NovelToon NovelToon
ELEA (Tak Pantaskah Aku Dicintai?)

ELEA (Tak Pantaskah Aku Dicintai?)

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Tunangan Sejak Bayi / Percintaan Konglomerat / Teen Angst / Idola sekolah / Gadis nakal
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Dunia Elea jungkir-balik di saat dirinya tahu, ia adalah anak yang diculik. Menemukan keluarga aslinya yang bukan orang sembarangan, tidak mudah untuk Elea beradaptasi. Meskipun ia adalah darah keturunan dari Baskara, Elea harus membuktikan diri jika ia pantas menjadi bagian dari Baskara. Lantas bagaimana jika Elea merasa tempat itu terlalu tinggi untuk ia raih, terlalu terjal untuk ia daki.

"Lo cuma punya darah Baskara doang tapi, gue yang layak jadi bagian dari Baskara," ujar Rania lantang.

Senyum sinis terbit di bibir Elea. "Ya, udah ambil aja. Tapi, jangan nangis jika gue bakalan rebut cowo yang lo suka."

🌼🌼🌼

"Gue jadi milik lo? Cewe bego kek lo? Lo dan Rania nggak bisa disamain," cibir Saka dengan tatapan merendahkan.

Elea tersenyum kecut. "Ah, gitu kah? Kita bisa liat apakah pandangan lo akan berubah terhadap gue dan Rania, Saka!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12| Memory Elea

"Ayolah, Dek!" Zion menarik-narik lengan Elea.

Elea menggeleng, ia memilih terus membaca buku dongeng. Di usia 5 tahun lebih Elea sudah mengenal huruf dan angka, meski belum lancar membaca. Setidaknya anak berparas ayu ini diberikan pendidikan intens, memiliki hobi mahal sebagai calon penerus.

"Hm... ah, Abang males ah. Entar nggak mau lagi main sama Adek," rajuk Zion, kedua sisi pipinya mengembung.

Zion begitu menyayangi Elea, adik yang lebih muda 2 tahun di bawah Zion. Elea yang mendengar rajukan sang kakak menutup buku, mendesah kasar.

"Ya, udah mau main apa, Abang?" tanya Elea polos menatap sang kakak.

Ekspresi wajah Zion langsung semringah. "Petak umpet, Adek yang sembunyi Abang yang cari."

Zion tahu adiknya ini suka sekali bermain petak umpet, Elea mengangguk antusias. "Kalo gitu ayo."

Keduanya melangkah keluar dari kamar Elea, melewati Mawar ibu asuh Elea.

"Eh, Non Elea dan Tuan Muda mau kemana?" tanya Mawar melirik keduanya bergilir.

"Main petak umpet, Nanny," sahut Elea, "bentar doang, biar Abang nggak merajuk."

Mawar tersenyum kecil, satu jam lagi sudah waktunya keduanya istirahat. Mengingat jam tidur Elea dan Zion yang sudah diatur, Zion pasti kesepian karena kawan bermainnya tidak ada. David dan keluarga pergi berlibur, hingga Zion hanya mengandalkan Elea untuk bermain.

"Ya, udah. Tapi, sebentar aja ya. Jangan sampai kemalaman, oke?"

Zion dan Elea mengangguk antusias, kakak-adik itu langsung berlarian menuju area luar mansion. Zion langsung berlarian menuju pilar, menutup mata dan berhitung mundur.

Elea yang awalnya menolak malah begitu bersemangat, kepalanya bergerak ke kanan dan kiri. Hingga memilih bersembunyi di mobil, dahi Elea berkerut di saat pintu belakang mobil pribadi sang ibu tidak terkunci.

"Hihi... masuk sini aja." Elea langsung membuka pintu dan menutupnya.

Terkekeh kecil kala bersembunyi di belakang kursi kemudi, baru 5 menit Elea berada di sana. Suara pintu mobil dibuka mengejutkan dirinya, Elea mengintip kecil. Senyum di bibirnya terbit, ibunya yang membawa mobil.

Bibir kecil Elea terbuka, ingin mengejutkan sang ibu. Sayangnya pintu bagian samping terbuka lebih dahulu, sosok lelaki memasuki mobil.

"Gimana?" tanyanya di kala mobil melaju.

"Seperti biasa dia berada di luar negeri. Ibunya terus mengatur ini dan itu, membuat aku muak saja." Diana mengeluh.

Sentuhan lembut di pipi Diana di kala mobil telah melewati gerbang paling depan, Elea kecil masih memperhatikan tingkah keduanya. Tampan Diana sadari ada yang membututi mobilnya dari belakang dengan motor butut pembawa gerobak sampah.

"Aku ingin segera bercerai dengan Guntur."

"Kamu yakin mau berpisah dengan Guntur?" Tatapan pria itu tidak begitu jelas terlihat.

Laju mobil perlahan memelan, di kala berhenti di tempat sepi. Elea masih diam, ia banyak sedikit paham kata pisah. Artinya kedua orang tuanya tidak akan bisa bersama, manik mata kecil Elea langsung melebar.

