Menikah?
Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.
"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.
"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"
Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?
Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.
Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Baik Merelakan
Entah kenapa kelas hari ini terasa berbeda. Kenapa? karena Tama tidak bersikap seperti biasa. Tama yang biasanya hanya mengajar tanpa terlibat interaksi lebih dengan para mahasiswanya, kini cukup aktif mengajak mereka berinteraksi. Dan disini orang yang banyak diajak interaksi oleh Tama adalah Embun.
"Jadi bagaimana? ada yang masih belum paham? kalau iya, silahkan tanyakan saja," ujar Tama.
Tidak ada yang bertanya, karena pada dasarnya penjelasan yang Tama berikan memang sangat mudah untuk dipahami. Percayalah, meskipun Tama mendapat predikat dosen killer, tapi cara mengajarnya yang mudah dipahami sangat disukai oleh para mahasiswanya. Kelas bersama Tama memang tidak banyak bercanda, tapi setidaknya juga tidak membosankan karena cara dia membawakan materi mudah dipahami. Jadi sikap tegas dan disiplinnya tidak membuat Tama dibenci oleh mahasiswanya.
"Embun, kamu sudah paham?" tanya Tama tiba-tiba.
Ucapan Tama membuat yang lain secara otomatis menoleh kearah Embun.
"Sudah Pak," jawabnya.
Percayalah, ini sudah yang ke 2 kali Tama menotice Embun.
Tama menganggukkan kepala.
"Kamu Rama, sudah paham?" tanya Tama.
Setidaknya dengan begini yang lain tidak bertanya-tanya kenapa hari ini Tama banyak menotice Embun. Dan ya, pada dasarnya memang tidak ada yang berpikir macam-macam dengan perubahan cara mengajar Tama yang sedikit berbeda dibandingkan sebelumnya. Kecuali Embun dan Amara pastinya, mereka sangat sadar dengan perubahan kecil ini.
"Sudah Pak, saya sudah paham," jawab Rama.
Tama menganggukkan kepala lagi.
"Baiklah, kalau begitu kelas saya akhiri sekarang. Sampai ketemu lagi kamis depan. Selamat siang," ucap Tama mengakhiri kelasnya. "Kalian boleh langsung keluar," tambahnya lagi.
Satu-persatu para mahasiswa Tama pun keluar, termasuk Embun dan Amara. Kedua gadis itu juga memutuskan untuk keluar seperti yang lain. Lagi pula Tama juga tidak meminta mereka untuk tetap tinggal di kelas kan? jadi untuk apa juga mereka masih disini.
Sementara itu, Tama tampak terdiam menatap lurus kursi Embun yang sudah kosong. Saat ini dia sudah benar-benar sendirian saja di kelas.
-Lagi dan lagi detak jantung gue rasanya cepet banget. Sejatuh cinta itu kah gue sama Embun?-
Untuk pertama kalinya Tama merasa seperti ini. Disaat tatapannya sulit untuk beralih dari Embun, untung saja selama mengajar tadi dia masih bisa fokus dengan materi yang disampaikan.
"Kayanya gue emang harus cepet-cepet jadiin Embun pasangan sah gue."
Tama tau ini gila, bukan pacaran, Tama justru ingin Embun secepatnya menjadi istrinya. Tama tidak tau kenapa tiba-tiba sampai menginginkan hal itu. Padahal selama ini dia bahkan tidak pernah menganggap Embun selain daripada mahasiswanya dan juga sahabat Amara. Dan sekarang Tama ingin Embun menjadi istrinya dalam waktu yang sangat singkat ini?
Sementara itu saat ini Embun dan Amara sedang berada di kantin. Dan karena belum jam makan siang, jadi mereka memilih untuk jajan makanan ringan saja. Tidak hanya berdua, saat ini ada Naya dan Sitha.
"Kamu gimana keadaannya Mbun? udah mendingan? maaf ya, kemarin aku sama Naya enggak jadi jenguk. Soalnya kemarin kelas selesai udah sore banget," ujar Sitha.
Ya, kemarin kelas baru selesai sekitar jam 4. Karena dosen yang mengajar secara tiba-tiba mengganti jadwal dikarenakan ada kepentingan lain. Jadilah kelas terakhir selesai cukup sore.
"Iya enggak papa, lagian aku juga baik-baik kok. Cuma pusing sama demam doang. Dan sekarang juga udah mendingan banget," jawab Embun seraya tersenyum tipis.
