Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18. Keyra Jatuh Sakit
18
Ken terbangun dengan napas berat, seolah baru saja tersadar dari mimpi buruk yang tidak jelas.
Masih gelap. Rumah sunyi. Hanya suara detik jam di dinding dan hembusan AC.
Ia meraih ponselnya dan mendapati layar penuh notifikasi panggilan tak terjawab.
Enam dari nomor yang sama.
Satu pesan singkat, hanya satu kalimat,
“Tolong angkat. Ini penting.”
Ken mengernyit, otot bahunya menegang. Jarang sekali ada hal yang mampu membuat orang itu menghubunginya berkali-kali di tengah malam.
Ia menoleh sekilas ke arah pintu kamar Keyra. Senyap.
Gadis itu masih tertidur.
Ken menelan napas berat dan menekan tombol call back.
Nada sambung terdengar cepat di telinga, tekanan, urgensi, sesuatu yang tidak biasa.
Begitu telepon terangkat, suara di seberang sana bicara dengan terburu-buru, low, dan tegang.
Ken langsung duduk tegap, pandangannya berubah serius.
“Apa? Sekarang?”
Hening sepersekian detik.
“Aku tunggu, kau yakin?”
Ada nada ragu, lalu desakan.
Ken berdiri dari tempat tidur dengan gerakan spontan, seolah seluruh kewaspadaan dan naluri pelindungnya baru saja menyala penuh.
“Astaga… baik. Aku segera kesana.”
Suara Ken merendah, tenggorokannya tercekat tapi tegas.
“Jangan lakukan apa pun sampai aku tiba. Mengerti?”
Ia menutup telepon.
Hanya lima belas detik setelah itu, Ken sudah bergerak cepat.
Mengambil jaket. Kunci mobil. Dompet.
Langkahnya bergegas, hampir berlari menuruni tangga.
Sesaat sebelum keluar rumah, ia menoleh, menatap koridor yang mengarah ke kamar Keyra.
Rautnya melembut. Ada ragu yang menahan beberapa detik.
Seolah ia ingin memastikan gadis itu benar-benar aman di balik pintu putih itu.
“Maaf, sweetheart…” bisiknya hampir tak terdengar.
“Om harus pergi.”
Pintu rumah tertutup pelan.
Mobil Ken melaju di jalan subuh yang masih kosong, lampu-lampu kota berpendar di kaca depan.
Ekspresinya penuh kecemasan, rahangnya terkunci rapat.
Sampai akhirnya ia tiba di tempat yang dijanjikan, cahaya dari jalanan memantulkan wajah Ken dengan jelas...
Wajah yang memikul sesuatu yang berat.
Sangat berat.
Dan ia tidak kembali hingga pagi tiba.
**
Pagi hari itu, setelah menyadari Ken tak ada di rumah…
Madame Elvira sedang menyiapkan sarapan sederhana ketika ponselnya berbunyi pelan. Sebuah pesan masuk dari Ken, singkat, teratur, tetapi terasa genting.
“Madame, saya harus pergi. Darurat. Tolong jaga Keyra untuk sementara. Saya akan menghubungi lagi jika sudah aman.”
Elvira membaca ulang pesan itu dua kali, alisnya saling mendekat. Nada Ken yang biasanya tenang dan berjarak kini terdengar tegang. Sesuatu jelas terjadi.
Ia menghela napas panjang sebelum menoleh ke lantai dua, tempat Keyra masih belum turun. “Anak itu pasti akan bertanya-tanya…” gumamnya.
.
Keyra turun dengan mata masih sembab, rambut berantakan seperti baru bangun tidur. Begitu melihat meja makan yang hanya berisi satu set sarapan, ia langsung bertanya, linglung.
“Ken masih belum pulang?”
Elvira tersenyum lembut. “Belum.”
Keyra mengernyit. “Kenapa dia nggak peduli sama aku?”
Madame Elvira ragu sebentar. Lalu ia menunjukkan ponselnya.
“Tapi dia menitipkanmu,” ujarnya pelan.
Keyra membeku. Ada rasa kosong di dadanya, bercampur takut dan… kehilangan yang anehnya terlalu besar untuk seseorang yang baru beberapa hari mengacaukan ketenangan Ken.