Telapak tangan kecilnya mengatup dapat bibirnya, kala tubuh ibunya berpisah menaiki tubuh lelaki di samping kursi kemudi. Elea menutup matanya, suara aneh itu membuat peluh menetes deras di dahi dan punggung belakangnya.

Kelopak mata Elea kembali terbuka di saat suara pekikan ibunya di kala sadar ada sosok lain di dalam mobilnya.

"ELEA!" Diana langsung turun dari pangkuan sang selingkuhan.

Pria itu tak kalah terkejutnya, Diana membuka pintu mobil bagian depan mengitarinya mobilnya. Diana membuka pintu belakang kemudi dan menyentak tangan Elea menyeret anak perempuan kecil itu keluar dari mobil, tubuh Elea bergetar hebat.

"Kenapa kamu ada di mobil Mami, hah?" Diana bertanya ekspedisi campur aduk.

Elea tidak menjawab, jari jemari kecilnya terasa dingin sekali. Lelaki dewasa itu pun panik bukan main, menyentuh bahu Diana.

"Aduh, gimana ini, Diana? Aku nggak mau sampai dipecat karena ini. Kamu 'kan tau, aku udah punya istri dan anak," ujarnya panik.

Diana membeku, ia ingin bercerai dengan Guntur. Tetapi jika alasannya perselingkuhan, maka ibu mertuanya akan menghancurkan Diana. Ayahnya akan marah besar, kehidupan dan karir mereka berdua akan hancur lebur. Ayahnya pun tak akan tinggal diam, pria yang dia cintai akan ikut dihancurkan.

"E—elea, dengerin Mami, Ma—"

"Nggak!" Elea mundur selangkah di saat tangan ibunya terangkat.

Diana melanjutkan langkah kakinya kembali, mencengkram kedua sisi bahu Elea. Sorot mata Elea tampak menatapnya persis seperti Guntur menatapnya, Diana merasa dihakimi hanya karena mata itu. Mata ibu mertuanya yang otoriter, dan suaminya yang angkuh.

"Dengerin, Mami! Elea nggak boleh ngomong apapun sama Papi. Malem ini, Elea jalan-jalan sama Mami. Ya, Elea jalan-jalan dan... kit-kita. Pokonya jangan ngomong apapun sama Papi, ingat!" Diana semakin keras mencengkram bahu sang putri panik.

Kepala Elea mengeleng. "Mami jahat! Mami ngajarin Elea berbohong. Mami-"

PLAK!

"Diana!" seru lelaki itu keras di kala telapak tangan Diana menampar pipi Elea.

Telapak tangan Diana bergetar hebat, jantungnya berdebar keras. Ia memandangi sekitar sunyi, ia melirik ke arah sang putri yang mulai menangis karena ditampar.

"Ayo, ke mobil sekarang." Diana memberikan perintah.

"Tap—"

"Sekarang! Kamu denger nggak sih!" Diana memotong bantahan lelaki itu.

Diana melangkah terburu-buru menuju mobil bersamaan dengan lelaki itu, masuk dan menghidupkan mesin mobil. Elea panik, dengan air mata berlinang Elea menuju mobil sang ibu.

Mobilnya mundur ke belakang, sebelum tancap gas. Meskipun Elea memanggil Diana, wanita yang berada di ujung tanduk itu ketakutan bukan main.

"Mami!" Elea berlarian mengejar mobil ibunya.

Elea berhenti berlari di kala tiba-tiba mobil berbelok, ia pikir ibunya akan membawanya pulang. Elea terkejut di saat laju mobil begitu cepat, teriakan pria di dalam mobil di saat kegilaan Diana menginjak gas untuk menabrak Elea.

BRUK!

Tubuh Elea kecil terserempet di kala ia refleks menghindar, mobil Diana terus melaju tidak berhenti sama sekali. Dahi, siku, dan tempurung lutut Elea terluka.

Dari arah semak-semak, wanita yang nampak kuyu itu melangkah mendekati tubuh Elea yang pingsan. Senyumnya terbit, kala senter yang diarahkan ke wajah Elea. Ia sengaja mengikuti mobil Diana, bermaksud membalas dendam pada wanita itu. Siapa sangka keluarga kaya punya masalah yang pelik. Pisau berkarat di tangannya di angkat, ia berjongkok.

"Malang sekali hidupmu." Tangannya mulai mengayun pisau dari atas untuk menusuk Elea.

"Ma...."

Pisau yang diayunkan berhenti di awang-awang, ia bergumam di sela embusan napas yang berat. Air mata wanita itu kembali luruh, butuh waktu berbulan-bulan untuk dirinya bisa membalas dendam.

Mengikuti Elea kemana pun, begitu pula dengan ibu dari Elea. Akhirnya hari ini datang, ia menyusup menjadi pengangkut sampah di Sky Mansion memiliki kesempatan sebesar ini. Menghabisi anak ini untuk menggantikan nyawa anaknya tapi, kenapa hatinya jadi ragu.

