"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 12. Mata batin nya di tutup.
Dan esok harinya, Nenek Lea menyiapkan Lea dengan menggunakan pakaian yang lumayan rapih dan tertutup, Lea di pakaikan baju muslim. Lea manut - manut saja sambil berceloteh tanpa tahu sebenar nya nenek nya sedang panik..
"Nanti di rumah Yai yang sopan yo, nduk." Ujar nenek Lea.
"Kita mau ke lumah Yai, uti?" Tanya Lea.
"Iya, yuk." Ujar nenek Lea setelah Lea sudah rapi.
Nenek dan cucu nya itu lalu keluar dari rumah dan mengunci nya dari luar, lalu dengan berjalan kaki nenek Lea menggandeng Lea berjalan cukup jauh. Desa itu begitu sepi dan terpencil sampai jalanan saja masih menggunakan bebatuan, belum ada sama sekali jalan ber aspal.
"Nek lihat apapun yang aneh jangan di lihatin, yo nduk." Ujar nenek Lea, karena di tahu cucu nya itumemiliki kelebihan.
"Iya, ti.." Sahut Lea.
Mereka berjalan menyusuri jalanan sampai akhir nya mereka tiba di rumah yang begitu adem terlihat dengan nuansa serba putih, rumah Kyai. Di desa itu Kyai itu sangat kondang dan semua tahu beliau, namnya Kyai Jafar. Usia nya sudah tidak muda tentu saja, seudah sekitar 70 tahunan..
''Assalamualaikum.." Salam nenek Lea dan di sana ada beberapa murib Kyai yang sedang duduk di ruang tamu.
"Waalaikumsalam.. masuk bu." Sahut yang di dalam.
"Nggih, kyai nya ada mas?" Tanya nenek Lea.
"Ada bu, kebetulan kami baru pulang. Sek yo bu saya panggilkan, Kyai ada di mushola." Ujar murib nya.
Nenek Lea mengangguk dan kemudian duduk di kursi depan rumah Kyai, murib Kyai lalu menyusuli kyai Jafar yang sedang berada di mushola.. mushola nya kebetulan tepat berada di depan rumah kyai, hanya di batasi jalan kecil untuk akses masyarakat lewat.
"Ti.. mangga nya besal - besal." Ucap Lea polos, dia menatap mangga milik Kyai yang memang besar - besar dan karena pohon nya tidak tinggi mangga itu nyaris menempel di tanah.
"Iyo, namanya mangga harumanis." Ujar nenek Lea.
Tak lama kyai datang bersama murid nya, beliau memakai koko puti, rambut putih nya di tutup songkok putih dan ada sorban yang menutup pundak nya.. Nenek Lea lalu langsung bangun dari duduk nya.
"Assalamualaikum.." Ujar Kyai.
"Waalaikumsalam, yai.." Sahut nenek Lea.
"Monggo bu, duduk masuk kedalam." Ujar Kyai, dan nenek Lea mengangguk.
Mereka masuk kedalam rumah, Lea kemudian bersalim tangan pada semua yang ada di sana.. karena Lea lucu, murid Kyai bahkan tak segan mengusap kepala Lea. Kemudian Lea berpangku pada nenek nya..
"Ternyata ini arti dari mimpi saya.." Ujar Kyai tiba - tiba.
"Mimpi apa, yai?" Tanya nenek Lea, dia bahkan belum bercerita apapun..
"Hanya mimpi biasa.. Nduk, namanya siapa?" Tanya Kyai pada Lea.
"Lea.." Sahut Lea dengan tatapan kebingungan.
"Tolong Yai, dia sekarang menjadi sering melihat hal - hal yang ndak seharus nya bisa di lihat. Tiap malam dia nangis ketakutan, Yai." Ujar nenek Lea, dan Kyai tampak mengangguk sambil tersenyum.
"Lea.. sini nduk." Panggil Kyai, Lea kemudian berjalan menghampiri Kyai.
Kyai tersenyum dan mengusap kepala Lea, Lea makin kebingungan di sana.. tapi kemudian Kyai menyuruh Lea duduk di sebelah nya..
