NovelToon NovelToon
Dua Bilah Yang Tak Menyatu

Dua Bilah Yang Tak Menyatu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Perperangan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mr_Dream111

Dalam dunia yang koyak oleh perang berkepanjangan, dua jiwa bertolak belakang dipertemukan oleh nasib.

Yoha adalah bayangan yang berjalan di antara api dan peluru-seorang prajurit yang kehilangan banyak hal, namun tetap berdiri karena dunia belum memberi ruang untuk jatuh. Ia membunuh bukan karena ia ingin, melainkan karena tidak ada jalan lain untuk melindungi apa yang tersisa.

Lena adalah tangan yang menolak membiarkan kematian menang. Sebagai dokter, ia merajut harapan dari serpihan luka dan darah, meyakini bahwa setiap nyawa pantas untuk diselamatkan-bahkan mereka yang sudah dianggap hilang.

Ketika takdir mempertemukan mereka, bukan cinta yang pertama kali lahir, melainkan konflik. Sebab bagaimana mungkin seorang penyembuh dan seorang pembunuh bisa memahami arti yang sama dari "perdamaian"?

Namun dunia ini tidak hitam putih. Dan kadang, luka terdalam hanya bisa dimengerti oleh mereka yang juga terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr_Dream111, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reuni singkat ayah dan anak

Beberapa hari lalu mimpi buruk itu kembali. Lebih parah lagi, aku sering berhalusinasi didatangi orang-orang yang kubunuh saat aku melamun sendirian di rumah. Dokter Kai juga terpaksa menghentikan sementara pengobatan dan memberiku obat penenang.

Begitu juga dengan hari ini. Kulihat rumahku yang sangat berantakan dan banyak barang-barang yang kubanting karena halusinasi tadi. Suara kegaduhan di rumah juga membuat tetangga berdatangan.

Awalnya aku mengira mereka semua terganggu dan aku akan di usir dari sini, tapi justru mereka mengkhawatirkan keadaanku. Mereka juga memaklumi kondisiku sekarang karena memang bukan aku sendiri yang mengalami trauma pasca perang.

Setelah para tetangga pulang, aku hanya duduk termenung menatap kosong ruang tamu berantakan ini. Ingatan tentang orang-orang yang kubunuh muncul lagi setelah beberapa hari berhasil dihapus dokter Kai. 

Jadi ini yang dimaksud pepatah ' Apa yang ku tanam itulah yang kupetik '

Apa ini semua adalah karma untukku? Apa rintihan mereka yang kubunuh akan terus membelengguku selamanya?

...Clak......

Pandanganku beralih ke samping saat kudengar suara pintu rumahku terbuka. " Dokter Kai? "

" Kenapa bisa jadi seperti ini? " Gumam dokter Kai.

Aku tersenyum dan menggeser mataku menatap langit-langit, " Sepertinya ini adalah hukuman untukku yang telah merenggut banyak nyawa. "

Dokter Kai menggeleng, " Jika terus begini, aku terpaksa harus menghapus semua ingatanmu. "

Spontan aku langsung menatap tajam dokter Kai. " Aku lebih baik mati daripada harus menghapus semua ingatanku dokter. Sampai aku dapat membalaskan dendam ibuku, tidak akan sudi aku menghapus ingatan! "

" Tapi jika terus begini kau bisa gila! Aku tidak bisa menggunakan metode pengobatan seperti sebelumnya lagi dengan kondisimu seperti ini. "

" Cukup berikan aku obat penenang lagi dokter. Aku juga akan berusaha untuk terbiasa dengan keadaan ini, " 

" Sampai kapan Yoha? Traumamu sudah di fase ekstrim. Hanya mengandalkan obat penenang tidak merubah dirimu! "

" Lalu aku harus bagaimana? "

" Oke aku akan memberimu obat penenang tapi dengan syarat kau harus memiliki teman dekat atau bahkan pasangan. Shell shock memang tidak bisa sembuh setidaknya dengan ada orang terdekat bisa membuatmu lebih tenang karena tidak sendirian lagi. "

" Baiklah. Aku akan mencobanya. Terimakasih dokter, "

" Kalau begitu aku pulang dulu. Kau juga jangan di rumah terus. Keluarlah sampai kau jenuh berada diluar seharian. " 

Aku hanya mengangguk kemudian dokter Kai pergi meninggalkan botol kecil berisi puluhan pil obat penenang. Tanpa pikir panjang aku langsung meminum satu dan beristirahat sejenak sampai pikiranku benar-benar tenang hingga tanpa sadar aku tertidur.

