Novel Keduabelas 🩶
Namaku Jennaira. Kisah ini adalah tentang aku yang menikah dengan seorang pria sempurna. Bertahun-tahun aku menganggapnya seperti itu, sempurna. Namun setelah menikahinya, semua berubah. Penilaianku terhadapnya yang asalnya selalu berada di angka 100, terus berubah ke arah angka 0.
Benar kata pepatah, dont judge a book by its cover. Penampilannya dan segala kemampuannya berhasil menghipnotisku, namun nyatanya hatinya tak seindah parasnya dan aku terlambat menyadarinya.
Unofficial Sound Track: Pupus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Bodoh
Kami berada di sebuah coffee shop tak jauh dari sekolah.
"Maaf saya mengganggu waktu kamu," ujarnya sopan.
"Gak apa-apa. Saya memang kosong sampai pukul 08.30, jadi masih bisa bertemu dengan Mas Gio. Apa yang mau anda bicarakan? Sepertinya penting sekali?"
Gio terdiam sesaat, seperti sedang menimang-nimang sesuatu. Sampai akhirnya, "saya putra dari Reymond Gantara."
Awalnya aku bingung. Reymond? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Sampai akhirnya aku ingat. "Anda anak dari suaminya Alleta?"
Gio mengangguk. "Saya melihat kamu menangis waktu itu, saat melihat, kamu tahu, Alleta bersama seseorang."
Aku terhenyak. "Anda tahu kejadian itu?"
"Iya. Saat melihat kamu menangis dan berlari, saya tak sengaja menyaksikan perselingkuhan mereka juga. Saya tak kalah terkejut dengan anda waktu itu. Saya sangat menentang pernikahan mereka."
Jadi Gio tidak merestui pernikahan sang ayah dengan Alleta?
"Saya ingin bertanya sesuatu, maaf jika saya lancang, mengapa kamu menangis waktu itu? Apa kamu mengenal mereka berdua? Apa kamu kekasih pria itu?"
Aku merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu. "Kenapa anda bertanya?"
"Jika dugaan saya benar, berarti kamu dan ayah saya berada di pihak yang sama. Pihak yang dikhianati oleh mereka berdua. Setelah bertemu dengan kamu waktu itu, kami sekeluarga pergi ke Belanda. Kakek saya meninggal. Untuk pemakaman dan mengurus berbagai hal, kami berada di sana sekitar satu bulan sampai semuanya benar-benar rampung. Makanya saya tidak bisa menemui kamu. Padahal saya sangat ingin memastikan hal yang selama ini sangat mengganggu saya itu."
Akhirnya aku tahu semuanya. Mengapa Gaga tiba-tiba memintaku tinggal bersamanya, mengapa Gaga memutuskan untuk menyentuhku, dan mengapa Gaga begitu menunggu panggilan dari Alleta. Ternyata Alleta pergi ke Belanda bersama keluarga suaminya.
Untuk memb nuh rasa sepi, cemburu, dan kesalnya karena ditinggal Alleta, ia menjadikanku pelampiasan. Ia menjadikanku rumah singgah.
Gaga membuktikan ucapannya, jika Alleta sedang bersama suaminya, di saat itulah Gaga membutuhkan seorang istri.
Aku semakin merasa bodoh. Mataku pun sontak terasa panas.
"Lalu, apa yang anda mau?" tanyaku ingin segera mengakhiri pertemuan ini dan menumpahkan air mataku.
"Ayah saya tidak percaya dengan apa yang saya katakan tentang Alleta. Ayah saya sangat mencintai istri barunya itu. Maka dari itu, saya butuh kamu untuk menjadi saksi. Apa kamu bersedia?"
"Kenapa anda menentang pernikahan mereka?" Aku balik bertanya.
"Pertama, tidak ada anak yang suka kedua orang tuanya berpisah. Mungkin kedua orang tua saya sudah bermasalah sejak lama. Tapi kehadiran Alleta memperdalam jurang antara mereka. Hingga Ayah saya memutuskan untuk bercerai dengan ibu saya. Kedua, Alleta lima tahun di bawah saya. Memiliki ibu sambung yang lebih muda dari usia kita? Tidak, saya tidak suka itu. Ketiga, dia sangat matrealistis. Dia mencintai ayah saya karena hartanya. Keempat, rasa benci saya terhadap wanita itu semakin lengkap karena ternyata dia mengkhianati ayah saya bahkan di hari pernikahannya. Jadi, saya yakin sekarang kamu paham mengapa saya menentang pernikahan mereka."
"Jadi anda ingin saya mengatakan mengenai perselingkuhan mereka kepada ayah anda supaya ayah anda bercerai dengan Alleta?"
"Iya. Bisakah kamu membantu saya?" pintanya penuh harap.
Jika aku membantu Gio untuk bersaksi, Alleta pasti akan diceraikan oleh Reymond. Kemudian Gaga akan menceraikan aku dan kembali bersama Alleta.
Itukah yang akan terjadi?
Saat terbersit bahwa aku akan kehilangan Gaga, aku pun sontak berdiri dari dudukku. Gio cukup terkejut melihatku yang tiba-tiba saja berdiri hingga meja di depanku sedikit tergeser.
Kugelengkan kepalaku. "Gak bisa. Saya gak bisa bantu kamu."
Kemudian aku pergi meninggalkan Gio tanpa berbalik lagi meskipun ia terus memanggil namaku.