NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:436
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Party Kiss

Ketika hari ulang tahun perusahaan tiba. Seluruh acara pesta telah ditentukan. Justru Lyodra malah jatuh sakit, dia tidak bisa hadir dan hanya di temani oleh Berlin juga Merin.

Sedangkan Kenziro bingung. Tapi Merin mengatakan kalau menunggu jawaban sampai dia selesai bingung mau sampai kapan? Menurutnya, lebih baik dia datang saja karena memiliki jabatan tertinggi.

Biarkan Merin yang menjaga Lyodra. Dia pasti aman bersamanya. Tapi tetap saja, ada rasa tak enak masa istrinya lagi jatuh sakit, Kenziro malah asik party.

Tangan Lyodra yang hangat menggenggam tangan suaminya. Mengelusnya perlahan. Bibir pucatnya tersenyum. "Jangan khawatir ah, aku sama mama baik-baik aja. Kamu pergi gih, dari pada gak hadir kan gak enak."

Kenziro berjongkok di sampingnya menatap istrinya iba. Panas ditubuhnya begitu tinggi tapi dia tidak mau dirawat. "Beneran kamu gapapa aku tinggal? Aku takut lho kamu kenapa-napa."

"Gak akan, aku cuman kurang tidur, kebanyakan mikir."

Merin berdiri dibelakang mereka, ia melipat tangan di dada. "Pergi Ken, tapi pulangnya jangan telat."

Pria itu pun berdiri dan bersiap pergi. Rasanya agak berat, tapi mau gimana lagi.

--✿✿✿--

Empat pria menghadang Aura di kontrakannya. Menggertaknya untuk bayar hutang segera. Tapi apa yang harus wanita itu berikan? Jika uang pinjaman kemarin saja sudah habis ia belikan skincare dan makeup.

"Lusa deh bang, sabar dulu kali. Gue belum gajihan!" jawabnya begitu enteng. Ia tidak terlalu takut cuman risih.

"Halah nanti-nanti mulu. Makanya punya duit bayar hutang, muka aja glowing, hutang gak ke tolong!" dumelnya lalu pergi.

Aura segera mengunci pintu ia pun pergi ke kontrakan Gea untuk mengeluarkan unek-uneknya sekalian numpang mandi karena air di rumahnya mati. Belum sempat ia bayar listrik karena duitnya keburu habis pake shoping.

"Udah deh kata gue mah, lo langsung aja jebak dia. Kalo bisa sampe hamil, lo minta tanggung jawab atau uang ganti ruti miliaran. Abis itu buka usaha biar gak pusing. Duit sebanyak apapun kalo gak di puterin gak ada jadi apa-apa Aura!" gerutu Gea yang sudah mumet dengan masalah hidup temannya seperti tak ada habisnya.

Gea melirik sinis ke Aura yang hanya fokus dandan. "Bedak aja lo dempulin, eh dompet tipis ciah kasian."

"Gue cuman mau dia yang maksa gue, bukan gue, Ge. Gue mau main aman aja," katanya seraya memperhatikan pipinya sudah rapih apa belum.

Gea menghela napas. "Lo mau party kan malam ini? Nyosor aja. Cowok kadang suka dikejar. Bukan mengejar. Cobain sana, siapa tau manjur."

"Kalo bisa mah gue ajakin ngewong sekalian. Abis itu minta bayaran tinggi."

Gea tak habis pikir tapi itulah Aura. "Yaudah coba aja open BO siapa tau laku."

"Males lah yang order sopir truk semua, mana duitnya bau. Target gue bukan mereka," jawabnya yang merasa jijik mengingat beberapa tahun kebelakang.

"Yaudah cari pacar?" tanya Gea memberikan solusi lain, ia sudah merasa ikutan muak padahal hidupnya bisa dibilang mulus jauh dari masalah. "Atau nikah?"

"Ogah ah nanti jadi janda kayak lo."

"Kurang ajar juga ya mulut lu!" Gea berkacak pinggang tersulut emosi. "Gue begini juga karena KDRT sama ada orang ketiga. Tau gak rasanya gimana? Anj*ng banget!"

"Sebenarnya gue gak setuju lo ngincer suami orang. Soalnya gue tau rasanya suami gue di godain pelakor tuh sakit. Mending lo cari yang lajang aja masih banyak atau gak kerja, buka usaha kek. Jangan mau pake jalan pintas terus!" ucapnya membentak marah.

Kini Aura berdiri. Ia menatap Gea dengan sorot tajam. "Maksud lo apa? Gak ikhlas lo bantuin gue. Padahal gue juga gak minta duit lo, kenapa ribet?"

"Lo yang ribet, Ra. Lo yang gak tau diri, gak tau malu, gak tau untung. Gak punya harga diri!"

