Evelyn, penulis webtoon yang tertutup dan kesepian, tiba-tiba terjebak dalam dunia ciptaannya sendiri yang berjudul Kesatria Cinta. Tapi alih-alih menjadi tokoh utama yang memesona, ia justru bangun sebagai Olivia, karakter pendukung yang dilupakan: gadis gemuk berbobot 90kg, berkacamata bulat, dan wajah penuh bintik.
Saat membuka mata, Olivia berdiri di atas atap sekolah dengan wajah berantakan, baju basah oleh susu, dan tatapan penuh ejekan dari siswa di bawah. Evelyn kini harus bertahan dalam naskahnya sendiri, menghindari tragedi yang ia tulis, dan mungkin… menemukan cinta yang bahkan tak pernah ia harapkan.
Apakah ia bisa mengubah akhir cerita sebagai Olivia? Atau justru terjebak dalam kisah yang ia ciptakan sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12.Melakukan tugas pemeran pendukung.
Saat jam istirahat, suasana koridor sekolah ramai oleh suara langkah kaki dan obrolan para siswa. Di tengah keramaian itu, Oliv berjalan dengan santai menuju kelas Luna, membawa beberapa lembar kertas tugas di tangannya.
Namun, dari arah berlawanan, muncul Melissa yang salah satu siswi populer di sekolah yang dikenal ramah di luar tapi menyimpan niat tersembunyi.
Dengan senyum manis yang dibuat-buat, ia melangkah cepat menghampiri Oliv.
“Hai, Oliv..” sapa Melissa dengan nada manis yang tidak biasa, matanya menyipit seolah sedang menilai sesuatu.
Oliv menghentikan langkahnya dan menoleh dengan ekspresi netral. “Ada apa?” tanyanya datar.
Bukankah dia itu Melissa, wajah seperti peri tapi hati seperti iblis, aku harus hati-hati dengan nya!, pikir Evelyn.
“Oh, enggak kok... cuma mau bilang kamu keliatan makin akrab ya sama Owen,apa kalian dulu sekelas seakrab itu? ” ujar Melissa sambil memainkan rambutnya, nada suaranya terdengar ringan, tapi ada sindiran samar yang menyelinap di baliknya.
Oliv menatap Melissa tajam sejenak, lalu menjawab tenang, “Maaf aku terburu-buru,kita ngobrolnya kapan-kapan saja!.”
Melissa tertawa kecil, tapi nadanya terdengar agak kaku. “Iya..”
Oliv tak menggubris senyum palsu itu dan kembali melangkah, meninggalkan Melissa yang masih berdiri dengan senyum yang kini mulai pudar.
Harus jauh-jauh dari iblis betina itu, Pikir Evelyn.
Di balik tatapan manisnya, Melissa menyimpan rencana. Dan Oliv? Ia sudah mulai merasakan bahwa pertanyaannya tadi mengandung arti dan dia tidak mau berurusan dengan beberapa karakter terkenal seperti rubah di webtoon miliknya.
Saat sampai di kelas Luna, Oliv langsung melihat gadis itu dikelilingi oleh sekelompok murid perempuan.
Tatapan mereka tampak tajam, penuh sindiran, sementara senyum mereka palsu dan menusuk. Luna berdiri canggung di tengah-tengah, memegang erat buku-bukunya, kepalanya sedikit menunduk, seolah ingin menghindar dari semua tatapan itu.
Mata Oliv segera menyapu seisi kelas, mencari satu sosok yang ia harapkan bisa sedikit membuat suasana lebih aman yaitu Leo. Namun, Leo tidak ada di tempat. Kursinya kosong. Napas Oliv menghela pelan, perasaan tidak enak merayap di dadanya.
"Mana pria itu?, meninggalkan Luna disarang serigala seperti ini. Aku juga sih, bikin karakter wanita selemah itu. Jika seperti ini aku sendiri yang repot! " Gumam Oliv pelan.
Dia menatap kembali ke arah Luna yang tampak seperti rusa kecil yang dikepung serigala. Instingnya langsung tahu, Luna adalah sasaran empuk di sekolah ini. Terlalu pendiam. Terlalu lemah lembut. Dan terlalu mudah ditekan oleh murid-murid yang merasa diri mereka lebih berkuasa.
Tanpa berpikir panjang, Oliv melangkah cepat mendekat. Tatapan tajamnya langsung menghantam satu per satu murid yang mengepung Luna.
"Luna..! " Panggil Oliv dengan keras.
Para murid itu sempat terdiam, sebelum satu dari mereka berkata dengan nada santai yang dibuat-buat, "Itu siapa? "
Salah satu siswi maju menghadang Oliv yang berjalan mendekat. "Tunggu dulu kamu siapa? "
"Aku Olivia, temannya! " Jawabnya dengan percaya diri.
"Oliv, si gendut. Bagaimana bisa? "
"Apanya yang bagaimana?, minggir kalian! " Seru Oliv yang menyingkirkan teman sekelas Luna dari depannya.
Oliv lalu memegang tangan Luna, dan menarik nya ikut dengan dirinya. "Ayo Lun, temani aku mencari Leo! "
Luna pun berdiri dari bangkunya dan berdiri mengikuti Oliv, murid sekelas Luna mulai bergunjing tentang Oliv yang dulu mereka kenal karena tubuhnya yang gendut menjadi salah satu murid tercantik di sekolah mereka.