Dengan kepala yang berat dan sedikit pusing, kucoba membuka mata dengan samar-samar nampak ruang gelap. Aku bangun lalu menengok ke jendela, ternyata hari sudah malam. Tak kusangka, seharian penuh aku tertidur di kursi ruang tamu ini. Sedari pagi aku tidak makan dan perutku rasanya seperti diperas dari dalam. Aku bergegas mandi sebelum keluar mencari makan.

***

Malam ini cuaca lebih dingin dari biasanya tapi untung saja tidak turun salju. Aku memakai jaket militerku karena itu satu-satunya pakian paling tebal yang kumiliki. Segera aku keluar mencari makan di kedai biasanya. 

Setelah memakan seporsi kare dan secangkir kopi hangat, aku melanjutkan jalan ke distrik pusat. Sejak parade aku mulai sering membeli kue dari Lena si gadis buta itu. Hampir setiap aku pulang dari rumah sakit menyempatkan diri ke tempat dia jualan dan aku merasa mulai akrab denganya.

Hari memang sudah malam, aku tidak tahu apakah Lena masih berjualan tapi dia pernah bilang jika sering berjualan sampai larut malam. Aku juga terkadang ingin beli langsung di rumahnya hanya saja Lena selalu berkelak setiap kutanya tentang rumah.

Setelah turun dsri kereta kuda, pohon tempat Lena berjualan mulai terlihat dan ternyata dia sudah tidak ada di sana. Walau sedikit kecewa, ku berniat untuk pulang tapi menyempatkan jalan-jalan sejenak. Jalanan kota memang sudah sepi dan hanya ada para polisi yang berlalu lalang patroli. Memang tidak mungkin Lena akan terus bejualan sampai jam 10 malam begini.

Distrik pusat terasa beda sekali saat malam. Sepi dan hanya diterangi lampu tiang di sepanjang jalan. Cukup menenangkan hati ketika aku berjalan menyusuri trotoar ini.

Langkahku terhenti sejenak saat melihat 3 orang pria membawa seorang wanita berambut lavender ke gang sempit dan gelap.  Rambut itu sangat familiar bagiku, tanpa pikir panjang aku langsung membuntuti mereka.

Semakin kumasuk ke dalam gang sempit ini dan tak ada lagi setitik pun pencahayaan. Rumah-rumah di sepanjang gang sudah mematikan lampu dan sialnya aku kehilangan jejak mereka, bahkan dengan eneri sihir untuk melihat di kegelapan pun aku tetap tidak bisa menemukan mereka.

Tak lama kudengar suara gaduh dan tangis dari arah barat. Segera, ketakutan membuncah dalam diriku. Aku berlari ke sumber suara dengan hati gundah dan pikiranku mulai kemana-mana.  

" Sial semoga aku tepat waktu. " Desisku.

Ku berlari hingga sampai ke sudut gang dan ku menemukan Lena sedang disudutkan oleh 3 orang pria. Tiba-tiba 3 orang itu berusaha merobek baju Lena. Tanpa basa-basi, aku langsung menyerang mereka dengan belatiku.

Mereka bertiga terkejut dan bereaksi dengan cepat mengambil pisau untuk menghadapiku. Pertarungan tak terelakan, mereka mencoba menyerangku dengan pisau, tapi aku berhasil menghindar. Aku terus mengayunkan belati dengan lincah dan cepat, mencoba menghindari serangan mereka sambil menyerang balik.

Setelah beberapa menit, satu di antara mereka berhasil melukai ku di lengan. Darah mengucur keluar, tapi aku tak peduli. Aku melanjutkan serangan dan berhasil melukai salah satu dari mereka di paha dan perut. Dia jatuh tersungkur dan mengerang kesakitan. Sementara itu, yang lain masih terus menyerang.

