NovelToon NovelToon
Kemelut Lara

Kemelut Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:832
Nilai: 5
Nama Author: _NM_

Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.

Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

XII

" Alhamdulillah Bun, semua berkas beasiswa udah diserahin. Jadi bunda bisa lebih sering dirumah deh. Gak perlu capek-capek kerja diluar lagi. " Ucap Bara dengan senyum lebarnya.

" Iya, Bun. Bunda keluar aja dari kerjaan bunda, cari kerjaan yang lebih gak menyita waktu Bun. Biar bunda gak capek. " Saut Shila penuh semangat, mengguncang guncang lengan bundanya.

Gia hanya tersenyum kecil sebagai tanggapannya. Dia tak tahu harus bersyukur seperti apalagi. Kala pendidikan anak-anaknya terjamin hingga masa madrasah Aliyah nantinya. Beasiswa yang diajukan oleh anak-anaknya telah diterima oleh pihak pemberi beasiswa.

Sudah berkali-kali mereka bolak balik dari Tangerang menuju Jakarta hanya untuk mengikuti serangkaian tes yang diberikan. Hari ini terakhir mereka kesini, karena telah usai memberikan data-data terakhir untuk di input. Setelahnya, anak-anak Gia akan mengemasi baju-baju mereka setelah masa pembelajaran siswa baru dimulai.

Kini Gia tinggal mempersiapkan diri untuk tabungan kuliah anak-anaknya. Akan Gia usahakan sebaik mungkin anak-anaknya dapat menempuh bangku pendidikan setinggi mungkin. Jikalau sanggup, Gia akan menguliahkan anak-anaknya hingga s3. Gia sangat excited menyiapkan masa depan untuk anak-anaknya.

Ah, rasanya waktu telah berjalan begitu cepat. Anak-anaknya sudah bukan bocah kematian yang suka memberi pertanyaan aneh-aneh. Kini anak-anaknya telah menjelma sebagai remaja yang tahu arah hidupnya. Entah benar-benar tahu atau hanya ingin tak membuat sang ibunda khawatir, Gia tak tahu pasti. Tapi lihat saja, jika anaknya bingung akan arah tujuan, akan Gia geret anak-anaknya untuk tetap memandang masa depan. Gia berjanji akan membuat anak-anaknya sukses.

Gia mengusap kepala anak-anaknya penuh rasa sayang. Tuhan terimakasih atas semua karunia hidup yang telah engkau beri. Gia sangat mensyukuri akan karunia itu.

" Dah yuk, sekarang pulang. " Ucap Gia, membuat mereka mulai beranjak pergi dari kantor yang mengadakan beasiswa itu. Mereka mulai berjalan beriringan keluar dari kantor itu. Senyuman tak henti-henti terpatri dari paras hangat mereka.

Menambah kesan hangat, Shila berloncat-loncatan menggenggam tangan sang bunda yang keberadaanya diapit oleh kedua anaknya di kanan kirinya. Shila sekali-kali menatap sekeliling dengan mata berbinar, menangkap dengan baik kantor yang menurutnya sangat nyaman itu. Shila berharap kedepannya dia bisa bekerja di kantor seperti ini.

Namun, belum juga langkah mereka keluar dari pintu utama kantor itu, langkah mereka harus terhenti kala teriakan Shila mengintrupsi.

Kala mata Shila menangkap seorang pria yang tampaknya mau jatuh pun, Shila berteriak keras. " Bunda, ada om-om yang mau jatuh. "

Gia mengerutkan dahinya bingung. Menatap sekeliling, mencari sosok yang dimaksud oleh anak gadisnya itu. Kala netra berwarna dark brown itu menangkap sosok yang dimaksud, seketika mata Gia membelalak kaget.

Pria itu..

Jordan Utomo.

~|~

Seorang pria berbadan tegap tengah berjalan memasuki sebuah kantor, mengecek berjalanan event yang diadakan oleh kantor itu. Yah, kantor ini salah satu kantor yang bekerjasama dengan kantornya.

Kantor ini bukan kantornya, kantor ini hanyalah sebuah yayasan yang bertujuan untuk mendukung pengembangan pendidikan Indonesia. Terdapat berbagai bentuk beasiswa yang tersebar luas hingga ke penjuru Indonesia. Persyaratannya pun beragam, ada yang dari tahfidz Qur'an, prestasi akademik dan non-akademik, warga tidak mampu, dan lain sebagainya.

Untuk menjalankan operasional yayasan ini, tentu mereka membutuhkan dukungan finansial dari beberapa sponsor. Salah satu perusahaan besar yang ikut mengsponsori yayasan ini adalah perusahaan milik keluarga Utomo yang saat ini jatuh pada putra semata wayangnya, Jordan Utomo.