“Dia… pergi karena aku, ya?” bisiknya nyaris tak terdengar.
Elvira mendekatinya, mengusap punggungnya dengan lembut seperti semalam.
“Bukan begitu, Nak. Tuan Miles punya urusan yang tidak bisa ditunda. Dia akan kembali.”
Keyra menunduk. Tapi hatinya yang sudah terlalu dipenuhi Ken dalam waktu singkat, tidak mudah diyakinkan.
Sementara itu, jauh di luar sana, Ken sedang menghadapi sesuatu yang tak bisa ia ceritakan… dan sesuatu yang mungkin akan mengguncang hubungan rumit antara dirinya dan Keyra.
**
Sejak Ken pergi, Keyra tidak bisa berhenti memikirkannya.
Setiap sudut rumah terasa kosong. Bahkan koridor panjang tempat ia biasa melihat Ken berjalan dengan rapi dan tenang kini seolah kehilangan denyutnya. Keyra mencoba membaca, menonton, bahkan membantu Madame Elvira, tapi konsentrasinya buyar hanya oleh satu nama.
Ken.
Ia memikirkan tatapan Ken ketika menahannya semalam. Cara pria itu membelai pipinya sebelum akhirnya menarik diri. Dan… ciuman itu.
Ciuman pertama yang membuat jantung Keyra serasa berpindah tempat. Lembut, penuh kendali… tapi cukup hangat untuk mengacaukan seluruh tubuhnya. Ia bahkan merasakan sedikit gemetar ketika bibir mereka bersentuhan, seolah dunia berhenti di detik itu.
Setiap kali ingatan itu muncul, dada Keyra terasa sesak. Sekaligus hangat. Sekaligus sakit.
“Ken…” gumamnya sambil memeluk bantal.
Awalnya ia hanya memikirkan ciuman itu… lalu cara Ken memandangnya setelahnya… lalu nada suara Ken yang terdengar sangat lembut ketika mengantar Keyra kembali ke kamar.
Tapi semakin lama ia mengingat, kepalanya semakin berat. Seperti ada tekanan dari dalam.
Keyra menutup mata. Nafasnya mulai pendek. Dadanya berdebar tidak karuan.
Ia berusaha bangkit dari tempat tidur, namun tubuhnya terasa lemas, kakinya goyah dan ia kembali terduduk. Pusingnya semakin menjadi.
“Madame… Elvira…” panggilnya lirih, tapi suaranya nyaris habis.
Elvira, yang sedang lewat di lorong, langsung masuk ketika mendengar pintu kamar terbuka sedikit. Begitu melihat wajah Keyra yang memucat, wanita itu langsung panik kecil.
“Keyra, Nak? Kamu kenapa?” Elvira menyentuh dahinya. “Panas sekali!”
Keyra menggigit bibirnya. “Aku… aku nggak tahu… tadi aku… cuma kepikiran sesuatu…”
Elvira menatapnya lebih lama, seolah bisa membaca lebih banyak dari sekadar kata-kata yang tidak Keyra ungkapkan. “Sesuatu itu… Tuan Miles, ya?”
Keyra tidak menjawab. Tapi pipinya yang merah dan air mata yang jatuh diam-diam sudah lebih dari cukup.
Elvira menghela napas lembut, penuh pengertian. “Oh, Nak… kamu terlalu memikirkan hal ini sampai dirimu sendiri yang jatuh sakit.”
Keyra menangis pelan, tanpa suara. “Aku… nggak tahu harus gimana…”
Elvira memeluk bahunya, menepuknya perlahan.
“Tenang dulu, ya. Dia pasti akan kembali. Kalau kamu terus begini, dia bisa semakin khawatir.”
Keyra menutup wajah di dada Elvira. “Aku… kangen…”
“Ya. Aku tahu.” Elvira tersenyum lembut, meski hatinya ikut cemas. “Tapi kamu harus kuat dulu. Kita minta dokter datang, ya?”
Keyra tidak protes. Ia terlalu pusing, terlalu lemah… dan terlalu dipenuhi rasa rindu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Ken, kapan kamu pulang?
.
YuKa/ 091225
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