NovelToon NovelToon
KEKUATAN 9 BATU BINTANG

KEKUATAN 9 BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sunardy Pemalang

***

Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.

Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?

**kita lanjut dari bab satu yuk...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERTEMU GADIS LUGU

Di episode sebelumnya, Thantana kebingungan dengan apa yang di katakan oleh roh batu emas atau Suvarna. Yang mengatakan jika Thantana harus segera mengumpulkan orang orang dengan kekuatan batu Navavarna atau sembilan warna. Sedangkan yang Thantan tau, Navavarna adalah mereka sendiri, batu batu yang berada di dalam tubuhnya.

**Penjelasan tentang Navavarna:

Jadi sebenarnya yang Thantana tidak ketahui adalah, bahwa batu Navavarna ini sebenarnya ada 11 bukan cuma ada satu yang berada di dalam tubuhnya saja. Simpelnya, batu sembilan warna atau Navavarna kali 11 sama dengan 99 batu. Nah berhubung yang 9 berada di dalam tubuh Thantana, berarti di luar sana masih ada 90 batu lagi yang harus Thantana kumpulkan. Dan ke 90 batu tersebut berada pada 90 orang, karena mereka, perorangnya hanya memiliki satu batu saja, tidak seperti Thantana yang di masuki 9 batu sekaligus. Artinya jika terkumpul nanti, akan menjadi 91 orang termasuk Thantana sendiri. Saat itu lah 99 batu atau 11 Navavarna akan melawan puluhan atau bahkan ratusan ribu kekuatan batu hitam yang akan menghancurkan dunia mereka.

Next:

Thantana, yang pada saat itu meminta restu ayahnya untuk melakukan perjalanan mencari orang orang dengan kekuatan batu Navavarna. Saat ini terlihat sedang berada di sebuah kedai makan di sebuah kota kecil yang bernama kota Himamegha yang artinya Kota awan berkabut.

Kota Himamegha adalah kota pertama yang letaknya paling dekat dengan desa Bukit jingga, dan jelas masih dalam kekuasaan kerajaan Agraanila. Di kota ini Thantana sengaja beristirahat untuk sekedar mengisi perutnya yang kosong sembari mencari info info mengenai orang orang yang mempunyai kekuatan batu.

Sedang asiknya Thantana duduk menunggu pesanannya datang di kedai itu, tiba tiba seorang gadis dengan rambut panjang terurai dengan sedikit poni di dahinya, berlari dari arah luar kedai dan menabrak meja di hadapan Thantana yang sedang duduk.

"Gubrakkk... "

"Aduhhhh...? "

Terdengar bunyi meja yang di tabrak, serta teriakan kesakitan dari gadis muda tersebut.

"Maa.. maaf, aku tidak sengaja?" ucap gadis muda itu terhadap Thantana, dengan sedikit terbata.

"Tidak apa apa ko! Apa kamu baik baik saja?" kata Thantana balik bertanya terhadap gadis muda yang sekarang sudah berdiri di hadapannya itu.

"Iya.. aku tidak apa apa?" jawab gadis itu, sembari masih mengelus elus lututnya yang masih sedikit ngilu.

"Kenapa kamu masuk kesini dengan berlari? Memangnya ada apa?" kata Thantana lagi, merasa penasaran terhadap tingkah laku dari gadis muda tersebut.

"Aa.. aku...?

Baru saja gadis muda itu mau menjawab pertanyaan dari Thantana, tiba tiba...?

"Hahahaha.. gadis kecil, mau lari kemana lagi kamu heh! Ayahmu sudah menyerahkan kamu terhadapku, dan aku bebas melakukan apapun terhadap kamu gadis kecil?"

Terdengar suara tawa seseorang yang baru saja masuk ke kedai itu, sambil berjalan mendekati gadis muda yang kini, terlihat sangat ketakutan. Tidak seperti saat baru menabrak meja tadi, yang cuma meringis karna rasa sakit.

"Aaa.. am.. pun.. aku tidak mau ikut denganmu?" jawab gadis itu, sembari bergerak mundur selangkah demi selangkah, menjauhi orang yang barusan berbicara pada dirinya itu.

"Kamu tidak bisa menolaknya gadis kecil! Kamu sudah di jadikan alat membayar hutang hutang dari ayahmu! Cepat sini, atau aku akan menyeretmu hah!" kata lelaki setengah tua yang baru masuk kedai itu, dengan nada yang sudah marah.

"Aku tidak mau! Hutang ayahku minta sama ayahku, kenapa aku di jadikan pembayarnya?" teriak gadis muda itu, mencoba membela diri.

"Bangsat! Kamu bikin susah saja bocah!" bentak lelaki setengah tua itu, dengan sangat marah. Kemudian melangkah mendekati gadis muda itu yang sudah terdesak di dinding dekat meja yang tadi ia tabrak. Lalu dengan tangannya, lelaki setengah tua itu hendak menarik rambut dari gadis tersebut, ketika tiba tiba...?