"Tapi kemarin kamu jadi ke rumah Embun, Ra?" tanya Naya.
Amara menganggukkan kepala.
"Iya, semalem aku nginep di rumah Embun," jawab Amara.
Amara tidak mengatakan kalau sudah sejak 2 hari ini dia menginap di rumah Embun. Karena yang Sitha dan Naya tau kan 2 hari yang lalu Amara tidak bisa menjenguk Embun karena ada kepentingan lain. Tenang, Amara sudah menceritakan semuanya sama Embun kok. Jadi Embun sudah pasti akan membantu Amara menutupi kebohongannya.
Lagi pula malah bagus saat itu Amara berbohong. Coba kalau saat itu Sitha dan Naya jadi ke rumah Embun, sudah pasti mereka akan tau hubungan 'spesial' yang terjadi diantara Embun dan Tama. Ya meskipun belum resmi, tapi tetap saja kan?
"Wiih, ternyata kamu nginep Ra."
Obrolan diantara mereka tampak terlihat seru. Dan disisi lain tanpa mereka ketahui, ada Dimas yang tampak menatap kearah mereka. Tidak, lebih tepatnya Dimas menatap kearah Embun.
"Lo liatin Embun gitu banget, Dim. Kenapa? lo suka sama Embun? pepet lah, " ujar Bara tiba-tiba.
Sebagai sahabat, Bara tau kalau Dimas memiliki perasaan khusus kepada Embun. Dan ya, Bara jelas akan mendukung hubungan keduanya jika memang Dimas benar menjalin hubungan dengan Embun.
"Enggak bisa," jawab Dimas singkat.
Jawaban Dimas membuat Bara mengerutkan dahinya bingung. Setau Bara, Embun itu single. Lalu apa yang menghalangi Dimas untuk bisa mendekati Embun coba?
"Kenapa? Embun enggak suka sama lo? buat Embun, lo kurang ganteng ya?" tebak Bara.
Dimas menghela nafas pelan lalu menatap Bara dengan tatapan sebal. Heii, mana mungkin alasannya karena Dimas kurang ganteng. Sementara di kampus bahkan di luar kampus saja banyak yang mengagumi ketampanan Dimas.
"Embun udah punya pacar," jawab Dimas pada akhirnya.
Bara yang mendengar jawaban Dimas agak sedikit terkejut. Tapi ya sudahlah ya, karena toh selama ini Bara juga tidak tau pasti apakah Embun jomblo atau tidak. Dan kalau ternyata Embun sudah memiliki pacar, ya sudah mau bagaimana lagi.
"Pacar? gue pikir Embun jomblo," ujar Bara santai. "Lo tau siapa pacarnya?"
Kali ini Dimas memilih untuk diam. Karena tidak mungkin Dimas memberitahu Bara kalau pacar Embun adalah Tama, salah satu dosen mereka di kampus ini. Sepertinya Embun dan Tama memang sengaja merahasiakan hubungan mereka. Jadi Dimas pikir tidak seharusnya dia membocorkan hal-hal yang memang bersikap rahasia.
Dimas memang menyukai Embun. Tidak, dia bahkan sudah jatuh cinta kepada Embun. Dan Dimas tidak ingin membuat Embun terluka seandainya dia membocorkan hubungannya dengan Tama.
"Bisa jadi itu cuma alesan doang, Dim. Soalnya yang gue tau, Embun itu jomblo kok. Gue pernah tanya sama Amara soalnya," ujar Bara lagi.
\-*Amara? dia saja adiknya Pak Tama. Jelas Amara bakal menutupi hubungan Embun sama Pak Tama*.-
"Enggak tau, faktanya Embun emang udah punya pacar," ujar Dimas, "udahlah, gue juga enggak papa kalau Embun udah punya pacar. Emang kenapa coba? gue tinggal cari cewek lain, gampang," tambahnya.
Benar kan? kenapa juga Dimas harus galau hanya karena Embun sudah memiliki kekasih. Meskipun ada rasa sakit dan tidak rela, tapi tidak ada sedikitpun keinginan dalam diri Dimas untuk merusak hubungan Embun dan Tama. Untuk apa? itu hanya akan membuat Dimas terlihat menyedihkan. Dan Dimas tidak mau seperti itu.