NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:372
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Pasar malam

Bintang-bintang berkelap-kelip di langit malam, serta bulan sabit yang menggantung indah di sisinya.

Alden duduk sendirian di taman kota, menunggu dua temannya itu tiba. Ia bolak-balik mengecek ponselnya untuk melihat jam.

Kedua temannya itu sangat lama, membuat Alden merasa bosan menunggu. Alden mengetuk-ngetuk jarinya sambil melihat sekeliling berharap dua temannya itu segera tiba.

Tak lama kemudian, yang ditunggu pun tiba, dua gadis itu berjalan menghampiri Alden. "Hai Alden, maaf menunggu lama." ujar salah satu dari mereka.

"Iya gapapa." balas Alden sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Maaf ya Alden," ujar gadis berambut sebahu.

Alden menyunggingkan senyum dan menggelengkan kepalanya. Ia bersikap biasa saja, meskipun ia sudah menunggu sangat lama.

Malam minggu ini, mereka bertiga berniat pergi ke sebuah pasar malam. Dania, gadis yang lebih dulu mengenali pemuda itu, mengajaknya kemarin malam melalui sebuah pesan singkat.

Alden langsung menyetujui, ia berpikir bahwa pergi bersama temannya ke pasar malam membuatnya sedikit lebih rileks.

Memang benar, Alden merasa lebih santai ketika bersama dua temannya itu. Terlebih Dania, sifatnya yang ceria membuat Alden merasa sedikit lebih baik.

"Wah, rame banget!" ujar Dania ketika mereka tiba di pasar malam. "Iya, aku kira gak serame ini." ujar Rani menimpali.

"Namanya juga pasar malam, terlebih ini malam minggu." ujar Alden kemudian.

Dania dan Rani tertawa kikuk, mereka tidak menyadari bahwa malam ini adalah malam minggu. Mereka bertiga berjalan memasuki area pasar malam yang kian ramai.

"Kemana dulu kita?" tanya Alden sambil memandang sekitar.

"Hmm, terserah sih. Wahana dulu oke, makanan juga oke." jelas Rani mengundang gelak tawa dari Alden dan Dania.

"Rani, Rani... Kamu tuh ya kalo makanan aja cepat banget," ujar Dania sambil memukul pelan pundak Rani.

"Haha mood booster cewek kan cuma makanan." ujar Rani yang terkekeh.

Dania juga tertawa bersama Rani, sementara Alden hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

"Ya udah, ke sana aja dulu." ujar Alden sambil menunjuk ke arah kora-kora. Rani langsung mengangguk setuju, sementara Dania justru terfokus pada tangan Alden.

"Alden, tangan kamu kenapa? Kok banyak banget plasternya." ujar Dania yang baru saja menyadari luka di tangan Alden.

"Ah, enggak papa." Alden langsung menurunkan tangannya, ia tidak menyangka bahwa Dania bisa memperhatikannya begitu detail.

Rani yang sebelumnya fokus pada kora-kora, kini justru menoleh ke arah Alden dengan rasa penasaran. Matanya tertuju pada tangan Alden juga karena mendengar perkataan Dania. "Eh, iya... Tangan kamu kenapa?"

"Enggak papa. Ayo, ntar kemaleman lagi." ujar Alden mengalihkan pembicaraan.

Dania dan Rani saling pandang untuk sejenak, mereka tidak percaya bahwa Alden baik-baik saja. Tapi, mereka tidak bertanya lebih lanjut karena takut menyinggung Alden. Terlebih pemuda itu tidak ingin bercerita apa-apa.

"Ya udah, ayo." ujar Dania kemudian.

Ketiganya berjalan menuju wahana populer di pasar malam itu. Tapi, baru setengah perjalanan Dania tiba-tiba berhenti dan pandangannya menunduk ke bawah. Matanya terpejam dan nafasnya terdengar berat.

Alden dan Rani yang sudah berjalan di depan, baru menyadari bahwa Dania tertinggal di belakang. Keduanya kembali menghampiri gadis itu.

"Dania, kamu kenapa?" ujar Alden yang langsung berlari menghampiri, diikuti Rani yang berlari di belakangnya.

"Enggak, enggak papa kok." ujar Dania dengan seutas senyum.

"Kamu yakin, Dania?" ujar Rani khawatir dan memegangi lengan Dania.

Dania yang dikhawatirkan dua temannya tiba-tiba terkekeh membuat keduanya mengernyitkan dahi.

"Haha, maaf... Aku cuma prank aja," ujar Dania kemudian membuat Rani langsung kesal. "Ih, jangan bercanda kayak gitu. Bikin panik aja tau gak!"

"Udah-udah, jangan berantem. Yang penting Dania gapapa. Lain kali jangan bercanda gitu ya, Dania?" ujar Alden lembut.

"Iya, maaf..." ujar Dania dengan seutas senyum, ketiganya melanjutkan langkahnya ke arah tempat yang dituju.

