NovelToon NovelToon
ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Poligami / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:705
Nilai: 5
Nama Author: Miss Flou

Arshaka Beyazid Aksara, pemuda taat agama yang harus merelakan hatinya melepas Ning Nadheera Adzillatul Ilma, cinta pertamanya, calon istrinya, putri pimpinan pondok pesantren tempat ia menimba ilmu. Mengikhlaskan hati untuk menerima takdir yang digariskan olehNya. Berkali-kali merestock kesabaran yang luar biasa untuk mendidik Sandra, istri nakalnya tersebut yang kerap kali meminta cerai.
Prinsipnya yang berdiri tegak bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, sekeras Sandra meminta cerai, sekeras dia mempertahankan pernikahannya.
Namun bagaimana jika Sandra sengaja menyeleweng dengan lelaki lain hanya untuk bercerai dengan Arshaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Flou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SILAKAN NIKAH LAGI

Arshaka turun ke lantai satu apartemennya setelah mengenakan pakaian yang jauh lebih santai—kaos oblong lengan panjang juga sarung hitam. Kemudian memesan bahan masakan melalui aplikasi. Sembari menunggu, Arshaka memejamkan matanya lebih dulu di atas sofa selepas meminum vitamin.

Drrt!

"Ya Allah." Dia mendesah purau, baru pun terpejam, ponsel miliknya bergetar. Dilihatnya siapa yang menelpon, lantas segera dia angkat. Dosennya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pak."

"..."

"Kepentingan saya sebenarnya sudah selesai. Besok mungkin saya akan ke kampus jika dibutuhkan."

"..."

"Maaf sekali bukan saya tidak sopan, Pak. Saya baru sampai dari Jombang dan tidak bisa jika harus ke kampus sekarang. Mungkin Pak Hamdan bisa mengirim filenya, nanti saya rampungkan sore hari Insyaa Allah sebelum deadline."

"..."

"Baik, Pak."

Sepuluh menit berlau, suara bel mengagetkan Arshaka. Kembali ia buka matanya dan beranjak menuju pintu. Ia menerima paper bag yang diberikan kurir tersebut. "Terima kasih, Pak."

Dilintingnya lengan kaos hitam yang dikenakan hingga siku. Lalu ia mulai berkutat membuatkan makanan untuk dirinya dan Sandra. Sembari itu dia senyum-senyum sendiri teringat saat pertama kali ia memasak di pondok, semua bumbu-bumbu masakan dia masukkan begitu saja, berasumsi jika semakin banyak rempah, semakin pekat kuah, semakin enak rasanya. Kemudian, saat liburan tiba dan ia kembali ke rumah, dia praktekkan apa yang dikerjakan dipondok dan berakhir Narestha mencak-mencak padanya. Sudah dapur dia hancurkan, rasa makanan yang seperti racun, beruntung mereka tidak keracunan.

"Guru terbaik adalah Ibu," gumamnya tersenyum tipis. Mahir ia memasak hari ini sebab Deeba yang mengajarinya dengan telaten tiap ia pulang dari pondok.

***

"Ah, kamar siapa ini?" Sandra bergumam pelan seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing. Heran saat membuka mata, dia berada bukan pada kamarnya.

Ia mencoba ingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Selang lima menit barulah sadar dan ingat bahwa semalam dia ke kelab. Lalu setelahnya dia tidak ingat lagi, atau ... belum ingat.

"Ini bukan tempat Aca atau Dita. Gue dimana? Argh, sial! Kenapa nggak inget apa-apa lagi?" Kacau ia menjambak rambutnya kencang.

Ceklek!

"Sudah bangun?"

Teralih atensi Sandra ke arah pintu. Mendadak kedua kelopak matanya melebar melihat Arshaka yang berjalan mendekat ke arah ranjang. Otaknya blank seketika, berpikir bagaimana bisa dia bersama Arshaka sedang pemuda itu seharusnya masih di Jawa Timur, pikirnya. Tiga hari kan? Ini baru dua hari.

"Gimana bisa kamu ada di sini?!" tanyanya dengan nada tak suka.

"Apartemen saya. Saya yang bawa kamu kemari. Bersihkan tubuhmu lalu turun ke bawah untuk makan siang," balas Arshaka mengecek suhu tubuh Sandra. "Pusing tidak kepalamu? Kamu sedikit demam."