Salah satu dari mereka mendecakkan lidah kesal, tapi tak ada yang membalas lebih jauh. Perlahan mereka mundur, satu per satu membubarkan diri, meski dengan tatapan tak suka yang masih menempel pada Luna.
Mereka ada yang menuduh Oliv operasi plastik, dan ada yang berbicara Luna menjadi anjing peliharaan Oliv.
Sambil menggandeng tangan Luna,dengan berjalan beriringan. "Jangan dengarkan mereka!, aku menganggapmu bukan apa yang mereka bicarakan. Bukankah kita sahabat, karena persahabatan kita tidak memandang miskin ataupun kaya dan kamu sahabat yang aku sukai" Ucap pelan Oliv.
Ucapan pelan Oliv itu membuat hati Luna bergetar, dan dia menganggukkan kepalanya dengan pelan sambil tersenyum bahagia mendengarnya.
Luna yang hanya mengikuti langkah Oliv dari belakang, mulai merasa heran. Mereka berjalan mengelilingi hampir seluruh sudut sekolah saat jam istirahat, melewati lorong-lorong sepi, taman belakang, hingga tangga menuju ruang klub yang jarang dipakai.
Oliv tampak percaya diri, langkahnya cepat dan matanya tajam menelusuri sekitar, seolah tahu persis ke mana harus pergi. Sesekali ia berhenti, memandangi suatu tempat cukup lama sebelum kembali melanjutkan langkah.
Luna yang tak tahan dengan rasa penasaran akhirnya bertanya pelan,
“Kita sebenarnya mau ke mana, Oliv?”
Oliv hanya menoleh sekilas, lalu menjawab singkat,
“Mencari 3T.”
“Untuk apa kita mencari mereka?. ”
“Tentu saja untuk meminta Leo melindungi mu, dia harus melindungi wanita yang ia sukai dari pemangsa seperti mereka. ”
“Jangan bercanda Oliv, mana mungkin pria sempurna seperti Leo menyukaiku?. ”
Oliv tidak langsung menjawab. Ia berhenti di depan gudang lama dekat lapangan basket yang jarang dipakai. Tangannya menyentuh gagang pintu yang sedikit berdebu.
“Tapi yang aku tahu dia tertarik padamu, memangnya aku buta tidak tahu perhatian Leo selama ini untuk mu. Yang penting sekarang ini adalah kamu bisa lepas dari pemangsa di sekolah ini, dengan bantuan 3T itu mungkin terjadi”.“Karena mereka bukan anak sembarangan,jika aku tak bersama mu mereka bisa melindungi mu. Dan aku yakin mereka ada di dalam sana” jawab Oliv.
“Tapi aku tidak mau memanfaatkan mereka.”
“Jangan bodoh Lun, kita sudah setahun di sekolah ini. Kamu pasti tahu cara kerja anak-anak disini,kita tidak memanfatkan mereka tapi meminta bantuan.”
Luna terdiam sejenak, dan memikirkan ucapan Oliv. Walaupun ia tidak setuju dengan usulan Oliv, tapi ia hanya ingin bersekolah dengan tenang.
“Tapi Liv.. ”
“Bukankah kamu ingin bersekolah dengan tenang sampai lulus, karena sekolah ini memberikan beasiswa untuk kamu melanjutkan ke tingkat selanjutnya.”
Ucapan Oliv membuat mulut Luna terkunci, dan Oliv juga memiliki tugas sebagai pemeran pendukung mendorong hubungan mereka berdua lebih dalam.
Dengan seperti ini mereka akan lebih dekat, dan mungkin aku akan kembali ke dunia ku, pikir Evelyn.
Oliv diam, menatap pintu gudang itu beberapa detik sebelum akhirnya menarik napas panjang.
Dengan satu dorongan pelan, Oliv membuka pintu gedung tua di sebelah sekolah mereka. Engsel pintu berdecit nyaring, suara gesekannya menggema di antara dinding-dinding kosong dan berdebu. Udara dingin menyambut mereka, bau kayu lapuk dan cat usang menyeruak ke hidung.
Luna berusaha mengikuti di belakang Oliv, langkahnya ragu-ragu. Namun hanya butuh beberapa detik, dan—
“BRAK!”
Suara keras terdengar dari dalam. Tiga orang yang sedang berkumpul di tengah ruangan, langsung berdiri dari posisi duduk mereka. Di tengah tumpukan kursi rusak dan papan tulis tua, Leo,Owen, dan Damian yaitu anggota 3T menjadi terpaku memandangi pintu yang kini terbuka lebar.
Leo, sang pemimpin, menyipitkan mata, ekspresi terkejutnya berubah jadi tajam.
Owen yang sedang memainkan kartu di tangannya menjatuhkan satu kartu ke lantai.
Damian berdiri paling lambat, tapi sorot curiganya paling kuat.
“Oliv?” suara Leo akhirnya terdengar, serak, bercampur amarah dan kebingungan. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
Luna yang berdiri di belakang Oliv ikut terdiam, tak mengira mereka benar-benar menemukan tempat persembunyian 3T.
Oliv menatap Leo tanpa gentar. “Maaf mengganggu kalian,tapi aku mau bicara dengan mu Leo.”
Owen mengerutkan dahi, sambil mengalihkan pandangannya sejenak ke arah Leo. “Untuk apa kamu mencari Leo?.”
Tapi pertanyaan Owen tidak dihiraukan oleh Oliv, Oliv hanya fokus kepada Leo. Suasana ruangan menjadi tegang, semua mata mengarah ke arah Oliv yang berani datang ke tempat mereka.