"Sorry guys, aku gak mau buat kalian khawatir." batin Dania.

Gadis itu tadinya memang merasakan pusing yang datang secara tiba-tiba. Sekali lagi, akhir-akhir ini ia sering pusing tanpa sebab, tapi ia tidak pernah mau bercerita kepada siapapun bahkan keluarganya pun tidak tahu.

Dania menyembunyikan sesuatu yang seharusnya orang lain tahu. Tapi, Dania sama sekali tidak ingin membuat orang-orang disekitarnya khawatir. Terlebih, malam ini adalah momen spesial bersama kedua temannya.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Setelah beberapa jam menikmati wahana dan berkeliling pasar malam, mereka bertiga memutuskan untuk membeli makanan dan minuman untuk mengisi perut mereka.

Mereka duduk di sebuah bangku panjang yang disediakan beberapa pedagang di depan stand-nya.

"Puas banget malam ini, seru!" ujar Rani.

"Iya, makasih ya untuk hari ini. Kalian udah mau temenin aku malam ini," ujar Dania sambil memainkan sedotan minumannya.

"Sama-sama. Aku juga senang hari ini. Ini kali pertama aku ngumpul bareng teman," ujar Alden menimpali.

"Emangnya kamu gak punya teman, Alden? Biasanya cowok kan mudah berteman dengan siapa aja." ujar Rani yang suka berbicara to the point itu.

"Aku gak sama kayak cowok lainnya." ujar Alden singkat dan santai.

"Kenapa?" tanya Rani penasaran sambil mengernyitkan dahinya.

Dania hanya memperhatikan interaksi antara Alden dan Rani. Ia tahu bahwa Alden tidak pernah memiliki teman. Walaupun sebelumnya Dania tidak bisa menangkap apa yang dimaksudkan Alden saat itu.

"Mana ada yang mau berteman denganku selain kalian berdua," ujar Alden kemudian setelah hening beberapa saat.

"Emangnya kenapa, Alden?" tanya Dania kemudian yang mulai penasaran.

"Huft..." Terdengar helaan nafas panjang dari Alden. Pemuda itu terlihat ragu-ragu untuk bercerita.

"Aku anak seorang kriminal, karena itu aku gak punya teman." ujar Alden dengan nada yang berat.

Dania dan Rani langsung syok, Dania menutup mulutnya dengan tangan sementara Rani membulatkan matanya.

"Anak kriminal?" ujar Rani tidak percaya.

"Ya, begitulah kira-kira. Aku sendiri pun gak tau apa yang sebenarnya ayahku lakukan." ujar Alden sambil menenggak air mineralnya.

"Aku dijauhi oleh orang-orang, bahkan dirundung saat sekolah. Hingga puncaknya ketika fitnah yang menimpaku dulu. Semua itu membuatku benar-benar hancur, sekolah bahkan persahabatan ku juga ikut hancur." lanjut Alden yang mulai sedikit terbuka dengan kedua temannya.

Dania dan Rani saling pandang, mereka tidak menyangka dibalik ketegaran Alden ternyata tersimpan luka yang sangat menyakitkan.

"Mereka harusnya gak gitu dong! Masa iya menilai seseorang hanya karena kesalahan orang lain!" ujar Rani kemudian yang merasa kesal dengan cerita Alden.

"Aku ikut sedih mendengarnya. Kami akan tetap menjadi temanmu, Alden. Aku dan Rani enggak memandang status itu. Benar kan Rani?" ujar Dania dengan seutas senyum dan diangguki oleh Rani.

"Ya, kamu adalah kamu. Yang penting kamu gak seperti yang mereka katakan." ujar Rani setelah sebelumnya menghela nafas panjang.

Alden tersenyum sedikit, ia berpikir kedua temannya itu akan menjauhinya juga tapi ternyata perkiraannya salah. Disaat ia dikucilkan oleh orang lain, Tuhan justru menghadirkan dua teman yang benar-benar peduli dengannya.

"Makasih ya," ujar Alden kemudian.

Dania dan Rani hanya tersenyum menanggapi perkataan Alden. Mereka melanjutkan menikmati makanan dan minuman mereka.

"Sebentar ya, aku ke toilet dulu." pamit Alden kepada kedua temannya dan diangguki singkat oleh keduanya.

"Iya, jangan lama Alden." sahut Rani, tapi tidak didengar oleh Alden karena ia yang sudah berjalan menjauh.

Saat berjalan menuju toilet umum, seseorang dengan sengaja menyenggol lengan Alden dengan kasar. Alden hampir saja terjatuh jika saja ia tidak langsung menyeimbangkan dirinya.

Alden menoleh, mendapati seorang pemuda yang tersenyum sinis ke arahnya. Tatapannya tajam dan tangannya ia sisipkan di balik saku celananya.

"Cih, ketemu lo lagi di sini!"

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!