t,ia menoleh sesaat.

" boleh.... Nanti saat istirahat di reast area...aku juga tidak tega melihat istriku mengemudikan mobil dengan jarak yang cukup jauh.

​

​Perjalanan berlangsung lancar. Saat Ferrari merah itu memasuki jalanan desa yang sempit dan berdebu, melaju di belakang mobil keluarga Kyai Rahman, seluruh penduduk desa terkejut.

​Mereka melihat Kyai Rahman dan keluarga kembali, tetapi yang paling menarik perhatian adalah mobil asing berwarna merah menyala itu, yang berhenti tepat di depan rumah ustadz Yusuf....

​Ketika pintu mobil Ferrari itu terbuka, dan Ustadz Yusuf turun dengan senyum lebar, lalu membukakan pintu untuk Zora yang kini tengah tertidur...., dan kini resmi menjadi Nyai Muda mereka, bisik-bisik warga desa segera pecah menjadi gumam keheranan dan rasa penasaran yang tak terbendung.

dengan hati-hati Yusuf mengangkat tubuh istrinya dengan pelan....

" kenapa Zora nak...?" tanya ibunda sedikit cemas.

" tidur Bu...mungkin kecapean " jawab Yusuf yang masih menggendong Zora.

" baiklah....kalau begitu, biar ibu yang membuka pintunya.

Yusuf mengangguk, ini kuncinya Bu" ucap Yusuf menunjukkan kunci yang bergelantung di jarinya.

Bu nyai mengambil kunci tersebut dari jari Yusuf, lalu membuka pintu rumah dengan perlahan....

" assalamualaikum....?"

ucapnya pelan...

Lalu Yusuf membawa Zora ke kamar yang sudah di persiapkan untuk mereka, kamar yang tidak terlalu luas,namun terasa sangat nyaman.....

lalu setelah melepaskan sepatu sang istri juga jilbab pashmina nya, Yusuf kembali ke luar rumah, ternyata di depan rumah nya sudah berkerumun banyak orang yang penasaran dengan Zora yang telah kembali.

​ Zora kembali sebagai istri sah Ustadz Yusuf, membawa serta kisah cinta mereka yang penuh kontras dan keajaiban...

" ustadz...kenapa Zora di gendong dan di bawa masuk ke rumah pak ustadz....?" tanya salah satu warga yang mewakili para warga yang lain.

" Alhamdulillah....Zora sekarang sudah sah menjadi istri saya...kemarin siang...saya menikahinya..." jawab Yusuf sontak membuat para warga terkejut... pasalnya yang mereka tahu, ustad Yusuf itu akan menikah dengan Ayudia... tetapi kenapa ustad Yusuf sekarang malah menikahi Zora.

mereka tidak berani bertanya kembali selain ikut mengucapkan syukur, karena itu bukan urusan mereka... mereka hanya menyayangkan saja kenapa bukan Ayudia.. perempuan solehah yang dinikahi Yusuf... malah mereka beranggapan kalau Yusuf akan melakukan poligami.

Ayudia berada di rumahnya, sedang merapikan persiapan untuk pernikahan resminya dengan Kak Ridwan yang akan datang. Ketika kabar itu sampai padanya, ia terdiam membeku.

Ayudia tentu saja merasa terkejut dan sedikit perih di lubuk hati terdalam. Ia tidak menyangka bahwa Ustadz Yusuf begitu gigih memperjuangkan Zora hingga menikahinya secara mendadak, bahkan sebelum akad resminya dengan Ridwan.

Namun, Ayudia adalah wanita yang cerdas dan beriman. Ia segera menekan rasa sakitnya. Ia menyadari bahwa pernikahan adalah takdir dan Yusuf bukanlah jodohnya. Ayudia memilih untuk ikhlas sepenuhnya, fokus pada Ridwan yang kini akan menjadi suaminya secara agama dan negara dan bersyukur ia tidak menikah dengan pria yang hatinya sudah dimiliki wanita lain.

Reaksi Bibi Lasmi benar-benar berbeda. Ia menyaksikan kedatangan Zora dan Yusuf dari kejauhan. Wajahnya yang biasa sinis kini memerah menahan amarah yang membakar. Apalagi melihat Zora berada di gendongan Yusuf.

Bibi Lasmi menyadari bahwa kebohongannya tentang Ayudia tidak hanya gagal membuat Zora menjauh, tetapi justru menjadi pemicu Zora untuk segera kembali dan dijemput oleh Yusuf. Rencananya untuk memisahkan mereka dan menjamin Yusuf untuk Ayudia keponakan yang ia sayangi hancur berkeping-keping.

Fakta bahwa Zora, yang ia anggap gadis barbar dan tidak tahu diri itu, diperlakukan bak ratu pulang membawa mobil Ferrari, lalu dinikahi mendadak , sementara pernikahan Ayudia masih menunggu waktu, membuat hatinya panas tak tertahankan.

Bibi Lasmi bergumam pada dirinya sendiri, penuh kebencian "Dia dilamar dan langsung dinikahi? Lebih dulu dari Ayudia? Gadis itu pasti menggunakan sihir! Aku sudah bilang dia tidak pantas! Kenapa Kyai Rahman bisa menyetujui pernikahan yang memalukan seperti ini?!"

Bibi Lasmi segera berbalik, meninggalkan keramaian dengan langkah cepat. Ia bersumpah dalam hati bahwa meskipun Zora sudah menjadi Nyai, ia tidak akan membiarkan gadis kota itu hidup tenang di Pesantren. Ia bertekad untuk mencari cara lain untuk menguji dan menjatuhkan menantu baru Kyai Rahman tersebut....

Anak-anak kecil yang biasanya hanya bermain kelereng atau bola plastik di halaman, kini berhamburan mendekat.

"Mobil Balap!" Mereka menjerit kegirangan, beberapa berteriak, "Mobil balap!" atau "Mobil Batman!" Mereka belum pernah melihat mobil semewah dan semencolok itu di desa mereka.

Anak-anak itu langsung mengelilingi Ferrari, dengan mata membelalak mengagumi warna merahnya yang mengkilap. Mereka penasaran, berbisik-bisik, dan menunjuk-nunjuk ban, lampu, dan bodi mobil yang rendah itu.

Beberapa anak yang paling berani, setelah mendapat izin dari Pak Supir Kyai Rahman, mendekat dan perlahan mengelus bodi mobil. Sentuhan pada supercar itu terasa seperti menyentuh mainan sungguhan yang keluar dari televisi....