pada kehidupan pertamanya, Amira adalah seorang prajurit wanita yang kejam dan bar-bar, dia dibenci oleh para pembesar di negaranya karena tindakannya yang selalu seenaknya dalam memberantas kejahatan.
kehidupan Amira berakhir, saat pesawat yang dinaiki meledak dalam perjalan misinya.
Jiwanya, masuk dalam raga permaisuri yang lemah dan buruk rupa di jaman kuno, yang membuat dirinya bingung dan prustasi.
-Apakah dia sanggup mejalani kehidupan keduanya disana?!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nolis Tiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12.
TAP......TAP.......TAP......
Terlihat seorang gadis berjalan anggun dengan menggunakan pakaian kebesarannya. Kakinya yang putih bersih menapak sempurna di atas lantai marmer aula itu, terlihat 'kontras' dengan warna kulitnya yang terawat dan bersih.
WUUUUSSSHHH
Aroma bunga lavender dan melati langsung tercium dari dalam tubuh gadis itu, aroma yang harum dan menenangkan. Wajahnya tertutup cadar dengan warna senada, namun semua orang yang ada di dalam aula tersebut yakin, jika wajah yang ada di balik cadar tersebut sangat cantik.
Kaisar Zhang Liqin hampir tidak bisa mempercayai penglihatannya. Dia tidak percaya jika yang sedang berjalan kearahnya ini adalah permaisuri yang di nikahi tiga tahun lalu.
Selama ini menurut rumor yang terdengar, permaisuri Lien Hua adalah seorang gadis jelek yang tidak pandai merawat diri dan tidak berguna.
Tapi, apa yang dia lihat sekarang?
Ini benar-benar jauh berbeda dari apa yang di rumorkan!
Permaisurinya itu berjalan dengan sangat anggun, dan aura ke agungannya terlihat dari dalam tubuh mungilnya, sehingga membuat semua yang ada di sana pun berlutut ke arahnya..
"Heh, Amira Agatha dilawan?! Pada bengong kan kalian semua....hehehe ! Peraturan dan tata Krama di zaman kuno ini memang merepotkan, tapi aku bisa beradaptasi dengan mudah dan cepat, jenius di lawan....hahaha...!" monolog Lien Hua dalam hatinya.
"SALAM KEPADA YANG MULIA PERMAISURI LIEN HUA.!" seru semua orang serempak, sambil menundukkan kepala.
"Salam kalian saya terima, bangkitlah!" jawab Lien Hua sambil mengibaskan lengan hanfunya dengan gaya yang elegan.
"TERIMA KASIH, PERMAISURI..!"
TAP.......TAP .....TAP.......
Permaisuri Lien Hua melanjutkan langkahnya menuju ke arah kaisar Zhang Liqin. Dan langsung menundukkan kepalanya dengan hormat sambil membungkukkan badannya.
"permaisuri Lien Hua memberi salam kepada kaisar Zhang Liqin!" ujar Lien Hua dengan nada lembut tapi tegas.
Kaisar Zhang Liqin masih terpaku dan tidak percaya. Jika yang ada di hadapannya sekarang adalah Permaisuri yang dia tinggalkan selama tiga tahun untuk berperang.
Tiga tahun ternyata telah mengubah permaisurinya menjadi wanita yang anggun dan bermartabat. Sangat jauh berbeda dengan Lien Hua yang bodoh dan ceroboh.
"salammu Zhen terima, bangkitlah!" ujar kaisar Zhang Liqin dengan nada puas.
Kaisar Zhang Liqin meminta permaisuri untuk duduk di sebelah kiri sisinya.
Suasana aula yang awalnya hening, berubah jadi bergemuruh. Beberapa orang yang ada di sana, saling berbisik, memuji penampilan dari permaisuri Lien Hua
"Ternyata rumor hanyalah rumor! Permaisuri terlihat anggun dan berwibawa.
"Benar! Mana ada wanita bodoh dan ceroboh yang di rumorkan itu?!" yang ada adalah wanita anggun dan cantik!"
"Almarhum jendral Lien pasti bangga melihat anaknya dari atas sana."
"kaisar tidak salah memilih pasangan! Permaisuri pantas bersanding dengan yang mulia kaisar."
Mendengar semua bisik-bisik itu membuat kaisar Zhang Liqin mengembangkan senyuman, namun hal itu membuat ibu suri yang berada di sebelah kanan kaisar kesal, dia tidak suka, jika semua orang memuji Lien Hua.
Wanita paruh baya itu masih tetap pada pendapatnya, bahwa Lien Hua tidak pantas bersanding dengan anaknya, kaisar Zhang Liqin.
Dengan wajah jelek dan sifat penakut yang di miliki oleh permaisuri Lien Hua, membuat ibu suri semakin tidak menyukai "istri sah" anaknya itu.
