"Jangan bunuh aku."
Sydney tidak menyangka hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam satu malam. Ia melihat saudaranya dibunuh oleh seorang pria, dan dirinya terjebak dalam situasi sulit. Penderitaan ini tidak ia terima, dan alam mengabulkan permohonannya. Namun, ia malah harus menikah dengan seorang pria kejam bernama Ransom Alexander. Dia adalah pria yang paling Sydney benci. Pernikahan ini adalah dendam.
Cover by : Ineed design.
IG : renitaaprilreal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Butik
Pagi-pagi sekali, Sydney dikejutkan dengan dua orang pelayan wanita di rumahnya. Mereka muda dan ditugaskan oleh Ransom di kediaman Forest selagi Sydney memanggil karyawan lama yang dipecat oleh Anna.
"Aku sangat berterima kasih kepada atasan kalian yang baik hati itu," ucap Sydney.
"Nona, kami senang melayani Anda. Apalagi Nona dan Tuan Ransom akan menikah." Salah satu pelayan ini berkata dengan penuh suka cita.
Sydney tersenyum. "Ternyata dia telah memberitahu kalian."
"Tuan berpesan agar Nona bersiap. Pagi ini, Tuan mengajak Nona mengunjungi perancang busana."
"Ya, aku tahu. Mohon bantuan kalian untuk beberapa hari sambil menunggu pelayan lain datang ke rumah ini."
"Dengan senang hati, Nona." Dua pelayan ini segera menuju dapur setelah Sydney menunjukkan arah tempatnya.
Kemudian Sydney segera bersiap seraya menunggu Ransom yang datang menjemput. Pagi ini memang membuat Sydney khawatir pada keadaan ayahnya setelah memutuskan perpisahan bersama Anna. Namun, Andi terlihat biasa saja. Malah pagi ini sedang berolahraga bersama David.
"Tuan besar, Tuan Muda, waktunya sarapan." Pelayan datang memanggil.
"Eh, kenapa ada pelayan di rumah ini?" tanya David.
"Kami pelayan yang dikirim oleh Tuan Ransom."
"Sepertinya calon menantu Ayah begitu perhatian." David sengaja menggoda Andi.
"Ah, kau jangan terlalu percaya padanya. Kau tidak tahu betapa khawatirnya Ayah pada adikmu itu."
"Ayah jangan khawatir." Sydney muncul.
"Kau mau pergi?" tanya David. Ketika melihat adiknya sudah rapi.
"Ya, calon suamiku akan datang menjemput. Oh, ya, kalian berdua jangan khawatir tentang Ransom."
"Nak, apa kau tahu kalau dia itu seorang pemain wanita. Sudah ada berapa banyak perempuan di kota ini yang dia tiduri?" ucap Andi.
Yang dikatakan Andi memang benar dan Sydney telah menjadi korbannya karena ulah William serta Manda.
"Itu benar, Syd. Dia itu playboy." David pun membenarkan.
"Ayah, Kakak, dia akan menikah denganku. Jika dia macam-macam, aku akan langsung melayangkan surat cerai padanya."
"Kau harus lebih pintar dari pria itu." David mendukung.
"Rumah ini selalu terbuka untukmu, Nak," ucap Andi.
"Oh, Ayah." Sydney berlari memeluk ayahnya ini. "Sebenarnya aku khawatir pada Ayah."
"Apa yang kau cemaskan? Tentang Anna? Sejujurnya aku menikahi dia agar kalian ada yang mengurus. Tidak kusangka aku menilai wanita yang salah. Ya, dia juga tidak dapat disalahkan. Aku tidak memberinya cinta yang semestinya. Cintaku ini telah habis untuk ibu kalian."
"Tapi, Ayah tidak ada yang menjaga."
"Itu benar. Bagaimana kalau kita mencarikan Ayah istri lagi?" David mengusulkan karena tidak mungkin ayahnya tinggal sendiri.
"Apa yang kalian bicarakan? Aku tidak mau menikah. Umurku sudah tidak muda lagi. Bagaimana bisa aku menyenangkan istriku?" Andi tertawa. "Aku cukup melihat kalian bahagia saja. David, kau adalah penerus perusahaan. Aku ingin secepatnya pensiun. Pergi memancing dan minum-minum bersama teman-temanku."
"Tenang saja, Ayah. Aku, David. Tidak akan mengecewakanmu."
Sydney beralih memeluk David. "Kami yakin kau pasti berhasil."
"Terima kasih atas dukungan kalian."
Ketiganya sarapan bersama, lalu tidak lama, Ransom pun datang. Karena sudah sepakat, Sydney memenuhi janjinya itu.
"Aku yakin kau sudah sarapan." Sydney membuka pintu mobil, lalu masuk begitu saja tanpa menunggu sopir lebih dulu.
