My Ex Is A Mafia

CIUMAN MEMBAKAR!

Sorot mata tajam Will yang masih mengarah dna menatap kearah Marco yang kini mulai membuka bajunya sendiri hingga bertelanjang dada. Pria itu mulai mendekati Jane yang mencoba mendorongnya meski wanita itu tak bisa mengendalikan dirinya.

“Menyingkir dariku sialan!” kesal Jane yang masih sedikit sadar dan mencoba menampar Marco meski gagal.

Tentu saja pria itu kembali mencengkram kedua pipinya dengan satu tangan. “Akan aku buat kau memohon di bawahku, dan aku akan mengendalikan wanita sombong dan angkuh seperti mu. Dari pada kau bersama pria culun, aku akan menunjukkan mu cara bercinta dengan baik!” Marco tertawa lepas hingga menampar keras pipi Jane sampai terluka sudut bibirnya.

Sementara ketiga wanita hingga satu pria gay mulai mendatangi Will dan tak sabar pula menjamah nya.

“Ayolah Doggy! Aku akan membantumu cum untuk pertama kalinya!” ucap Simoncelli tertawa puas bersama Bobby yang mulai memegangi satu tangan Will sementara tangan yang satunya baru saja diikat kembali oleh Simoncelli saat dia merobek paksa Hoodie hitam Will dengan sebuah gunting.

Kini hanya berbalut kaos putih saja, Will masih terlihat tenang dengan tatapan tajamnya sesekali melirik ke arah kekasihnya yang kini masih mencoba dicumbu oleh Marco McPatrlin sialan itu.

Krakkk!!! Kaos putihnya yang sedikit bernoda darah itu mulai dirobek paksa oleh Simoncelli hingga tawa dan senyum nya hilang saat melihat adanya tatto tak biasa di tubuh kekar berotot Will yang saat ini berkeringat hingga sedikit terdapat darah yang merembes dari wajah ke lehernya.

Tak cuman Simoncelli yang terkejut, Bobby pun ikut terdiam melihat pemandangan tersebut dan ketiga wanita beserta pria gay yang kini nampak malah terpesona oleh pemandangan itu.

“Hei Marco! Lihatlah si doggy kita ternyata— ”

Brugh! Dalam satu gerakan, Will langsung membuat Bobby tak bisa bicara saat mulutnya baru saja kena kepalan tangan Will dan berdarah.

“Shit!” tentu saja Simoncelli melangkah mundur hingga dia refleks menyerang Will dengan gunting di tangannya dan berhasil ditahan oleh tangan kanan pria mafia itu.

“Kalian akan melihat anjing ini mulai liar dan bertingkah, tuan!” sindir Will menyeringai devil hingga berhasil merebut gunting itu dan langsung menusukkan nya ke leher Simoncelli.

Pria itu langsung melotot sembari memegangi gunting yang tertancap ke lehernya dan berjalan mundur hingga terkapar.

Melihat itu, Marco menatap tajam namun tak bergerak dari tempatnya ketika Will menarik tangan kirinya yang akhirnya terlepas dari ikatan tali. Saat itulah Will bebas seperti binatang buas yang siap menerkam mangsanya.

Dengan santai pria bernama Will yang kini bertelanjang dada itu berjalan ke arah meja dan meneguk beer yang ada di salah satu gelas. “Ck, karena kalian aku terpaksa harus menunjukkan nya! Sudah kubilang ini akan menjadi hari terakhir mu Marco and the geng!” ucap Will menyeringai kecil saat dia meraih satu pistol milik Marco yang tergeletak di meja.

Tak cuman pistol, ada beberapa senjata tajam di sana untuk menyiksa Will sebenarnya. Namun kini malah terbalik.

“Kau tidak ingin melawanku?” tanya Will yang kini menatapnya dingin tanpa senyuman.

Dari belakang Bobby mencoba menyerangnya, namun Will langsung bergerak cepat membanting pria itu dan memukuli wajahnya berkali-kali hingga berdarah dan hancur.

Melihat pemandangan mengerikan itu, ketiga wanita dan satu pria gay tadi segera berlari terbirit-birit, namun na'asnya. DARR! DARR! DARR! DARR!

Dengan gerakan cepatnya Will langsung menembaki mereka agar tidak menjadi saksi siapapun.

Membunuh sangatlah mudah bagi seorang Stone-Brooks seperti Will. Dan kini, Jane yang mencoba melihat ke arahnya dengan kepala pusing dan tubuh yang masih panas, ia mencoba melihat jelas wajah Will.

“Will?” gumamnya pelan dan menyipitkan matanya.

Sedangkan Marco menyeringai kecil meski saya ini jantungnya berdebar tak karuan usia melihat dua temannya tewas.

“Jadi benar. Kau yang membunuh Oshin dan menyelakai Reus! Bajingan!” ucap Marco yang hanya ditatap oleh Will dengan santai.