" Manusia macam apa kalian yang berani memanfaatkan kekurangan wanita ini! " Geramku menatap tajam 3 orang itu.

Mereka tidak menjawab dan justru salah satunya menyerangku lagi. Dia menyabetkan pisau tapi berhasil kuhindari lalu kubalas dengan sayatan di kedua paha. Dia langsung tersungkur sambil memegangi kedua kakinya.

" Apa kau masih mau melanjutkanya? " Tanyaku kepada salah satu dari mereka yang masih bisa berdiri.

Dia hanya menggeleng lalu menolong rekan-rekanya. Namun, saat dia mendekati rekanya yang ada di sampingku, bukan menolong tapi dia malah mencoba menghunuskan pisaunya ke arah perutku. Reflek kulompat ke belakang dan melempar belati hingga menggores kuping kirinya. 

" Pergilah dan obati teman-temanmu. Luka akibat belatiku bisa menyebabkan pendarahan hebat jika tidak segera di tangani. Pergilah sebelum aku berubah pikiran! " Gertakku.

Dia langsung berlari sambil menyeret 2 rekanya. Aku segera mendekati Lena yang duduk ketakutan di sudut ujung gang. " Lena, "

" A-ampuni aku, tolong jangan apa-apakan aku! Aku akan memberi kalian uang tapi tolong jangan menyentuhku! " Rengeknya meringkuk di tanah.

" Hey... Ini aku Yoha." Ucapku lirih. "  Mereka sudah pergi. "

Lena mengangkat kepala, kedua tanganya yang dingin dan gemetar itu meraba wajahku. " Yo...ha? "

Hangat, itulah yang kurasakan saat Lena tiba-tiba memelukku. Ini adalah kali pertama ada gadis yang memelukku. " A-apa yang kau lakukan?! "

" Terimakasih..., " ucap Lena dengan mulut gemetar. " Andai kau tidak datang, aku sudah ternodai oleh mereka. "

Aku mengangguk dan tersenyum kecil. Aku merasa senang dan bersyukur karena berhasil menyelamatkan Lena. 

" Tidak perlu berterima kasih, aku hanya melakukan apa yang seharusnya ku lakukan, "

" Kau terluka? " tanya Lena. Aku sedikit heran bagaimana dia tau aku terluka padahal dia buta.

 " Iya, tapi tak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan ini, " jawabku.

" Tolong jangan mengganggap remeh luka seperti itu, " Ujar Lena dengan suara serius.

Aku mengangguk lalu menatap lukaku. " Aku akan mengobatinya setelah mengantarmu pulang, "

" Tidak. Kau harus ke rumahku dulu! Ayahku seorang mantan dokter, dia pasti bisa mengobati lukamu, "

" Baiklah jika memaksa. " 

Aku melepaskan pelukan Lena lalu berdiri. Begitu juga dengan Lena, dia langsung bangkit dan aku menuntunnya pulang.

***

Saat sampai di depan rumahnya, mataku membesar dan terkejut melihat rumah itu. Rumah itu sangat familiar. Ya, itu adalah klinik paman Cooper. Dan ternyata anak angkat paman Cooper yang sering kucari adalah Lena.

" Ada apa, Yoha? Kenapa kau diam? " Tanya Lena.

" Maaf, tidak ada apa-apa. Aku cuma  terkejut melihat rumah ini, " jawabku sambil tersenyum kecil.

" Begitukah? Mari masuk... " Lena menarik tanganku sambil membuka pintu rumahnya. Entah bagaimana cara dia bisa tau letak pintu rumahnya.

" Ayah, ibu aku pulang! " Seru Lena saat memasuki rumah.

" Oh Lena kah? Ibumu keluar katanya mau membeli bahan kue. " Jawab seseorang dari dalam ruangan samping ruang tamu. Suara itu sudah lama sekali tak kudengar, sampai-sampai kedua tanganku gemetar.