"Lea liat apa?" Tanya Kyai.
"Liat olang selem (Orang seram), Lea liat uti ada dua.." Ujar Lea, nenek nya yang mendengar itu jadi merinding sendiri.
Kyai langsung tahu apa yang Lea lihat dari ingatan Lea, dari apa yang Lea alami. Dia lalu mengambil sebotol air putih lalu di doakan dan menyuruh Lea meminum air itu.. Lea manut saja, dia meminum air itu yang entah mengapa terasa agak pait.
"Pait.." Gumam Lea.
"Pait?" Tanya Kyai dan Lea mengangguk.
Tanda nya memang Lea tidak baik - baik saja, itu hanya air putih biasa yang di doa kan, tidak ada rasanya sama sekali, tapi Lea bilang itu pahit.. tanda nya memang ada yang menempel di tubuh Lea.
"Yai, apa iso kalo di tutup saja mata batin nya Lea?" Tanya nenek Lea.
"InshaAllah bisa, bu. Kalo mau di tutup saya tutup kan, tapi.." Ucap Kyai menggantung.
"Tapi apa, Yai?" Tanya nenek Lea.
"Suatu hari, mungkin akan terbuka lagi.. karena pada dasar nya ini memang takdir Lea memiliki kelebihan." Ujar Kyai.
"Ndak opo - opo.. setidak nya ndak sekarang. Kasian Yai, nangis terus." Ujar nenek Lea.
"Baiklah.." Ujar Yai, menyetujui apa yang di ucapkan nenek Lea.
Hari itu juga kyai membantu Lea untuk menutup mata batin nya.. agar supaya Lea tidak terus ketakutan setiap malam nya. Lea tiak tau apa yang di lakukan yai padanya rasanya dia hanya mengantuk dan tidur.. Dan saat dia bangun, hari sudah berganti menjadi sore dan dia terbangun di rumah nya sendiri..
Sepi, itu yang Lea rasakan. Dia menoleh kesana kemari saat bangun tidur, dan tidak melihat sosok - sosok aneh lagi.. biasanya Lea melihat ada yang melintas, ada yang duduk di atap rumah nya, dia sudah tidak melihat lagi.. Lea berjalan mencari nenek nya, dan ternyata nenek nya ada di luar sedang bicara dengan seorang pria asing.
"Uti.." Panggil Lea dan nenek nya menoleh.
"Eh, sudah bangun nduk.." Ujar nenek Lea.
Pria asing itu kemudian tersenyum pada Lea dan mengusap kepala Lea sambil tersenyum lalu merogoh saku celana nya dan memberi uang pada Lea.
"Buat jajan yo, nduk." Ujar pria itu, tapi Lea diam tidak menerima nya sebab dia tidak tau siapa pria itu.
"Bingung yo? Ini om Gendon, temen bapakmu." Ujar pria itu.
"Bapak pulang?" Tanya Lea sumringah seketika.
"Mmm.. Ndak, bapakmu ndak bisa pulang dulu, nduk. Tapi bapakmu nitip uang buat kamu beli telpon - telponan katanya.." Ujar pria itu.
Setelah mendengar itu seketika Lea menjadi murung lagi, dia merindukan ayah nya yang sudah satu bulan lebih tidak kunjung pulang. Bagi anak sekecil Lea satu bulan adalah waktu yang sangat lama.. Dan ayah nya tak pulang - pulang.
"Bapak pulang nya kapan, om?" Tanya Lea..
"Om ndak tau, nduk." Ujar pria itu bingung juga.
Lea lalu berjalan pergi dan duduk di teras, dia masih kebingungan karena dia tidak lagi melihat orang - orang yang berjalan menembus (hantu).
Pria tadi kemudian pamit.. nenek Lea menghampiri Lea dan duduk di sebelah Lea yang tampak sedih.
"Kenang opo? (Kenapa)" Tanya nenek Lea.
"Bapak nanti pulang kan, ti? Bapak ndak pelgi ke sulga sama mama kan, ti?" Tanya Lea polos.
"Ndak.. Nanti juga pulang." Ujar nenek nya sambil terkekeh..
