Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...
lanjut baca part-nya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
Aku berjalan menyusuri kelas-kelas sambil memikirkan kejadian tadi,
Sepertinya Roni biasa-biasa saja, setelah memberikan dompetku tadi dia langsung pergi.
'Aku hanya berharap, Roni tidak melihatnya.'
"Hey!, "
"Hey!" Suara seseorang menyadarkanku dari lamunan, dan melihat arah pintu kelas yang seharusnya kumasuki malah terlewat lagi.
"Mau kemana Nin?" Iyan si wakil ketua OSIS yang berada di depan pintu kelas sambil menatapku mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum miring mengejekku,
Aku tidak meresponnya dan hanya pura-pura melangkah beberapa langkah dan berbalik lalu langsung masuk ke kelas seakan tidak terjadi apa-apa.
Entah kenapa, selalu saja aku sering melewati kelasku sendiri.
"Hmhhhh...dasar gadis pelupa!" Bisiknya, tapi masih kudengar,
"Apa?"
"Apa?" Iyan malah balik bertanya,
"Aku masih denger yah! Apa yang tadi kamu ucapin"
"Kalau gitu, kenapa tanya lagi?"
"Ih! Dasar wakil ketua OSIS nyebelin!" Kesalku dan berlalu pergi kearah tempat dudukku.
Kulihat, Iyan tengah berbincang-bincang dengan seseorang lalu pergi entah kemana. Itu juga bukan urusanku, yang penting sekarang aku harus jaga jarak dulu sama Roni, bisa-bisa dia tau kalau aku tuh suka sama dia,
'Malu tau!, '
"Hei!, bengong ajah!, pikirin apa sih?" Dila yang tiba-tiba datang mengagetkan ku,
"Ih! Dil, kaget tau",
" Hahahh...sorry, sorry. Lagian pagi-pagi udah bengong, awas loh kemasukan syaitan"
"Ih!, amit-amit, auzubillahi mina syaitoni rrojim"
"Hhh.."
"Dil, hari ini prakarya yah?"
"Iya, emang kenapa?"
"Hmm...berarti ke kebon lagi dong!",
"Iya, sing sabar!" Dila mengusap punggungku, seakan aku tuh orang yang paling tersiksa kalau pergi ke kebun, padahal dia juga.
Setiap kali ada pelajaran prakarya, kami akan pergi ke kebun belakang kelas untuk menanam, merawat, dan membersihkan tanaman yang ditanam di kebun itu. Bukan apa sih!, tapi di kebun itu banyak ulat merahnya, terus banyak serangga lain dan juga becek.
'Tunggu, artinya ketemu sama kelasnya Roni dong!, aduh gawat!' karena jadwal mata pelajaran prakarya bersamaan dengan kelasnya Roni,
Tatapanku beralih pada Dila yang terlihat senyam senyum,
"Dil!, lo nggk papa kan?" Tanyaku sedikit khawatir,
"Ih!, emangnya kenapa Nin?"
"Tadi aku liat kamu senyam senyum sendiri, takutnya elo yang kesambet"
"Ih! Astaghfirullah! Nggklah"
"Terus apa sih yang lo pikirin, sampai-sampai lo senyam senyum gitu?"
"Aku pikir, kalau prakarya nanti bakalan ketemu sama orang yang gue suka," Ucapnya kembali senyam senyum,
"Siapa orangnya?" Ucapku sedikit penasaran,
"Kamu nanya?", eh Dila malah balik tanya,
" Kamu bertanya-tanya?" Sambung ku bercanda, ini kayak Alif cepmek ajah!, membuat Dila pun ketawa,
"Hhhhhhh...kepo?, aku nggk mau kasi taulah"
"Dasar sok misterius!"
"Biarin, supaya kamu penasaran juga...hhhh"
"Hmmm...",
" Hey! Kalian berdua!" Teriak Iyan datang kearah kami,
"Ada apa?" Tanyaku bingung, bisa-bisa nya dia teriaki kami,
"Jangan gosip pagi-pagi!, pergi cabut rumput sono!" Perintahnya,
"Iya, iya...dasar wakil ketua OSIS songong!" Kesalku pada Iyan yang membuat perbincangan kami terpotong,
"Hari ini tuh hari Jumat, orang pagi-pagi kerja bakti. Kalian malah ngegosip" Cerewet Iyan, ada yah laki-laki gitu, mulutnya pedas bingit,
"Emangnya hari ini jumat Dil?" Tanyaku berbisik pada Dila,
"Emmm....hari ini sabtu!" Jawab Dila pelan,
"Hhhhhhhhmmm..." Tawaku dan Dila,
'Emang nih bocah, suka lupa hari. Bisa-bisa nya dia pikir hari ini tu hari jumat, untung ajah ada prakarya di jam pertama, langsung ajah deh ke kebun'.