"Lebih baik kamu lepaskan gadis itu bapak tua!"

Thantana yang semenjak tadi hanya diam saja, tiba tiba bersuara, menahan niat lelaki setengah tua itu menarik rambut dari gadis tersebut.

Lelaki setengah tua yang berperut buncit itu menoleh ke arah Thantana yang masih asik memakan hidangan yang baru saja datang, bersamaan dengan lelaki setengah tua itu masuk kedai.

"Hai bocah, apa maksud kamu ikut campur urusanku?" bentaknya terhadap Thantana, karena merasa jengkel dengan ucapan dari Thantana tadi.

"Tidak ada maksud aku untuk ikut campur! Aku hanya bilang, lebih baik bapak lepaskan gadis itu?" kata Thantana lagi, mengulang kata kata sebelumnya.

"Kurang ajar! Tidak ada satu pun orang di sini yang berani memerintahku! Kamu tidak tau siapa aku hah!" hardik lelaki buncit itu terhadap Thantana.

"Aku memang tidak mengenalmu pak tua, tapi perbuatanmu tidak mencerminkan usiamu yang sudah tua?" kata Thantana asal nyerocos saja, hingga membuat lelaki berperut buncit itu sangat marah. Kemudian menghampiri Thantana dan menggebrak meja di hadapan Thantana. "Brakkk...! Bangsat, berani beraninya kau menasehatiku bocah!" teriak lelaki itu kemudian.

Thantana tidak bergeming sedikitpun. Ia malah tersenyum sembari berkata lagi!.

"Sudahlah pak tua, lebih baik pak tua pergi dari sini?" Ucap Thantana dengan santainya.

"Bajingannnn...! Kamu benar benar cari mati bocah sialan..! Rasakan ini!"

"Wusssss..."

"Gubrakk... "

Tiba tiba pak tua yang berperut buncit itu, terpelanting ke arah sampingnya sendiri dan menabrak meja yang ada di sana.

"Hueekkk.."

"Brukkkk.. "

"Apa yang telah kau lakukan terhadapku?" kata lelaki setengah tua itu dengan raut wajah kebingungannya, sembari memuntahkan sedikit darah dari mulutnya.

"Memanganya apa yang aku lakukan pak tua? Aku hanya mendorongmu saja!" jawab Thantana masih dalam keadaan duduknya.

"Bangsat..! Aku tidak bisa terima semua ini. Awas saja kau bocah!" jawab pak tua itu, kemudian ngeloyor pergi dari kedai dan meninggalkan Thantana serta gadis muda itu, yang terbengong melihat apa yang di lakukan oleh Thantana barusan.

Gadis itu seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya. Bagaimana bisa bapak tua yang memukul tetapi bapak tua juga yang terpental sendiri sampai mengeluarkan darah dari mulutnya, dan Thantana bilang hanya mendorongnya. "Siapa sebenarnya anak muda ini?" pikirnya dalam hati.

"Tee.. terimakasih tuan muda?" ucap gadis itu kemudian, setelah sudah sadar dari keterkejutannya.

"Jangan panggil aku seperti itu? Panggil saja aku Thantana? Oya, siapa nama kamu?" jawab Thantana, seraya mempertanyakan nama dari gadis di hadapannya itu.

"Kaiya.. Namaku Kaiya?" jawab gadis muda dengan rambut panjang terurai itu, yang masih berdiri di hadapan Thantana.

"Kaiya..? Duduk lah, ngapain berdiri saja di situ?" kata Thantana terhadap gadis yang bernama Kaiya itu.

"Iya..?" jawab Kaiya sembari duduk di kursi di hadapan Thantana.

Kemudian mereka berdua memesan makanan kembali yang di bayari oleh Thantana, sembari mengobrol seolah olah kejadian sebelumnya tidak pernah terjadi. Sampai akhirnya Thantana harus pergi meninggalkan kedai tersebut, guna meneruskan perjalanannya mencari orang orang dengan kekuatan batu.

Namun, anak gadis yang bernama Kaiya itu tidak mau di tinggalkan oleh Thantana, juga tidak mau pulang ke rumah orang tuanya karena merasa sudah tidak ada artinya lagi dirinya di rumah itu. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti Thantana, kemanapun Thantana pergi..

*****Bersambung*****

1
Naomi Leon
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Sunardy Pemalang: Hai naomi, terimakasih atas support dan dukungannya ya di cerita aku..
Sunardy Pemalang: Makasih banyak ya, atas supportnya.. nantikan cerita selanjutnya ya.. 🙏
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Sunardy Pemalang: Hai devan, terimakasih atas support dan dukungannya di cerita aku ya..
Sunardy Pemalang: Terimakasih ya.. oke,, saya akan segera menerbitkan bab selanjutnya.. di tunggu ya..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!