" Aku bersama temanku yah. Dia terluka saat menolongku di jalan tadi, " Ucap Lena meletakkan keranjang kue di meja. " Apa ayah bisa mengobatinya? "

" Serahkan padaku! "

Detak jantungku semakin kacau ketika melihat seorang pria berambut putih yang duduk di kursi roda dengan wajah lelah keluar dari ruanganya. Aku mengenali pria tua itu, karena itulah aku terdiam. Dia adalah paman Cooper. Orang yang telah merawatku sebelum aku dilatih sebagai pasukan Faks.

" Yoha...? " Ucap paman Cooper dengan mata berkaca-kaca.

Aku menahan air mata saat menatap paman Cooper sambil tersenyum dan menatap balik, " Paman... "

Paman Cooper berusaha keras berdiri dari kursi roda. Dia tertatih-tatih berjalan mendekatiku dan aku langsung memeluknya. Kulepaskan rasa rindu dan bersalahku dalam pelukan itu.

" Akhirnya kau pulang anakku! " Tangis pria tua itu dalam pelukanku.

" Maafkan aku yang pergi terlalu lama paman, "

Kami berpelukan cukup lama sampai paman Cooper lelah berdiri dan aku mengembalikan dia ke kursi roda. Sementara Lena, dia hanya diam dan nampak kebingungan dengan apa yang terjadi. 

" Semakin besar saja badanmu, " ucap paman Cooper saat melihat diriku.

Aku tersenyum  dan menjongkok di depan paman. " Paman sendiri lebih kurus sekarang, "

" Sudah tiga tahun aku jatuh sakit dan seperti yang kau lihat, beginilah kondisiku sekarang. " Balas paman memamerkan badannya.

" Tu-tunggu! Ayah kenal Yoha? " Sela Lena.

" Lena. Dia adalah anak angkat pertama yang pernah ayah ceritakan padamu dulu. "

" Jadi Yoha adalah kakakku yang katanya diambil istana saat berumur 9 tahun itu? " tanya Lena lagi. Dia seperti masih tidak percaya.

" Ya. Aku adalah anak angkat paman Cooper dan bibi Elis sebelum dirimu. Aku juga tidak menyangka kalau kau anak mereka, " jawabku.

Raut wajah Lena seketika berubah riang. Senyum manisnya semakin nampak jelas dan tidak tahu kenapa aku terpesona dibuatnya.

" Lena masakkan sesuatu yang spesial untuk kepulangan salah satu keluarga kita! " pinta paman Cooper.

" Pasti! "  Balas lena sambil mengangkat tangan kanan lalu berjalan ke dapur.

" Yoha ikutlah ke ruanganku. Biar kujahit luka di lenganmu itu. " Kata paman yang melihat lukaku.

Aku mengangguk lalu ikut masuk paman ke ruanganya. Sangat nostalgia sekali saat berada di ruangannya karena ini adalah ruangan praktek paman Cooper dan dulu aku sering berada di sini menonton paman yang sedang mengobati pasien-pasienya.

Ruangan yang dulu rak-raknya penuh obat-obatan sekarang justru kosong dan berdebu. Aku masih penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada klinik mereka. Padahal dia dulu salah satu dokter ternama di Ventbert dan kliniknya tak pernah sepi pasien tapi sekarang sebaliknya.

" Lepas jaket dan bajumu! Aku harus membersihkan lukamu dulu sebelum di jahit. " pungkas paman yang menyiapkan beberapa alat medisnya.

...Braak!...

Paman Cooper menjatuhkan alat-alatnya saat melihat aku melepas baju. Dia sepertinya terkejut melihat banyaknya bekas luka di sekujur badanku.

" Paman? "

Paman Cooper memejamkan mata lalu menunduk, " A-apa yang terjadi sampai tubuhmu penuh bekas luka? "

Aku duduk di ranjang pasien dan menghela napas sejenak. " Ini luka dari semua misiku. "

" Kalau bibimu tau dia pasti menangis melihat ini. " Ucapnya sembari memasang sarung tangan. " Bisa kau ceritakan semuanya? Semua tentang misimu? "

Paman sepertinya syok melihat luka-luka yang sudah menjadi lukisan permanen di badanku.

