follow IG Othor @ersa_eysresa
Di usia 30, Aruni dicap "perawan tua" di desanya, karena belum menemukan tambatan hati yang tepat. Terjebak dalam tekanan keluarga, ia akhirnya menerima perjodohan dengan Ahmad, seorang petani berusia 35 tahun.
Namun, harapan pernikahan itu kandas di tengah jalan karena penolakan calon ibu mertua Aruni setelah mengetahui usia Aruni. Dia khawatir akan momongan.
Patah hati, Aruni membuatnya menenangkan diri ke rumah tantenya di Jakarta. Di kereta, takdir mempertemukannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal.
Apakah yang terjadi selanjunya?
Baca kisah ini sampai selesai ya untuk tau perjalanan kisah Aruni menemukan jodohnya.
Checkidot.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Saat mobil Rico memasuki gerbang besar sebuah rumah yang dijaga dua orang security, disana Aruni sudah merasakan ada sesuatu yang menyentil perasaannya. " Rico bukan pria biasa," itu yang dia notice di dalam hatinya
Rico membuka pintu rumahnya, mempersilakan Aruni masuk. Aruni melangkah dengan perasaan campur aduk. Rumah Rico sangat luas, dengan desain modern minimalis yang elegan. Ruang tamu yang lapang dihiasi furnitur mewah namun tetap terasa hangat. Aruni diam-diam mengagumi rumah mewah Rico, sebuah kontras mencolok dengan rumah sederhananya di desa. Perasaan insecure mulai menyelinap, mengingat dirinya yang hanya berasal dari desa dan keluarganya juga sederhana.
Di ruang tamu, Ryu dan Amanda sudah menunggu. Mereka berdiri dan tersenyum menyambut kedatangan Aruni. Terlihat jelas keterkejutan dimata Aruni saat melihat sosok wanita cantik di depannya. Sosok yang tidak asing dan pernah bertemu dengannya beberapa waktu lalu.
"Tante! Eh, Assalamualaikum," sapa Aruni, mencoba menutupi kegugupannya.
"Waalaikumsalam," jawab Ryu dan Amanda bersamaan.
"Dad, Mom, ini Aruni yang aku bicarakan," Rico memperkenalkan, tangannya lembut memegang punggung Aruni.
Ryu tersenyum ramah. "Selamat datang di rumah kami, Aruni. Saya Ryu, Daddynya Rico."
Aruni membalas senyum Daddy Ryu. "Terima kasih, Om. Saya Aruni."
Kemudian, Aruni menoleh ke arah Amanda. Sebuah kegugupan besar melandanya. Aruni menatap Amanda, lalu beralih menatap Rico, meminta penjelasan.
Amanda tersenyum lebar, tatapan matanya geli melihat reaksi Aruni. "Hai, Aruni. Kita bertemu lagi. Tentu kamu tidak menyangka, kan?"
Aruni masih terdiam, bingung. "Tante... tante Amanda kan? jadi tante... Mamanya Rico?" tanya Aruni bingung.
Ibu Amanda tertawa renyah. "Iya, Nak. Aku Amanda, mamanya Rico." Ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Aruni erat. "Aku sengaja tidak bilang waktu itu. Karena ingin melihatmu apa adanya."
Wajah Aruni memerah padam, antara malu dan sedikit lucu. Rico terkekeh kecil melihat ekspresi Aruni.
"Jadi kalian sudah bertemu? " Rico menggelengkan kepalanya. "Maaf ya, Mommy memang begitu. Suka sekali memberi kejutan."
"Dasar kamu ini!" Ibu Amanda mencubit lengan Rico pelan. "Ayo duduk, Aruni. Jangan sungkan-sungkan ya."
Mereka semua duduk di sofa yang empuk. Suasana yang tadinya sedikit canggung karena keterkejutan Aruni, perlahan mencair. Perbincangan hangat antara Aruni dan kedua orang tua Rico pun dimulai. Amanda sangat antusias, bertanya banyak hal tentang Aruni. Tentang bagaimana pekerjaannya sebagai guru, hobinya, hingga kesannya tentang Jakarta. Aruni menjawab dengan jujur dan santun, sesekali dibantu Rico yang menambahkan detail-detail kecil.
"Jadi, Aruni ini guru SD ya? Wah, hebat sekali," puji Ryu. "Pasti sangat sabar menghadapi anak-anak. tidak hanya satu, tapi puluhan. "
"Alhamdulillah, Om. Saya menyukainya," jawab Aruni.
"Rico banyak sekali cerita tentangmu, Aruni. Katanya kamu wanita yang mandiri dan kuat. Tante senang sekali mendengarnya." kata Amanda dengan senyum lebar
"Terima kasih banyak, tante." Aruni tersipu.
Ia merasa sangat dihargai di tengah keluarga Rico, padahal mereka adalah orang-orang luar biasa dilihat dari penampilan mereka.