Aura lantas menampar pipi Gea dengan kencang lalu mencekram dagunya. "Gue tau gue bukan orang baik tapi bukan hak lo buat ngejudge gue."

"Bukannya yang ngejudge kita itu emang urusan orang lain? Karena urusan kita cuman mengurus diri kita sendiri?" Gea menepis Kengan itu dan tertawa. "Rasanya duit hasil halal sama engga tuh beda tau Ra."

Aura menggelengkan kepala. "Gak usah sok suci."

"Gue gak sok suci, gue emang suci tapi terpaksa jadi kotor. Coba deh lo kalo ngalamin, pasangan lo di selingkuh, ngeseks sama cewe lain didepan mata lo. Kek ngerasa diri ini gak ada nilainya," ucapnya dengan suara bergetar lirih, matanya saja sudah berkumpul cairan bening yang hampir tak terbendung.

Gea menghapusnya langsung, itu semua sudah masalalu tapi sakitnya masih ada. Tak sepenuhnya salah dirinya tapi ia turut salah. "Udah gue minta maaf, ayo gue juga mau keluar. Sekalian gue anter. Kalo keberatan, takut bulu mata lo copot karena pake helm, pesen taksi aja. Usahain duit lo jangan di hambur-hamburin. Beli kosmetik yang standar aja, semampu yang lo bisa."

Hati Aura sudah membeku, ia cuman anggap angin lalu. Karena mau ngirit jadinya ikut Gea aja naik motor ke lokasi tempat party.

Begitu masuk, semua pasang mata melihat ke arahnya. Seperti melihat manusia terindah berjalan telanjang. Padahal dia memakai gaun, hanya saja ketat dan terbelah sampai ke paha.

Banyak yang mengajak kenalan dengannya tentu saja ia respon, untuk menipu uangnya. Supaya bisa menyambung hidup selama Kenziro sulit dia sentuh.

Dari hasil sekali ngedip ia bisa menggaet sepuluh pria. Yang jelas dari penampilannya berkelas. Ia sudah menghitung minta seratus juta perorang saja mampu membiayai hidupnya selama sebulan.

Dan itu cara licik, agar tetap punya duit.

--✿✿✿--

Ballroom hotel berubah jadi mini club malam itu. Lampu warna-warni berputar mengikuti beat musik dari DJ, bass berdentum sampai lantai terasa bergetar. Karyawan dan kolega bisnis berkumpul, tertawa, berdansa, dan bersulang untuk ulang tahun kantor yang meriah. Meja hidangan penuh cupcake, cokelat, dan cocktail berwarna-warni siap disantap.

Kenziro datang sendiri, jas rapi dan dasi sedikit longgar, berjalan di tengah keramaian dengan senyum hangat tapi matanya kadang melirik ponselnya. "Lyly pasti bete banget nggak bisa ikut… semoga dia cepat sembuh," gumamnya dalam hati.

Beberapa kolega mendekat, mengajak Kenziro bersulang. "Selamat ulang tahun kantor, Pak! DJ-nya keren banget ya, bikin suasana hidup."

Kenziro tersenyum, menepuk pundak salah satu kolega. "Iya, memang seru. Tapi aku lebih senang kalau Lyodra ada di sini, pasti lebih ramai."

Sejenak ia menatap lantai dansa yang penuh karyawan berjoget gila-gilaan. Ia membayangkan Lyodra ikut di sisinya, tersenyum manis, menari kecil dengan gaun merah berkilau. Pikiran itu membuatnya tersenyum sendiri, sedikit kikuk, tapi hangat.

"Pak, ayo ikut berdansa sedikit?" seorang kolega menggodanya, menepuk punggungnya.

Kenziro menggeleng sambil tertawa. "Ah, saya duduk saja, menikmati musik… sambil membayangkan seseorang tertentu yang seharusnya ada di sini."

Seiring musik naik, lampu strobo menari di sekelilingnya, Kenziro menikmati suasana pesta, tapi tetap membawa Lyodra di pikirannya, tersenyum sendiri setiap kali bayangan istrinya muncul di imajinasinya. Cocktail di tangannya terasa lebih manis, seolah Lyodra ikut menemaninya meski hanya dalam pikirannya.

Aura muncul membawa gelas minuman, duduk di samping Kenziro dengan senyum tipis yang terasa penuh maksud. "Pak, ini minumannya, aku baru saja coba, enak banget," katanya sambil menatap gelas dan sekali-kali melirik Kenziro, menunggu reaksi.

Kenziro hanya memutar gelas di tangannya, tatapannya kosong ke lantai dansa yang berkilau lampu strobo. Musik berdentum, orang-orang tertawa dan menari, beberapa bahkan berciuman tanpa kendali. Ia menghela napas pelan, jantungnya berdebar kencang, darahnya seperti berdesir panas entah karena lelah atau sesuatu yang lain.