"Ma," panggil Elea kecil mata kecil yang tertutup itu terbuka sedikit.

Wanita itu membuang pisau dan senter di tangannya, memeluk tubuh Elea dengan erat.

"Ya, Mama di sini, Sayang. Mama di sini." Wanita itu memeluk tubuh Elea yang lemah.

Jika putrinya telah diambil, maka biarkan anak ini menjadi pengganti putrinya yang telah mati. Ia mengendong tubuh Elea, menuju ke arah motor butut dengan gerobak sampah di belakangnya untuk mengangkut sampah.

"Dua tepukan di atas bahu Nona Elea, pertanda Nona Elea harus segera membuka mata." Suara intrusi lembut dan dua tepukan di bahu Elea membuat gadis di atas ranjang itu terbangun.

Sudut matanya berair, peluh nampak begitu banyak mendiami dahi Elea. Aroma lilin terapi tercium jelas, senyum wanita paruh baya itu menyapa indera penglihatan Elea.

Ia menantu Elea bangun perlahan. "Apakah Non Elea sudah bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu?"

Kepala Elea mengangguk, ia menyandarkan punggung belakangnya di dasbor ranjang rumah sakit. Ujung jari jemarinya terasa dingin, ingatan yang terputus-putus digali sampai ke akarnya. Meskipun ibunya membantah dan pergi terburu-buru dari penthouse kemarin sore, Elea tidak berharap banyak. Toh, terus menyembunyikan ingatan di bawah alam bawah sadarnya tidak akan memberikan kebahagiaan apapun untuk dirinya.

Senyum getir terbit di bibir Elea, pada akhirnya tetap sama saja. Kenyataan pahit harus tetap ia telah mentah-mentah.

"Dok!" seru Elea serak, "saya rasanya ingin membunuhnya, apakah boleh?"

Wanita itu terkesiap, cara gadis remaja ini menatap ke arahnya seakan-akan tidak ada candaan di sana. Senyum lebar terbit di bibir Elea, embusan napas kasar keluar dari bibirnya.

"... apakah itu akan membuat Non Elea lega dan bahagia?" tanya sang dokter balik.

Elea mengeleng dan mengangguk secara bersamaan, wanita dengan senyuman lembut ini paham. Gejolak batin yang terus menerus rasa benci Elea, kepahitan yang tidak bisa ia terima dengan lapang dada. Hingga emosi yang ada tidak tersalurkan, sentuhan lembut pada telapak tangan Elea membuat gadis remaja itu membawa atensinya ke arah sang dokter.

"Manusia di dunia ini tidak semuanya memiliki kehidupan sempurna, tidak semua hal terasa manis. Namun, bukan berati itu menjadi fokus Non Elea. Kenapa Non Elea tidak mencoba hal lain, misalkan hal-hal yang membahagiakan."

Elea terkekeh masam. "Bahagia," ulangnya, "itu hanya untuk anak-anak yang dilahirkan untuk dicintai. Di besarkan untuk dihargai dan dianggap berharga, Dokter."

Bersambung...

1
kalea rizuky
ngapain ngarep si bloon mending ma david
kalea rizuky
rania jalang di suka tolol dia cm anak angkat
kalea rizuky
lanjut donk
Anonymous
seru thor...smangat up y...elea ga boleh bucin ma saka...boleh sayang ma david aja.../Grin/
Yuliana langoy Yuliana
di tunggu kelanjutannya
Anonymous
ngapain elea ngarep saka...mending ma david...
Anonymous
fight girl/Scream/
Anonymous
goo eleaaa/Smile/
Anonymous
sippp nih elea ga kaleng2...
Anonymous
maaf thor...aq baru nemu novelmu...be strong elea...
Moreno
Thor, bisa tiap hari gak updatenya? Habisnya seru bangeettt 😆
Dhanvi Hrieya: author usahain up tiap hari ya kakak🫰🏻🫰🏻☺️
total 1 replies
I Rafli
lanjut toor
Ati Rohayati
mantap cerita nya ngga bertele tele ,ditunggu lanjutan nya thor bikin saka sama c zionis mati kutu
Dhanvi Hrieya: menyesal ya kan, kak😆
btw, makasih udah mampir kakak🙏🏻☺️
total 1 replies
Suryani Tohir
💪
Dhanvi Hrieya: makasih kakak atas rate bintangnya🙏🏻❤️
total 1 replies
Suryani Tohir
lanjut
Dhanvi Hrieya: mohon ditunggu kakak^^
total 1 replies
Moreno
Seru banget! Ditunggu kelanjutannya ya Thor
Dhanvi Hrieya: siap, kak. Mohon ditunggu ya, kakak. dan Makasih udah mau mampir🙏🏻☺️
total 1 replies
I Rafli
Hae kk aku mampir,,,
semangat 💪💪💪
Dhanvi Hrieya: makasih udah mampir kakak💪🏻💪🏻😚
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!