NovelToon NovelToon
BAHAGIA?

BAHAGIA?

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Nemonia

berfokus pada kisah Satya, seorang anak dari mantan seorang narapidana dari novel berjudul "Dendamnya seorang pewaris" atau bisa di cek di profil saya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Jessica membuang muka mengalihkan pandangan dari Satya di mana semburat kemerahan tampak samar di menghiasi wajah. Entah karena malu, atau tersipu. Setiap kata yang Satya ucapkan seakan berhasil menembus ulu hatinya.

"Mengenai yang kau katakan kemarin, apa kau punya bukti?"

Mendengar pertanyaan Satya membuat Jessica kembali menatapnya.

"Aku akan membantumu."

Apakah Jessica tak salah dengar? Secercah cahaya dan harapan pun muncul namun berusaha ia sembunyikan. la kembali mengalihkan pandangan dan mengatakan, "Aku tidak akan mengucapkan terima kasih. Tapi, kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik." Tangan yang sebelumnya bersedekap, kini terulur meminta jabat tangan dari Satya.

Satya hanya diam dan menatap tangan Jessica yang menggantung di udara. Sampai akhirnya tangannya terangkat menerima uluran jabat tangan dari Jessica. Dirinya sudah memutuskan membantu Jessica. Bukan tanpa sebab atau hanya karena iba pada Jessica, melainkan dirinya juga memiliki tujuan lain yakni menyelidiki Raska.

Di tempat lain, terlihat Raska yang baru saja turun dari mobil. Tepat di saat itu Shintia keluar dari dalam rumah dan menyambutnya dengan senyuman hangat. Sebelumnya Raska telah memberitahu Shintia bahwa telah berhasil menyelidiki apa yang terjadi pada Yoga. Mendengar itu, tentu saja Shintia sangat antusias dan berharap segera melihat apa yang Raska bawa.

"Maaf membuatmu menunggu," ucap Raska saat telah berdiri berhadapan dengan Shintia.

Shintia menggeleng. "Tidak aра-ара," jawabnya kemudian mempersilakan Raska duduk di kursi teras.

"Mengenai yang kukatakan di telepon tadi, apa kau yakin?" tanya Raska setelah ia duduk.

Shintia mengangguk yakin. "Apapun hasilnya, aku akan menerimanya," ucapnya tanpa ragu meski sebenarnya perasaannya mulai tidak enak mendengar apa yang Raska katakan seakan berita yang akan diterimanya adalah berita buruk.

Hela nafas Raska terdengar diikuti dirinya yang mengeluarkan sebuah amplop dari dalam saku jas dan memberikannya pada Shintia. "Sebenarnya aku ragu memberitahukan ini padamu. Tapi ini lah yang anak buahku dapat setelah beberapa hari ini menyelidiki."

Shintia menatap amplop itu dengan pandangan tak terbaca kemudian tangannya yang gemetar menerima amplop tersebut. Dipandanginya amplop di tangan dengan degup jantung yang seakan dipompa dengan cepat. la menatap Raska sekilas kemudian memutuskan segera membukanya.

Shintia merobek bagian atas amplop kemudian mengeluarkan isi di dalamnya yang ternyata adalah sebuah foto.

Deg!

Degup jantung Shintia seakan berhenti berdetak saat melihat foto itu dengan jelas. Air mata pun seketika mengalir tak mampu terbendung.

Lembaran foto di tangan Shintia jatuh ke lantai di mana foto itu adalah foto Yoga yang menikmati malam di sebuah bar bersama beberapa wanita.

"Aku sudah menyuruh anak buahku menyelidikinya dan dia mengatakan sebenarnya laki-laki itu telah bebas. Awalnya aku tak percaya, tapi kau bisa melihatnya sendiri. Aku sengaja memintanya mengambil gambar agar kau percaya," Papar Raska menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Shintia tetap diam seolah suaranya tercekat di tenggorokan. Tangannya masih tampak gemetar dengan air mata yang terus mengalir. Perlahan isakannya mulai terdengar disertai rasa sakit di ulu hati. Dirinya masih bisa memaklumi jika Yoga bersama wanita lain, yang tidak bisa ia terima adalah, cara yang Yoga lakukan agar terbebas darinya. Jika memang Yoga tak ingin lagi memiliki hubungan dengannya, setidaknya pria itu bisa memberitahunya baik-baik bukan?

