Novel Keduabelas 🩶
Namaku Jennaira. Kisah ini adalah tentang aku yang menikah dengan seorang pria sempurna. Bertahun-tahun aku menganggapnya seperti itu, sempurna. Namun setelah menikahinya, semua berubah. Penilaianku terhadapnya yang asalnya selalu berada di angka 100, terus berubah ke arah angka 0.
Benar kata pepatah, dont judge a book by its cover. Penampilannya dan segala kemampuannya berhasil menghipnotisku, namun nyatanya hatinya tak seindah parasnya dan aku terlambat menyadarinya.
Unofficial Sound Track: Pupus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Penuhi Permintaan
Tubuhku mematung mendengar permintaan Om Haikal. Bagaimana tidak, Om Haikal meminta Gaga menikahi aku?
Aku pasti bermimpi, 'kan?
"Papa pasti bercanda," ujar Gaga. Sepertinya ia sama terkejutnya dengan aku.
"Untuk apa Papa bercanda dalam hal seperti ini?" Om Haikal meyakinkan. "Kalian pasti terkejut. Tapi hanya ini hal terakhir yang Papa ingin lakukan buat kamu, Nak. Memastikan kamu menikah dengan seorang perempuan yang baik, yang bisa mendampingi kamu sampai kamu tua nanti. Jangan berakhir kayak Papa yang salah memilih pasangan hidup dan akhirnya harus hidup sendiri di sisa hidup Papa."
Ku lirik Gaga yang duduk dengan cemas. Aku tahu Gaga sangat tidak menyetujui hal ini. Aku paham itu. Gaga tak pernah sama sekali menganggapku ada selama ini, sangat bisa dipahami jika ia tak mau menikah denganku apalagi dengan cara mendadak seperti ini.
"Tapi, apa dengan menjodohkan aku sama Rara, Papa bisa menjamin aku akan bahagia? Gimana kalau kami bukan jodoh? Kayak Papa dan Mama?" Gaga mencoba untuk menyanggah keinginan Om Haikal dengan cara yang halus.
"Bagi Papa gak ada yang lebih cocok dari Rara. Papa udah kenal Rara lebih baik dari kamu," debat Om Haikal. Itu memang benar, jika aku dan Gaga mengobrol, selama kami kenal, mungkin masih bisa dihitung jari. Namun dengan Om Haikal, aku cukup sering mengobrol dengannya.
"Papa yang kenal sama Rara, tapi aku enggak. Aku sama dia emang selalu satu sekolah dari SD sampai SMA, tapi kami gak pernah saling kenal." Kini aku semakin yakin Gaga keberatan untuk menikah denganku dan rasanya seperti apa?
Rasanya aku merasa diriku begitu menyedihkan.
"Ra, lo gak mau juga 'kan nikah sama gue? Gimana bisa kita nikah, saling kenal juga enggak. Iya 'kan?"
Itu kalimat terpanjang yang Gaga lontarkan padaku, tapi kalimat itu justru membuatku berpikir bahwa betapa Gaga benar-benar tak pernah menganggapku.
"Kalian bisa saling mengenal dulu. Tolonglah, Gaga. Papa cuma pengen lihat kamu bahagia sebelum Papa pergi dari dunia ini."
"Selalu kayak gitu ngomongnya. Papa bisa sembuh, Pah. Papa jangan pesimis! Umur Papa masih panjang!" Gaga semakin emosi.
"Kamu lupa apa kata dokter, Papa ini divonis kanker paru-paru stadium akhir. Beberapa bulan lagi, Papa udah gak akan bisa kamu temui lagi."
Ya Allah, Om Haikal sakit kanker?
"Pah, please. Jangan ngomong gitu!" Gaga sedikit histeris.
"Papa beruntung dikasih tahu bahwa waktu Papa sebentar lagi, jadi Papa bisa menyelesaikan semua yang belum selesai sebelum Papa pergi."
"Haikal, kamu..." Ayahku sama terkejutnya denganku.
Kemudian Om Haikal menurunkan kerah sweaternya yang selalu menutup lehernya. Ada bekas sayatan yang cukup besar memanjang hingga ke dadanya.
Aku dan ayahku terkejut bukan main. Rupanya ayahku pun baru pertama kali tahu mengenai ini. "Kenapa kamu gak bilang sama saya, Kal?"
"Saya gak mau bikin kamu khawatir. Jadi gimana, kamu mau 'kan membiarkan anak-anak kita menikah, Her? Saya yakin Rara akan jadi istri yang baik buat Gaga. Gaga pun akan bertanggung jawab penuh atas Rara. Apalagi mereka sama-sama ada di Jakarta Selatan. "
Kemudian Om Haikal menatapku. "Gaga sekarang sudah resmi jadi pengacara, Ra. Gaga diterima kerja di sebuah firma hukum di sana. Dan Gaga, Rara juga sekarang sudah mengajar di sebuah sekolah negeri di Jakarta Selatan juga. Kalian bisa saling menjaga di perantauan nanti jika sudah menikah."
"Tapi, Kal." Ayahku menatap ke arah Gaga. "Rara masih jadi guru honorer. Juga saya gak yakin Rara akan cocok dengan Gaga."
Ayahku rupanya menangkap sikap Gaga yang sangat keberatan dengan permintaan Om Haikal. Ayahku ingin memastikan bahwa semua berjalan baik juga untukku.
Om Haikal menggeleng lemah. "Saya yakin anak-anak kita berjodoh. Percayalah, Her. Saya yakin mereka akan bahagia bersama. Dan Gaga, tolong, Nak. Penuhi permintaan Papa yang terakhir ini agar Papa bisa beristirahat dengan tenang."