Aku pun menceritakannya tapi tidak semua. Banyak rahasia misi yang tetap harus kujaga. Paman Cooper memang tau tentang pasukan Faks karena dulu dia adalah dokter yang pernah menangani anak-anak calon pasukan khusus yang sakit.

Kami saling bertukar cerita hingga ku ketahui bahwa usaha paman mengalami kebangkrutan. Semenjak paman dan bibi sebagai dokter, mereka mencoba membesarkan kliniknya. Sembari menjalankan usaha, paman juga mencari cara untuk mengobati mata Lena. Sampai akhirnya dia ditipu temannya sendiri yang bilang punya kenalan yang bisa menyembuhkan kebutaan Lena. Paman menghabiskan lebih dari 200 ribu Lyra untuk mendapat obat dari temannya tapi uang itu sampai sekarang tidak kembali.

Aku sempat bertanya mengapa dia rela menggelontorkan semua tabunganya. Paman pun bilang itu semua demi mewujudkan impian Lena. Anak perempuannya itu katanya sejak kecil bercita-cita menjadi dokter yang menyelamatkan banyak nyawa bahkan setiap hari paman menceritakan semua ilmu medis kepadanya. Wajar saja menurutku, semua orang tua pasti akan melakukan apa saja untuk mewujudkan impian anaknya.

Alasan lainnya, obat-obatan pesanan paman yang dibeli seharga 2 kali lipat justru digelapkan oleh pejabat tertentu. Sempat dia melapor tapi malah dimintai uang jika ingin laporannya diproses. Untungnya paman masih mendapat fasilitas kesehatan gratis sebagai mantan dokter sehingga dia bisa berobat gratis tiap bulan walau uang pensiunya sudah dihapus karena negara terbebani biaya perang yang membengkak.

Tak terasa 1 jam berlalu dan kami keluar saat Lena memanggil untuk makan. Hanya saja, sepintas ada suatu pertanyaan yang menggangguku.

Bagaimana cara Lena memasak sementara dia buta?

Kami bertiga pun makan dengan nikmat di iringi canda tawa dan cerita-cerita paman dan Lena. Suasana ini membawa ingatanku ke masa lalu saat makan malam bersama ibu dan ayah. Sebuah suasana yang sangat kusyukuri karena bisa terulang kembali walau dengan keluarga yang berbeda.

" Kau tidak ingin menunggu Elis dulu? Dia pasti juga kaget kalau tau kau berkunjung, " kata paman, suaranya serak dan pelan. Dia duduk di kursi roda melihatku bersiap untuk pulang.

" Mungkin lain waktu. Sampaikan salamku kepada bibi, " balasku sambil berjalan menuju pintu, " selamat malam dan terimakasih atas makanannya. "

Akupun berjalan keluar menembus udara malam yang sedang dihujani butiran salju.

^^^To be continued^^^

1
Milacutee
Lanjuuut makin ksini makin seru
Milacutee
Lena kalah dong😅
Milacutee
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
IM_mam
/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Xiao yu an
Suka bgt ceritanya
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Akhrnya kjawab sebab ptsd si mc
Mikoooo dayooooo
Ratunya munafik bgt😡
Ubi
Smnagat min
Nara
Lgsg update dong😁😁😁 lnjut trs thor
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Semangat updatenya
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Alat komunikasinya tu kyk gmn? tlg kasih aku pnjelasan thor
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Aduhhhh stres emg Varaya
Mikoooo dayooooo
Dtnggu lnjutanya
Mikoooo dayooooo
Aku jd mmbayangkan adeganya🤢
pangestu mahendra
Awalnya narasinya agak kaku tapi makin kesini authornya memperbaiki penulisan. Ceritanya lumayan bagus sih terutama waktu udh chapter 20
Caramel to
update plissss
Nertha|
Gassss terus thor klo bsa updatenya 3 chapter langsung gtu
Nertha|
Heroine baru/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Nertha|
agak konyol ni ngekudeta tpi mental pasukanya lembek wkwkwk
Layciptuzzzz_^^
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!