Seringai Raska terukir tipis tanpa Shintia sadari. Sepertinya rencananya berhasil. Membuat Shintia patah hati lebih efektif daripada sekedar mengatakan bahwa Yoga telah mati.

"Ini lah yang aku takutkan sejak dulu. Penantianmu hanya harapan kosong yang pada akhirnya hanya membuahkan kekecewaan. Tapi kau tenang saja, Shin, masih ada aku."

Shintia bangkit dari duduknya tanpa menyahut ucapan Raska. la pun segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dari dalam tanpa mengatakan apapun pada Raska.

Shintia masih berdiri di depan pintu. Satu tangannya menutup mulut berusaha menahan isak tangis sampai akhirnya perlahan ia merosot terduduk di lantai. Rasanya sekarang ia menyesal telah mengetahui alasan yang sebenarnya, alasan Yoga tak ingin menemuinya, dan itu semua hanya karena Yoga ingin memutuskan hubungan dengannya. Jika tidak, harusnya Yoga mengatakan perihal kebebasannya.

Sementara di luar, Raska masih menatap pintu bercat coklat itu dalam diam di mana seringainya kian merekah. Rasanya benar-benar puas melihat Shintia menelan kekecewaan. Karena kekecewaan Shintia adalah celah baginya mendapatkannya.

Raska membungkuk mengambil foto yang sebelumnya terjatuh dari tangan Shintia. Dipandanginya foto itu sejenak kemudian meletakkannya ke atas meja. Setelahnya ia bangkit dari duduknya dan mengetuk pintu. "Shintia, aku pulang. Dan maaf, kau harus melihatnya. Aku melakukannya semata hanya ingin membantumu mencari tahu kebenaran. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku." Setelah mengatakan itu Raska melangkah pergi meninggalkan Shintia yang masih berada di balik pintu memeluk dirinya sendiri.

Di tempat lain terlihat Satya bersama Jessica mendatangi sebuah area pemakaman. Dengan dibantu kruk, Jessica berjalan di depan Satya. Padahal Satya sudah melarangnya setidaknya sampai Jessica benar-benar sembuh sepenuhnya tapi wanita itu begitu keras kepala.

"Aku mendatangi makam ibuku sendiri, kenapa kau melarangku?" Kurang lebih seperti itu lah yang Jessica katakan. Meski yang Jessica katakan benar, dirinya seolah lupa bahwa telah merepotkan Satya karena memaksanya mengantarnya ke sana.

Setelah berjalan kurang lebih 15 menit, akhirnya Jessica sampai di depan pusara sang ibu. Dengan hati-hati ia berusaha menekuk lutut di mana kakinya yang sakit ia luruskan. Melihat itu Satya segera berjongkok di sampingnya menjadikan bahunya tempat berpegangan Jessica.

"Hai, Ibu. Aku datang membawa teman yang akan membantuku," ucap Jessica seakan sang ibu berada di sana. la menoleh pada Satya dan baru menyadari jarak Satya begitu dekat karena ia menggunakan bahunya sebagai tempat berpegang guna menyeimbangkan tubuh. Entah Jessica sadari atau tidak, dirinya menatap Satya tanpa jeda sampai perhatiannya teralihkan saat Satya menoleh menatapnya tiba-tiba.

Sebelah alis Satya meninggi menatap Jessica yang segera membuang mula darinya. Namun, dirinya mencoba mengenyahkan pikiran tersebut dan mulai memanjatkan doa untuk ibu Jessica. Walau tak mengenal, tak pernah bertemu sebelumnya, tapi tak sepantasnya di saat seperti ini ia mengabaikannya begitu saja.

Jessica menaburkan bunga yang ia bawa ke atas makam sang ibu seraya memanjatkan doa dalam hatinya. Setelahnya ia pun memejamkan mata. "Maafkan aku, Bu. Aku tahu ibu sangat mencintai pria itu. Tapi aku mohon, restui aku untuk menjebloskannya ke penjara. Karena sampai kapanpun, aku tak pernah rela dan ikhlas karena pria itu telah membunuh ibu," ucap Jessica dalam hati. Ya, itu lah alasan lainnya tak ingin Raska bersama Shintia, bukan karena semata ingin melindungi cinta ibunya tapi tak ingin Raska hidup tenang dan bahagia setelah membunuh ibunya. Meski tak punya cukup banyak buku, tapi Jessica sangat yakin kematian ibunya telah direkayasa. Dan itu semua adalah ulah Raska.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!