"Dia tidak punya sedikit pun kelembutan padaku." Ransom ikut menyusul dengan duduk di samping calon istrinya. Kemudian sopir bergegas masuk, lalu mengendarai kendaraan mewah ini.
"Orang tuaku mengundang makan malam," ucap Ransom.
"Aku harus bersiap kalau begitu."
"Aku menyiapkan segalanya untukmu. Kau tidak perlu repot."
"Oh, baguslah kalau begitu." Sydney menjawab dengan sekenanya saja.
Mobil tiba-tiba berhenti mendadak. Sydney kaget, jika bukan karena tangan Ransom yang melindungi keningnya, maka kepala ini bisa jadi terbentur kursi depan.
"Apa yang kau lakukan?" Ransom marah.
"Ma-Maaf, Tuan. Tiba-tiba saja ada kucing liar yang lewat."
"Perhatikan cara berkendaramu."
Sopir itu kembali mengendarai mobil menuju butik yang Ransom maksud. Tiba di sana, Sydney kaget karena pria ini membawanya ke butik paling terkenal di London.
"Bukankah butik ini milik designer super sombong?" tanya Sydney.
"Dari mana kau bisa menyimpulkan jika designer di sini sombong?" Ransom balik bertanya. "Kita masuk dulu."
"Kau benar-benar tidak tahu? Pemilik butik ini adalah Tuan Bobby Wilhem. Kudengar dia tidak takut pada siapa pun karena punya pendukung. Meski orang kaya memintanya merancang busana, jika dia tidak mau, dia menolaknya. Bukankah dia itu congkak? Dia juga menolak mahasiswa yang ingin mewawancari dirinya. Dia itu sangat pelit ilmu." Sydney terus saja mengoceh tanpa sadar jika orang yang dimaksud ada di dekatnya.
Ransom sendiri menempelkan jari telunjuk ke bibirnya dan berharap Bobby memaklumi ucapan calon istrinya ini.
Bobby berdeham keras, membuat Sydney terlonjak kaget. Ia menoleh pada seorang pria berpenampilan rapi.
"Dia siapa?" bisik Sydney.
"Bobby Wilhem," jawab Ransom.
"Apa?!" Sydney tersenyum tidak enak. "Sejak kapan dia ada di sini?"
"Sejak tadi."
Sydney terkesiap. "Kenapa kau tidak bilang?"
"Kau terus bicara tanpa mau dipotong."
Sydney kesal, tetapi harus menahannya. Ia jadi tidak enak hati karena bicara sembarangan. Astaga! Sekarang bagaimana? Pria ini pasti marah.
"Dia temanku, Bobby." Ransom menarik Sydney agar lebih dekat dengannya. "Lalu wanita ini, dia calon istriku."
"Oh, pada akhirnya kau punya calon istri juga."
"Itu sebabnya, Temanku. Buatkan gaun paling cantik untuk calon istriku ini."
"Karena kau temanku, aku akan melupakan apa yang dia katakan tadi."
"Maafkan aku. Tadi itu hanya bercanda. A-Aku akan mentraktirmu kopi."
Bobby memerhatikan penampilan Sydney yang terlihat muda. "Setidaknya dia menyadari kesalahannya." Bobby berbalik, lalu melangkah pergi.
"Kau ingin mentraktirnya kopi?"
"Ini salahku. Seharusnya aku berhati-hati."
"Kau mentraktir orang lain, sedangkan aku tidak kau traktir."
"Uangmu sudah banyak. Kau bahkan bisa membeli kedai kopi dengan uangmu itu." Sydney menyusul Bobby.
"Kau ...." Ransom mengepalkan tangan, lalu menyusul kepergian Sydney.
Semua koleksi rancangan Bobby dikeluarkan sebagai referensi pemilihan gaun. Sydney memilih beberapa yang menurutnya bagus, lalu mencobanya.
Tirai di buka, Sydney keluar dengan gaun yang pertama. Di sini Ransom dan Bobby sebagai penilai. Tentunya pemilihan Ransom yang akan menjadi titik pusatnya.
"Kurang cocok," ucap Ransom.
"Bukannya ini bagus?" kata Sydney.
"Kau tenggelam memakai gaun mengembang. Tubuhmu itu kurus."
Sydney menghilang di balik tirai. Tidak lama ia keluar dengan memakai gaun kedua. Ransom tersenyum, gaun ini sangat seksi.
"Itu cocok untukmu."
"Dasar mesum! Kau ingin aku memakai gaun terbuka begini? Kau ingin memperlihatkan tubuh istrimu kepada semua orang?!" Sydney menarik tirai, dan menghilang dibaliknya.
"Sudah tahu terbuka, kenapa masih dipakai? Dia saja yang ingin menggodaku."
"Kau sungguh memilihnya sebagai calon istrimu?" tanya Bobby.
"Tidak ada pilihan lain. Hanya dia yang cocok."
.