Sebenarnya ini baru tahun pertama Jordan menerima tawaran ini, sebelumnya dia tak memiliki koneksi apapun di yayasan ini. Tetapi istri setia dan amat berbaktinya itu memberikan saran untuk memberikan dana pada yayasan ini. Jadilah Jordan hanya menuruti perkataan sang istri. Meski baru pertama kali bergabung dalam yayasan ini, perusahaannya merupakan perusahaan penyumbang terbesar pada yayasan ini.

Jadilah Jordan sekarang disini, tengah mengontrol dan menghadiri rapat dengan beberapa perusahaan penyumbang terbesar di yayasan ini.

Ah, kalau dipikir-pikir bagaimana bisa Jordan berubah menjadi manusia baik seperti ini? Hal seperti ini tentu tak akan pernah berada dipikirannya dulu. Ini semua karena istri cantiknya itu, Jordan sedikit demi sedikit berubah.

Padahal sebelum benar-benar menikah lagi dengan istri keduanya ini, Jordan masih suka nakal sesekali diluar sana. Setelah menikah, sedikit demi sedikit Jordan memiliki tujuan hidup akan masa depan. Sebelumnya tujuan Jordan hidup semata-mata untuk anak-anaknya, yang Jordan sendiri tak tahu bagaimana hal itu tercipta. Entahlah, amnesianya masih membuat keganjalan dihidupnya ini. Itulah yang membuat Jordan masih merasa kosong sebelum menikah yang kedua kalinya, meski pada saat itu memiliki tujuan untuk kehidupan anak-anaknya.

Namun, saat ini kala netranya menangkap seluat seseorang yang tampaknya sempat ia kenali, membuat sepintas bayangan keluar dari memori kepalanya. Membuat kepala Jordan berdenyut nyeri. Sakit sekali, bahkan Jordan tak dapat mendengar apapun. Sedikit saja, Jordan tak bisa.

Yah, inilah yang akan Jordan dapati ketika mencoba mengulik masa lalunya. Pusing teramat intens, mata berkunang-kunang, tubuh lemas. Rasanya Jordan tak mampu lagi untuk berpijak. Membuat Jordan menyenderkan diri pada tembok yang berada didekatnya.

Pusing Jordan kembali mendera teramat hebat, kala manik matanya menangkap netra berwarna dark brown itu menangkap keberadaannya. Kepalanya seolah menjalankan tangkapan layar seperti kaset rusak. Suara berdenging memekakkan telinga.

" Tidak, jangan sekarang. "

" Aku gak bisa. Tolong jangan sekarang. "

" Arghh.. "

" Tolong ampuni saya tuan, tolong ampuni saya. "

" Aku tidak melukai diri. Aku terluka tanpa sadar. "

" Saya mau menyetrika baju, tuan. Tolong lepaskan saya. "

" Tolong berhenti tuan. "

" Dengan usia Bu Gia yang masih sangat muda, membuat tubuh Bu Gia cukup rawan untuk janin yang dikandung. Terlebih terdapat 4 janin yang tengah ibu Gia kandung. "

Semua itu terngiang ditelinga tindih menindih. Berputar secara acak, tak berurutan. Suara itu sangat membuat memekakkan telinga, Jordan tak kuat, Jordan tak mampu. Jordan terduduk ditempat, menutup telinganya kuat-kuat, berharap suara itu berhenti sedetik saja, Jordan mohon.

Kembali menatap kedepan, pandangannya tertuju ke arah 3 orang yang menarik perhatiannya tadi. Tampak jelas wajah-wajah mereka, dalam kerumitan memori, Jordan berusaha menghapal dengan baik wajah-wajah itu. Entah untuk apa, Jordan hanya ingin saja.

Hingga matanya berkunang-kunang, semuanya buram, Jordan masih berusaha berkedip menyempurnakan pandangannya. Tetap Jordan tak bisa menahannya lagi. Tubuh yang tak kokoh itu akhirnya tumbang dilantai, tak berdaya. Untung saja sebuah tangan menjadikan tangannya sebagai alas, untuk tak membuat Jordan membenturkan kepalanya secara langsung di lantai marmer yang dingin itu.

Jordan merasa familiar.

Jordan merasa sesak.

Jordan rindu..

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir yaa /Hey/
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Aku ngerasa masuk ke dalam cerita, coba cepetan lanjutin thor!
Dzakwan Dzakwan
Wuih, nggak sabar lanjutin!
Harry
Ngebayangin jadi karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!