Aura mencondongkan tubuhnya sedikit, tatapannya tajam tapi menggoda. "Panas, Pak? Buka aja jasnya," bisiknya dengan nada lembut tapi menantang.

"Engga, Ra," jawab Kenziro singkat, berusaha menahan diri. Tubuhnya menegang, tangan menepuk gelas perlahan.

Aura mendekat, gerakannya ambigu, senyumnya penuh teka-teki, membuat Kenziro semakin tak nyaman. Begitu pria itu berdiri dan berjalan ke lorong yang agak gelap, Aura mengikutinya, menjinjit, dan dengan cepat menyosor bibirnya ke Kenziro.

Mata Kenziro membulat, refleks mendorong Aura menjauh. "Jangan kurang ajar ya, Aura." Suaranya tegas tapi jantungnya berdebar kencang.

Aura tertawa ringan, menatapnya dengan intens. "Aku tahu, Pak… kalau Bapak suka perempuan seperti aku. Jadi jangan munafik. Kita hanya senang-senang sekarang, kan? Lagipula istri Bapak lagi sakit. Kalau jujur, aku memang suka sama Bapak dari awal. Aku tidak bisa menahannya lagi, aku mencintaimu Pak. Aku tidak masalah jika harus berhubungan dibelakang istrimu, asalkan aku bisa memilikimu. Berbagi sedikit itu tidak salahkan? Bukannya berbagi itu indah."

"Jangan gila kamu Aura!"

Tangannya menyentuh rahang Kenziro dengan manja, jemarinya ringan tapi penuh maksud. "Bapak ganteng, macho, serba bisa," bisiknya. Semua yang Kenziro tak pernah dengar dari keluarga atau mertuanya, malah disuarakan Aura dengan percaya diri.

Kenziro menegang, matanya terpejam, napasnya berat. Aura mencoba menciumnya lagi, tapi kali ini Kenziro tegas menepis, membersihkan bekas ciuman dengan cepat, lalu bergegas menjauh, jantungnya masih berdebar hebat, pikiran bercampur antara marah, geli, dan kewaspadaan.

"Pak! Kalo kamu gak mau, aku bakalan ngomong sama Mbak Lily buat izinin aku jadi yang kedua. Aku gak akan gangguin kalian, aku rela dapet waktu terakhira juga, Pak!" ucap Aura teriak-teriak memohon belas kasihan seakan dirinya tidak layak dicintai.

Hanya saja Kenziro sudah ngibrit pergi menjauh darinya. Membuat Aura tersenyum miring. Ia yakin setelah ini Kenziro akan susah tidur dan terus memikirkannya.

"Semoga pelet itu berhasil," ucapnya didalam hati sambil memegang botol parfum kecil yang sempat ia oleskan ke jas pria itu.

--✿✿✿--

Di dalam mobil, Kenziro merasakan sesak napas. Ia bersandar di kursi, menyalakan mesin perlahan, sambil mengusap wajahnya gusar.

Aura… apa yang baru saja dia lakukan? Terang-terangan menyatakan perasaannya, mengatakan ia menyukai Kenziro sejak pertama kali bertemu. Tapi Kenziro tak bisa begitu saja memecatnya karena Aura profesional dan kompeten.

Namun itu tetap terasa seperti ancaman.

Ia melepas kancing jasnya, mengambil botol air mineral, mencoba menenangkan diri. Hatinya berdebar, pikiran kacau, seperti maling yang ketahuan basah-basah.

"Gimana kalau Lyodra tau?" batinnya, sambil mundurkan mobil pelan. Sepanjang jalan, ia terus memikirkan apakah ada yang melihatnya, ataukah ini hanya rahasianya sendiri.

Sesampainya di rumah, Kenziro buru-buru mandi. Hawa panas yang dirasakannya berbeda dari biasanya, membuatnya tegang dan gelisah. Ia berendam di bathtub hampir satu jam, tapi ketenangan tak kunjung datang.

Akhirnya ia naik ke tempat tidur, rasa bersalah menekan hatinya seperti batu. Ia memeluk Lyodra yang tubuhnya terasa hangat.

"Kamu habis main sendiri, ya?" Suara Lyodra muncul, lembut tapi menohok, padahal matanya masih setengah terpejam.

Kenziro mengerutkan dahi, gugup. "Kok tau?"

"Aku dengar suara desahan kamu pasti lagi mau, kan? Tapi maaf, aku lagi sakit." Lyodra membuka mata, mengelus pipi Kenziro dengan lembut. "Kamu gak marah kan?"

Mata Kenziro memanas, tapi hatinya lunak. "Gak masalah, sayang." Ia mencium dahinya, memeluknya erat, berharap rasa bersalah dan godaan tadi tetap menjadi rahasia, tak pernah terbuka, agar dunia mereka tetap aman dan damai.

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!