____
Semuanya terlihat sibuk untuk membersihkan kebun masing-masing kelas, sudah beberapa menit setelah bell jam pelajaran pertama dimulai, aku dan Dila yang datang duluan di tempat itu hanya membersihkan dibagian pinggir saja karena di bagian tengah-tengah itu becek,
Sedangkan Iyan si VOC hanya memerintah saja dari tadi,
"Di sana!, cabut rumputnya!"
"Hei!, ke situ!" Ucapnya pada teman-teman kelas.
Mereka mau ajah nurutin dia, padahal dia kan cuman wakil ketua OSIS,
"Hei Iyan!, bantuin juga dong!, jangan nyuruh-nyuruh doang" Kesalku pada Iyan,
"Eh!, saya ini wakil ketua OSIS yah!, bersihkan cepat!" Ucapnya sombong,
Yah begitulah setiap dia ditegur, bukannya malah bantu, dia malah makin ngelunjak. Capek banget liat dia. Mana pak guru belum datang lagi, kalau saja ada pak guru mungkin dia udah pura-pura cabut rumput doang.
Pandanganku tak sengaja menangkap manik mata Dila menatap seseorang diseberang sana. Aku yang penasaran mengikuti arah tatapannya, tapi hanya ada dua orang di sana sambil membelakang sehingga wajahnya tak terlihat.
"Liatin siapa sih Dil?" Tanyaku penasaran,
"Ah!, kepo deh!" Dila hanya senyam senyum sambil mengalihkan pandangannya ke bawah.
Aku malah makin penasaran, siapa sih yang bikin Dila jatuh cinta seperti ini.
Tak lama kemudian, pak guru datang membawa satu kotak tanaman baru,
"Anak-anak!, silahkan masing-masing kelas mengambil satu bagian dan silahkan tanam lagi di daerah yang kosong!"
"Baik Pak!"
"Dil, bantu aku yah!", Dila hanya menganggukkan kepala seraya mengikutiku mengambil satu bagian tanaman.
Iyan yang sedari tadi hanya berdiri tiba-tiba menghampiri kami dan menanam tanaman yang telah kami ambil tadi,
" Caper doang!" Kataku melirik Iyan,
Iyan malah menatapku sinis dan beralih pada tanaman didepannya.
"Biarin!, "
"Hm!" Kesalku ingin sekali memukul kepalanya itu, kenapa setiap kali ada dia selalu bikin kesal ajah,
Iyan malah menatapku lagi, dan tanpa aku sadari dia malah melemparkan tanah ke tanganku,
"Eh!, ih! Iyan!" Teriakku membuat semua orang fokus pada kami,
"Wlee..?" Iyan malah makin nyebelin,
"Awas yah!" Bodohnya aku malah mengambil tanah juga dan ingin mengenai Iyan.
Iyan yang sadar dengan rencanaku berlari menjauh, sedangkan aku yang masih diliputi kekesalan mengejarnya,
untungnya, beberapa menit lalu pak guru sudah pergi sehingga tidak ada yang mangawasi kami lagi.
"Hah...huft..capek!" Aku yang kelelahan memilih berhenti mengejar Iyan. Lebih baik pergi cuci tangan sebelum masuk pelajaran berikutnya. Aku pun melangkah ke toilet untuk membersihkan tanganku yang kotor.
"Nina!" Panggil seseorang dari belakang,
"Eh!, Dil. Kenapa?"
"Kamu tuh yah, main pergi-pergi ajah. Tungguin napa"
"Heheh..sorry, lagian tadi tuh aku ngejar si tukang nyebelin itu."
Dila melangkah masuk dan mencuci tangannya di westafel, akupun mengikutinya seraya membersihkan tanganku yang masih kotor.
"Lagian, kenapa lagi dengan Iyan sih Nin?"
"Ini, dia lemparin aku pake tanah, kan kotor"
"Hhhhmm....kalian tuh kayak kucing dan tikus ajah tau, main kejar-kejaran"
"Ya, mau gimana lagi. Soalnya aku kesal banget sama dia. Udahlah dia tukang ngomel, VOC, sok Cool lagi", tatapku melihat ke cermin seraya menampakkan wajah kesalku,
" VOC?" Tanya Dila,
"Iya VOC, itu loh yang zaman penjajahan Belanda. Yang taunya cuman memaksa Pribumi kerja dan dia yang mendapat hasilnya. Sebelas duabelas kan sama Iyan?"
"Hhh...Nina, Nina"
"Hhh.."
"Eh Nin!, tau nggk yang namanya Roni di kelas XI IPS 3?",
'Deg!' jantungku berdetak kencang,
___