Namun, di tengah semua pujian dan kehangatan itu, perasaan insecure Aruni tak sepenuhnya hilang. Ia membandingkan dirinya yang sederhana dengan kemewahan dan keanggunan keluarga Rico. Mereka terlihat begitu sempurna, seolah dari dunia yang berbeda.
Tak lama kemudian, makan malam disajikan. Sebuah makan malam yang hangat dan penuh keakraban. Amanda menyiapkan berbagai hidangan lezat, dan Rico sesekali mengambilkan lauk untuk Aruni, menunjukkan perhatiannya. Mereka berbincang tentang banyak hal, dari isu terkini, perjalanan Rico di Belanda, hingga rencana liburan keluarga. Aruni merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga Rico, seolah ia sudah menjadi bagian dari mereka.
"Apa kamu suka makanannya Aruni? " tanya Amanda.
"Iya, enak sekali tante. Terima kasih. " ucap Aruni sambil mengusap mulutnya.
"Syukurlah kalau kamu suka. Sebagian besar makanan ini adalah makanan kesukaan Rico. " ujar Amanda menunjuk beberapa makanan di depannya yang menjadi mesukaa Rico.
Aruni mengangguk mengerti. Tenyata Rico menyukai sebagian besar makanan Indonesia, Mungkin karena dia sudah lama tinggal disini.
Setelah makan malam, mereka kembali ke ruang tamu untuk menikmati teh dan buah-buahan. Obrolan masih terus berlanjut. Hingga akhirnya, Ryu menatap Rico dan Aruni bergantian, dengan senyum serius di wajahnya.
"Rico, Aruni," panggil Ryu, suaranya tenang namun ada ketegasan disana. "Kami, sebagai orang tua Rico, sudah mengenal Aruni sekarang. Dan kami sangat senang bisa mengenalmu."
Amanda mengangguk setuju dengan ucapan suaminya lalu tersenyum lebar. "Aku setuju. Aruni itu menantu idaman."
Aruni tersipu malu lalu menunduk. Ia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini.
"Maka dari itu," Ryu melanjutkan, "Kami ingin agar Rico dan Aruni segera meresmikan hubungan ini. Kami berencana untuk berkunjung ke rumah orang tua Aruni untuk melamar secara resmi."
Mendengar kata-kata itu, Aruni terkejut bukan main. Ia mengangkat kepala, menatap Ryu dengan tatapan tak percaya, lalu menatap Amanda yang masih bertahan dengan senyum cantiknya, dan beralih ke Rico. Lamaran? Secepat ini? Ia tidak menyangka prosesnya akan secepat ini. Setelah semua trauma yang ia alami, ia merasa ini seperti mimpi.
"La– lamaran?" Aruni tergagap, tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Rico meraih tangan Aruni, menggenggamnya lembut. "Iya, Aruni. Aku ingin segera meresmikan hubungan kita. Aaku ingin menikah denganmu dan membahagiakanmu."
Amanda tersenyum. "Bagaimana menurutmu, Nak Aruni? Apakah kamu setuju?"
Aruni masih diliputi keterkejutan. Di satu sisi, ia sangat bahagia dan merasa dihargai. Ini adalah impiannya. Namun di sisi lain, kecepatannya membuatnya sedikit kewalahan. Trauma lama masih sedikit menghantui, bayangan kegagalan sebelumnya masih samar-samar terlintas. Namun, melihat wajah tulus Rico dan restu dari kedua orang tuanya, Aruni tahu ia harus mengambil keputusan.
Dalam benaknya, Aruni tahu ini adalah kesempatan kedua yang luar biasa, sebuah takdir manis yang tak pernah ia sangka. Namun, bisakah ia sepenuhnya melepaskan ketakutan dan rasa insecure yang masih membelenggu, untuk melangkah maju menuju kebahagiaan yang diidamkan ini?
"Apa kamu masih takut kejadian masa lalu itu terulang lagi?" tanya Rico tepat sasaran.
"Aku... "
"Kamu tidak perku khawatir, Aruni. Mommy dan Daddy sudah merestui kita, dan aku.... aku mencintaimu. "
Aruni langsung mendongakkan kepalanya menatap Rico dengan tatapan tak percaya. Apa yang dia bilang tadi? Rico mencintainya? Sebuah ungkapan perasaan yang tiba-tiba dihadapan kedua orang tuanya. Aruni benar-benar tidak menyangka sama sekali.
"Aku... aku... " Aruni kembali tertunduk.
"Apa lagi yang kamu tunggu, sayang. Rico mencintaimu, dan kami sudah merestui kalian. Semua sudah sangat jelas.
"Aku masih takut, "
"Takut kenapa? "
"Perbedaan kita terlalu jauh Rico, Om, Tante. Kalian adalah orang-orang luar biasa, sedangkan aku dan keluarga ku hanyanya gadis desa yang sederhana. "