Dia terbuang, dia tak dianggap dan dia tidak pernah ada.
Alora namanya. Anak yang terbuang dan diambil oleh agen pembunuh dan di rekrut menjadi anggota sejak umur tujuh tahun.
Gadis kecil yang terbiasa melawan arus dunia hingga tumbuh besar dan ingin kembali melihat tempat asalnya.
Siapakah Alora ini?? dan hal mengejutkan apa yang ia lakukan ??
cuss baca 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Sepertinya dia lebih pintar dari yang kamu bayangkan Pangeran kedua yang terhormat." Ucap Jendral Wanji dengan senyuman mengejek.
Mereka berada di ruang kerja milik Pangeran Kedua yang berada di Batak militer. Hubungan antara paman dan keponakan itu begitu dekat. Jendral Wanji adalah adik terakhir dari mendiang Pemaisuri, yang merupakan paman Pangeran Kiran meskipun hanya berbeda enam tahun.
"Tapi dia benar benar menarik paman. Dia berekting di depan yang lain tapi di depanku dia menunjukkan wajah aslinya tanpa takut aku menebas kepalanya." Suara gemerincing jepitan rambut yang di goyang goyangkan menjadi alunan yang mengiringi percakapan mereka.
"Bukankah itu berarti bukan kamu yang menjadi target nya?" tanya Jendral Wanji.
Pangeran Kiran hanya tersenyum kecil, ia tidak bisa untuk tidak tersenyum saat memikirkan gadis kecil itu. Gayanya dengan tampang polos dan kekanakan itu benar benar membuat suatu dalam dirinya berubah.
"Jangan terlalu di lihat, jika kamu jatuh dalam pesonanya kamu akan kalah." Ucap Jendral Wanji sambil meminum habis arak yang ditangannya.
"Emang rasa kalah bagaimana?" Kata pangeran Kiran dengan nada sombong.
Prang
Gelas arak dia letakkan dengan kasar oleh Jendral Wanji, dia tidak mengerti dengan jalan pikiran ponakan yang ia besarkan ini. Ponakannya selalu merasa menang dan tidak mau kalah atau mengalah.
"Kamu akan merasa kehilangan segalanya saat kamu kalah, bahkan dirimu sendiri. Kamu merasa sakit yang tidak pernah kamu bayangkan." Jendral Wanji hanya berharap ponakannya ini bisa mengerti.
Tapi nyatanya Pangeran Kiran seperti tidak mendengarkan, ia masih terus memainkan jepit rambut itu.
.
.
Hari ini adalah hari pertama mulainya pembelajaran menjadi Putri mahkota. Putri putri sudah menunggu di pendopo begitu juga dengan Lora yang kali ini memakai baju berwarna krem dengan jepitan rambut perak.
"Kamu tidak membuang jepit rambut kemarin kan?" tanya Putri Hawa pada Lora.
"Tidak." Lora menjawab dengan lesu dan ia menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan atas meja.
"Jangan sedih, nih permen buat kamu." Putri Hawa mengeluarkan satu buah permen dan memberikan pada Lora dan tentu saja hal itu langsung diterima baik oleh sang empunya.
"Terima kasih putri." Seperti baterai Lora kembali penuh hanya karena satu buah permen.
Putri putri yang lain hanya bisa tersenyum tipis melihat Lora.
Tak lama Kepala pelayan datang dengan baju yang selalu rapi.
"Hari ini para Putri akan belajar tata Krama dengan Guru Ahan sampai jam sebelas siang, setelah itu akan istirahat sampai jam satu dan pembelajaran akan berlanjut dengan belajar ilmu politik." Kepala pelayan memberikan informasi singkat pembelajaran yang akan di lakukan putri putri.
Bagi Putri putri tentu saja hal ini sangat susah, mereka terbiasa belajar satu pelajaran seharu dan itu hanya sebentar.
Sedangkan saat ini mereka haru belajar kurang lebih tiga jam perhari dan tidak boleh bermain keluar istana.
"Baik bibi." Jawab singkat para Putri dan Lora.
"Baiklah, sekarang putri putri akan sarapan terlebih dahulu." Kepala pelayan mengantarkan mereka ke ruang makan.
Saat masuk hanya ada putri Syila dan juga pangeran Jiran yang tampak diam satu sama lain. Putri putri mengambil tempat duduk yang sama seperti kemarin malam.
"Bukankah kalian akan melakukan pembelajaran dengan guru Ahan?" tanya Putri Syila.
"Iya, kepala pelayan baru memberi tahu kami tadi pagi." Jawab putri Kairi sebagai orang yang paling dekat.
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
salam hangat dari author