Di Chicago modern, kekuasaan bukan lagi soal siapa yang paling banyak menembak. Tapi siapa yang paling bersih menutupinya.
Kenalan dengan Luca Rossi, si Cleaner. Dia bukan tukang bersih-bersih biasa, tapi Consigliere dingin yang jadi otak di balik organisasi mafia Moretti. Dinding kantornya rapi, suit-nya mahal, tapi tangannya berlumur semua dirty work Keluarga—dari pembukuan yang dimanipulasi sampai menghilangkan jejak kejahatan.
Masalahnya, kini Keluarga Moretti di ambang collapse. Bos lama sekarat. Kekuasaan jatuh ke tangan Marco, si pewaris baru yang psikopat, ceroboh, dan hobi bikin drama. Marco melanggar semua aturan, dan Luca tahu: kalau dia diam, seluruh empire mereka hancur. Dengan bantuan Sofia, istri Bos yang terlihat polos tapi menyimpan banyak kartu, Luca memutuskan satu hal brutal: Ia harus mengkhianati bos barunya sendiri.
Di tengah rencana kotornya, Luca bertemu Isabella. Dia cantik, pintar, dan vibe-nya langsung nyambung sama Luca yang kaku. Luca akhirnya merasakan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9: THE SILENT WAR
Pukul 11:00 AM, beberapa jam setelah serangan ganda.
Ruangan kontrol Moretti Corp bergetar dengan alarm digital. Saham anjlok. Kepercayaan pasar hilang. Isabella telah melepaskan senjatanya—laporan audit yang ia gunakan untuk menunjukkan kebobrokan Marco. Kerugian mencapai ratusan juta. Luca, dikelilingi oleh analis keuangan pucat dan pengacara yang panik, adalah satu-satunya sumber ketenangan di ruangan itu.
Di layar utama, harga saham Moretti Corp terlihat seperti jurang yang menganga. Luca menatap angka-angka itu, tapi pikirannya jauh dari pasar. Pikirannya ada pada Isabella.
Dia melakukan apa yang diperintahkan. Dia memilih Ayahnya. Dia memilih perang.
Pengkhianatan yang ia rasakan kini terasa seperti amputasi yang bersih. Luca telah menghapus Isabella dari variabel kehidupannya. Tidak ada lagi keraguan. Tidak ada lagi daya tarik. Hanya reaksi.
"Tarik semua aset likuid dari pasar obligasi dalam dua jam ke depan," perintah Luca, suaranya tenang. "Biarkan saham itu jatuh. Jangan coba untuk menopangnya. Kita akan menggunakan likuiditas itu untuk membiayai pertahanan hukum Bianchi."
Para analis menatapnya terkejut. "Kita membiarkan saham jatuh?"
"Ya. Ini adalah perang yang harus kita akui kita sedang kalah di babak pertama," jawab Luca. "Tapi sementara Bianca merayakan kerugian ini, FBI, IRS, dan Komite Etik di Springfield kini sedang bergerak. Serangan balik kita sudah dimulai."
Luca melangkah ke kantornya yang gelap. Dia tidak menyalakan lampu. Rasa sakit itu tidak lagi terasa seperti patah hati; itu terasa seperti kesalahan operasional yang harus dihilangkan. Dia telah membiarkan emosi—daya tarik pada kecerdasan yang setara—membuatnya lengah. Itu tidak akan pernah terjadi lagi.
Dia teringat sentuhan Isabella di kerahnya. Dia ingat tawa renyah yang anehnya tulus saat mereka berdebat tentang laporan pajak fiktif. Itu adalah kebenaran yang paling mengerikan: dia percaya pada momen itu. Dia percaya bahwa Isabella mungkin berbeda. Bahwa chemistry itu lebih kuat dari kode kehormatan mereka.
Bodoh.
Sekarang, setiap sentuhan, setiap tatapan, setiap diskusi tentang 'kebenaran' yang ia berikan pada Isabella, adalah data yang harus ia revisi dalam pikirannya. Isabella tidak mencari kebenaran; dia memetakan kelemahan Luca. Dan kelemahan terbesar Luca adalah kerinduannya akan koneksi.
Luca mengambil flash drive tempat ia menyembunyikan Trojan horse data. Dia memeriksanya. Sinyalnya stabil. Isabella telah menggunakan data itu. Dan kini, setiap gerakan yang dilakukan Isabella dengan data tersebut, akan menjadi digital footprint yang direkam langsung di server Luca.