DRAP......DRAP.......DRAP.......
Tidak berapa lama kemudian, banyak pelayan yang masuk untuk melayani semua orang yang berada di dalam aula kekaisaran itu.
Para pelayan mulai menempatkan satu persatu hidangan di atas meja yang ada, dengan gerakan lembut dan tertata.
Sikap Lien Hua yang biasanya selalu mencari perhatian kepada kaisar Zhang Liqin. Tapi saat ini terlihat cuek dan tidak peduli dengan sekitarnya.
Yang Lien Hua pedulikan sekarang adalah perutnya!
TAK.......TAK ........TAK........
Lien Hua menggerakkan sumpitnya untuk mengambil berbagai macam lauk dan sayur yang ada di depannya, lalu dia menaruhnya di atas mangkuk nasinya sendiri.
Dia tidak mempedulikan raut wajah kaisar Zhang Liqin yang sudah berubah warna karena kesal.
"Bodo amat! Mau marah atau kesal bukan urusan gue! Yang penting perutku kenyang terisi! Agar tidak cepat emosi .... Hahaha!" monolog Lien Hua sambil melirik ke arah kaisar Zhang Liqin.
TAK......TAK.......TAK.....
Akhirnya ibu suri menggerakkan sumpitnya untuk mengambilkan lauk dan sayur untuk kaisar Zhang Liqin, sambil sesekali melirik Lien Hua dari ujung matanya.
Wanita tua itu memperhatikan semua tingkah laku Lien Hua, yang jauh berbeda. Dia tidak tau saja, jika "jiwa" yang mendiami raga Lien Hua saat ini adalah jiwa Amira Agatha yang bar-bar dari zaman modern.
"Apakah kamu tidak ingin melayani suamimu, permaisuri Lien Hua? Bukannya biasanya kamu selalu mengambilkan makanan untuknya?" tanya ibu suri sambil melirik tajam ke arah permaisuri Lien Hua.
Lien Hua sendiri tidak memperdulikan pertanyaan ibu suri, dia terlihat masih santai mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, sambil sesekali berdecak kesal, karena rasa masakan itu semuanya hambar dan asin di lidahnya.
"Tsk, makanannya hanya ada rasa asin dan hambar! Beda sama masakan yang ada di kediamanku sendiri....enggak enak banget.!" monolog Lien Hua dalam hati .
"Apa kamu tidak mendengarkan pertanyaan saya, Permaisuri Lien Hua?!" tanya ibu suri kembali dengan nada yang di naikan satu oktaf.
TAK.....
Lien Hua menaruh sumpitnya, dan melirik ke arah ibu suri dengan tajam, sepertinya wanita paruh baya ini ingin mencari masalah di hadapan semua orang yang ada.
Lien Hua tersenyum tipis, lalu dia mengangkat kembali sumpitnya dan memasukan sepotong daging ke dalam mulutnya.
"Bukankah, peraturannya kita di larang berbicara saat sedang makan, yang mulia ibu suri?" ujar Lien Hua dengan nada santai.
Skak mat.!!
Wanita paruh baya itu langsung terbeliak, saat mendengar ucapan balasan dari menantu yang tidak dia harapkan itu.
Dia tidak menyangka, jika Lien Hua berani mengucapkan kata-kata itu di hadapan semua orang. Dan hal itu menyulut emosi ibu suri, dan kebencian di dalam hatinya semakin membara terhadap menantu yang tidak tahu diri itu.
Setelah acara makan-makan selesai. Semua orang bergegas kembali menuju kediaman masing-masing begitu pula dengan permaisuri Lien Hua.
SRAK.....
saat Lien Hua beranjak dari duduknya untuk pergi ke kediamannya, suara ibu suri menahannya, sepertinya nenek sihir itu tidak akan melepaskan dirinya dengan mudah.
"Sepertinya, saya selama ini terlalu memanjakan mu, sampai-sampai kamu bisa bertindak dengan tidak tahu dirinya di depan semua orang, permaisuri?" ujar ibu suri pada Lien Hua
"Benarkah begitu? Oh, aku sangat terharu mendengarnya , ibu suri yang terhormat! Apakah dengan mengasingkan diriku ke dalam hutan selama dua tahun itu merupakan cara anda untuk memanjakan aku?" ujar Lien Hua dengan nada sinis.
"Lalu apakah dengan mengirimkan "mata-mata" masuk ke dalam kediaman itu juga cara anda untuk memanjakan aku.?"
"Bagaimana dengan "racun" yang anda kirimkan untuk merusak wajahku? Apakah itu juga merupakan cara anda untuk memanjakan ku, yang mulia ibu suri?" ujar Lien Hua bertubi-tubi.
DEGH.......
------------++++++Bersambung+++++--------