"Lea tunggu bapak di sini.." Gumam Lea.
Setiap harinya Lea duduk di saung di depan rumah nya, hari berganti hari, minggu berganti minggu, sampai berganti bulan lagi, ayah Lea tidak pernah pulang. Sementara Lea terus berharap ayah nya pulang, karena banyak orang mengatakan ayah nya tidak akan pulang, dia menjadi begitu pendiam.
Dia berubah dari Lea kecil yang periang menjadi Lea yang pendiam dan menarik diri dari teman - teman nya karena dia selalu di ejek.
"Rrrrr.. Rrrrr.. Rrrr.." Akhir nya Lea sudah berhasil mengucap R, dia sudah bisa berbicara fasih.
"Mama.. Lea bisa ngomong R loh sekarang." Ucap nya sambil menatap langit.
Lea masih percaya bahwa ibunya menatap dan mengawasi nya dari langit. Dia sendirian bermain di belakang rumah, sementara nenek nya menjadi kuli sawah.. Dia jadi selalu sendirian.
"Tapi bapak ndak pulang - pulang.." Gumam Lea, dia sedih.
Sampai sekarang dia belum tahu mengapa ayah nya itu tidak pernah pulang, ayah nya hanya mengirimi uang sesekali.
"Lea." Panggil teman Lea, Indi.
"Mbak Indi." Lea tersenyum ramah.
"Lea, tadi aku ketemu bapak kamu." Ujar Indi.
"Bapak Lea pulang, mbak?" Tanya Lea sumringah.
"Tadi aku sama bapakku ketemu sama bapak kamu di jalan." Ucap Indi.
"Hore.. Bapak Lea pulang." Lea mengangkat kedua tangan nya.
"Aku pulang dulu ya, mau ngaji sore." Ucap Indi.
"Iya mbak Indi, dadah.." Ujar Lea. Dia masih terus tersenyum..
Tak lama nenek nya pulang dari sawah, membawa nasi bungkus dari sawah.. Dari nasi itu Lea makan siang.. sebab nenek nya selalu berangkat subuh ke sawah dan Lea hanya di beri uang untuk beli nasi bungkus.
"Ti, bapak pulang." Ujar Lea sumringah.
"Mana?" Tanya nenek nya.
"Kata mbak Indi ketemu di jalan tadi." Ujar Lea.
"Alhamdulillah nek gitu.." Ujar nenek nya.
"Maem nduk.. Uti ngangsu (nimba air) dulu" Ujar nenek nya dan Lea mengangguk.
Tapi.. di tunggu dari siang itu sampai sore bahkan sampai malam.. Ayah Lea tak kunjung datang, Lea sampai terkantuk - kantuk di ruang tamu duduk berhadapan dengan nenek nya.
"Bobok ae nduk, mungkin bapakmu ndak pulang malem iki." Ujar nenek Lea.
Agak nya nenek Lea seperti mengerti sesuatu, hanya tidak di beritahukan pada cucu nya itu.Tatapan nya sedih menatap Lea kecil yang masih kukuh menunggu ayah nya datang padahal sudah jam 11 malam.
"Bapak pulang ti.." Gumam nya, sambil akhir nya merebahkan diri di kursi panjang.
"Hoaamm.. Kok bapak lama, ya ti.." Gumam Lea lagi, dengan mata mulai berat, dan akhir nya tidur.
Setelah Lea tidur, nenek nya lalu menghapus air matanya.. Memikirkan nasib cucu nya yang malang itu, masa depan nya masih panjang sementara dirinya sudah tua dan tidak ada siapapun lagi di rumah.
"Ya Allah gusti.." Gumam nenek Lea.
Tinggal sama demit mungkin lebih baik😅, daripada sana sini gak diterima
Lalu kendalikan tuh para setan, buat nakut2 para orangtua yang tak bertanggungjawab....
atau jadi dukun sekalian ....
balikkan keadaan ,jadikan dirimu wanita sukses.
Lea sdh berkembang lagi
miris nasibnya Lea ,
jgn2 nenek2 itu yg mengawali terbuka nya mata batin Lea