“MASUK DAN HABISI PRIA SIALAN ITU!” panggil Marco dengan suara lantang yang langsung 4 anak buahnya datang dan menyerang Will dengan beberapa tembakan.

Namun Will yang sudah ahli, dia langsung bersembunyi di balik meja dan menyiapkan serangan balik.

“Hahaha!!! Kenapa Will! Kau takut sehingga harus bersembunyi di balik meja HAH?!” gertak Marco tak tahu malu.

Namun saat Will berhasil melawan keempat anak buahnya itu, barulah dia terdiam dan dengan ragu-ragu ia berlari dari sana secara bersembunyi-sembunyi. Sementara kefokusan Jane saat ini menatap ke sosok pria bertatto yang sibuk menghabisi keempat pria tadi dengan mudahnya.

Napas Jane yang panas masih memburu saat dia tak bisa mengendalikan dirinya hingga lampu di sana redup saat Will menyelesaikan musuhnya.

Kini pria itu berjalan menghampirinya, tentu saja Jane hanya terpaku dengan mata sayu. “Apa kau juga akan menghabisi ku?” Lirih Jane yang ternyata mulai melantur tak sadarkan diri hingga tak mengenali wajah Will sepenuhnya karena buram.

Tentu saja pria itu berjalan mendekatinya, menelusupkan tangan kanannya ke leher Jane dan membuat wanita itu menggeliat meminta lebih.

.

.

.

“Ssshhh~ Hahhh~ ” desah Jane saat dia saat ini masih kepanasan di atas ranjang empuk kamarnya sendiri. Ya! Will yang membawanya dan kini pria itu berdiri di sisi ranjang.

“Hapus semua jejaknya. Para bedebah itu sialan dan hanya menghalangi jalanku saja.” Ucap Will kepada Virgil yang mengenakan baju pizza.

“Bagaimana dengan para orang tuanya Tuan?”

“Aku yang akan mengurusnya!” Balas Will hingga Virgil mengangguk kecil lalu melenggang pergi.

Pria dengan jas hitam tanpa dalaman itu, menoleh ke Jane yang menatap ke arahnya dengan tersiksa dan hanya mengenakan bra serta celana yang masih melekat.

“Siram aku atau selamatkan aku... Kau tahu ini sangat menyiksaku! Apa kau Will?”

Will menyeringai devil hingga melepaskan jas hitamnya dan membuatnya bertelanjang dada. Tangannya membelai wajah Jane yang mencoba merasakannya hingga wanita itu berdiri dan langsung menyambar bibir Will tanpa dia sadari dan hanya fokus untuk menghilangkan rasa panas di tubuhnya.

Tentu saja Will membuka pintunya. Dia mengakses rongga mulut Jane dan hendak menahan tengkuk lehernya sampai wanita itu menjauh dan melepaskan ciuman tadi.

“Maafkan aku... aku hilang kendali, aku benar-benar tidak tahu— aku merasa panas.. Dan bingung?— ”

Ucapannya benar-benar tak karuan hingga ia melangkah pergi ke kamar mandi, namun Will yang sudah terlanjur terpancing, pria itu mengikutinya dari belakang hingga menutup kamar mandinya.

Jane mencoba mencari-cari selang air namun tak kunjung mendapatkannya karena pandangannya hanyalah samar-samar dan buram.

Dari belakang, Will mendorongnya pelan hingga menempel di dinding dingin kamar mandi dan mendekati Jane sampai area intimnya menyentuh pantat Jane yang masih tertutup. “Biarkan aku membantumu!” Bisiknya sensual membuat Jane semakin bernafsu.

Will mengguyur tubuh Jane dengan selang shower hingga membasahi tubuh wanita itu dan membelai punggung nya. Dalam dingin dan panas, Jane memejamkan matanya saat air membasahinya hingga sentuhan dari tangan seorang pria yang membelai tubuhnya tanpa melepaskan pakaian ataupun bra nya.

Dari belakang Will mengendus pipi kanan Jane hingga ke telinganya dan lehernya. Mencium juga menggigitnya sampai meninggal bekas kissmark.

“Hhaahh~ ” napas Jane memburu tatkala tangan lain Will mulai bergerak intens ke perut polosnya dan mengusapnya semakin ke atas dan atas hingga ke payudaranya, lalu turun kembali ke perutnya dan meremasnya sekilas sampai dia benar-benar mendengar desahan wanita itu.

Tentu, Will tidak melakukannya lebih, dia membalik tubuh Jane dan menatapnya lekat lalu mencium bibirnya serta melumatnya begitu dalam sampai Jane dimabuk kepayang.

“Bukan saat ini sayang! Aku akan menyimpannya untuk lain hari!” ucap Will membuat Jane menatap sayu dan kecewa.

Pria itu hanya memberinya guyuran air saja sampai benar-benar Jane lelah sendiri dan pingsan.