Aku akan membiarkanmu menang di pasar, Isabella. Tapi aku akan membunuhmu di ranah hukum.
Selama tiga puluh enam jam berikutnya, perang finansial berlangsung melalui firewall dan trading algorithm. Bianchi menekan Moretti, sementara tim Luca bekerja untuk mengalihkan aset.
Luca memperhatikan satu keanehan: serangan Bianchi tidak menggunakan semua informasi yang Luca berikan. Ada beberapa lubang fatal dalam laporan audit yang sengaja dilewatkan oleh Isabella. Lubang yang seharusnya melumpuhkan Moretti lebih cepat.
Luca mengerti. Chemistry itu belum sepenuhnya mati.
Luca membuka saluran komunikasi yang sangat terenkripsi, yang ia gunakan hanya untuk urusan paling sensitif. Dia mengirimkan pesan ke alamat email burner Isabella (yang ia lacak melalui Trojan horse data-nya).
Pesan Luca hanya berisi tiga kata: "Kenapa kau lambat?"
Tidak ada sapaan. Tidak ada ancaman. Hanya pertanyaan dari seorang Cleaner kepada seorang auditor yang lalai.
Beberapa menit kemudian, balasan masuk. Sangat cepat.
Balasan Isabella: "Aku ingin kamu tahu itu aku."
Luca merasakan pukulan tajam, hampir fisik, di dadanya. Itu bukan pengakuan profesional. Itu pengakuan emosional yang gila. Aku ingin kamu tahu aku yang melakukannya. Bukan orang lain. Aku. Itu adalah permintaan maaf, pengakuan cinta yang terbalik, dan tantangan yang menjijikkan.
Luca memejamkan mata. Dia mengerti. Isabella ingin memastikan Luca tahu dia adalah musuh yang layak. Bahwa dia tidak hanya menjalankan perintah, tetapi dia adalah musuh yang mencintai.
Luca membalas, satu kata, final: "Sudah." (Sudah tahu, sudah selesai, sudah cukup.)
Kekacauan Marco dan Pergerakan Vincenzo
Sementara perang digital berkecamuk, Marco menciptakan kekacauan fisik.
Ia, yang panik karena saham jatuh dan politisi menghindarinya, mencurigai Kapo Vincenzo Rota. Marco tahu ada yang salah karena Vincenzo kini tidak lagi menjawab panggilannya. Marco, dalam sebuah tindakan yang bodoh dan gila, memerintahkan anak buahnya untuk mencari Vincenzo dan membawanya hidup-hidup—atau mati.
Luca mendapat telepon dari Vito, driver-nya, yang kini menjadi mata-mata utamanya. "Pak Luca, Marco mengirim tiga mobil ke lingkungan Rota. Dia mencoba membersihkan Kapo itu sendiri."
Luca menyadari, kesalahan Marco telah mencapai klimaks. Jika Marco membunuh Vincenzo, itu akan menjadi pembunuhan kedua yang brutal, menghancurkan fragile alliance yang Luca bangun dan mengundang polisi lokal secara langsung.
Luca harus meninggalkan mejanya yang steril. Ia harus melindungi sekutunya dari Marco yang mengamuk. Dia mengambil pistol berperedam yang tersembunyi di bawah mejanya. Tugas Cleaner telah beralih dari data ke medan perang yang kotor.
Luca mengirim pesan cepat ke Vincenzo, memberi tahu dia bahwa ada bahaya dan lokasi aman di gudang pinggiran kota. Kemudian, ia mengirim pesan lain ke firewall Moretti, memicu alarm keamanan palsu di gudang lama mereka, yang akan mengalihkan sebagian besar anak buah Marco.
Saat Luca bergegas keluar, ia tahu bahwa dengan setiap langkahnya, dia semakin menjadi Bos, bukan lagi Consigliere. Dia melangkah keluar dari bayangan statistik dan masuk ke dunia kekejaman nyata, membawa senjata yang tidak ia gunakan dalam bertahun-tahun.
Di luar, dunia sedang runtuh. Di dalam, Luca telah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Dia hanya memiliki satu tujuan: mengakhiri permainan dengan bersih, bahkan jika dia harus menghancurkan dirinya sendiri untuk melakukannya.