Sandra terbengong. Bagaimana bisa dia memberikan perhatian sementara wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Lalu ia teringat tempo hari Arshaka membentak dirinya, meradanglah hati yang tadi terpengkur. Ia melengoskan muka. Lupa bahwa kemarin ia bicara lembut hanya agar Mia percaya bahwa dia mendapatkan izin dari Arshaka untuk berada di sana sementara waktu.

"Nggak usah sok perhatian! Kenapa bawa aku ke sini? Udah bener aku di rumah Mama."

"Karena kamu adalah istri saya dan saya suami kamu."

"Aku nggak menganggap pernikahan ini ada!"

"Iya Sandra terserah kamu. Tapi bagaimana cara kita menikah, kamu tetap istri saya. Saya memiliki hak atas kamu, pun sebaliknya, kamu memiliki hak atas saya. Dan satu hal yang perlu kamu pahami, bahwa mendidik kamu adalah kewajiban saya sebagai seorang suami. Sekarang mandi dulu. Saya juga sudah masak. Habis itu salat Zuhur."

"Sholat buat apa sih? Sholat nggak sholat hidup aku gini-gini aja!" Sandra mendengus kasar.

Arshaka membelalakkan mata. "Istighfar, Sandra. Perbaiki sholatmu maka Allah akan perbaiki hidupmu. Sholat adalah kewajiban bagi setiap muslim, sementara nasib ditentukan oleh setiap insan itu sendiri. Bagaimana kamu memperlakukan diri kamu, itu masa depan kamu!" balas Arshaka dengan sangat tegas.

Alhasil bola mata Sandra menggulir malas. "Terserah mau ngomong apa! Di mana kamar mandinya? Aku mau mandi." Sandra tidak melihat ada pintu kamar mandi di sana. Berpikir bahwa kamar mandinya terpisah.

"Dengarkan saya, Sandra."

"Iya aku denger, astaga! Suruh sholat kan? Ya udah, di mana kamar mandinya? Aku mandi dulu."

"Sisi kanan, dinding bergaris dekat meja tv."

"Aku tanya kamar mandi, Kak!"

"Itu pintunya, Sri!"

Sandra terkesiap, kemudian membulatkan bibir, tanpa menjawab dia langsung beranjak, meninggalkan Arshaka yang kembali menghela napas berat seraya geleng-geleng kepala.

***

"Baju apa ini, Kak?!" Sandra memekik kencang melihat isi lemari yang dipenuhi dengan pakaian serba lengan panjang nan warnanya tidak ada yang mencolok. Sandra terperangah melihatnya.

Arshaka yang duduk anteng di atas kasur, bersandar pada head board ranjang lantas mendongakkan kepala menatap Sandra di depan lemari sana. Dahinya mengernyit samar.

"Baju apa?" tanyanya bingung. Itu pakaian perempuan normal pada umumnya. Kenapa reaksi Sandra harus berlebihan saat melihat kemeja panjang, tunik, midi dress, juga celana kulot dan rok di lemarinya? "Ya itu baju buat kamu pakai, Sandra. Memangnya baju apa? Saya tidak membelikan kamu pakaian yang aneh-aneh."

"Ya tapi kenapa semuanya serba panjang kayak begini?"

Baru di sini Arshaka mengerti. Segera ia menurunkan kakinya menapaki lantai dingin. Berdiri dan menghampiri istrinya. "Kamu tidak biasa pakai pakaian seperti ini?"

Sandra lekas menyahut atas itu. "Mau coba dulu? Tiga hari saja?" Tatapan Arshaka berpendar lembut padanya. Semampunya, semampunya ia mengikis sisi keras dan tegas dalam diri yang selalu mendominasi. Berharap dengan itu Sandra mampu luluh "Saya tidak mau kamu pakai pakaian terbuka."

"Terbuka apa sih? Cuma pake baju lengan pendek emang itu terbuka?"

"Auratmu, Sandra. Di luar rumah, saya tidak ingin kamu memperlihatkan auratmu."

"Apa-apaan, aku nggak mau!" seru Sandra menutup pintu lemari dengan sangat kencang. Tangannya terkepal kencang, dadanya naik turun sebab napasnya yang memburu pun wajahnya merah padam.

Arshaka menghela napas berat. "Ya sudah kalau tidak mau pakai. Karena tidak ada pakaian lain, maka pilihannya hanya dua. Terus memakai bathrobe atau pakai baju yang ada di lemari," balasnya dengan santai.

"Nggak usah ngatur-ngatur aku begini bisa nggak sih? Dibilang kita masing-masing aja! Pernikahan kita cuma di depan orang tua—"

"Dihadapan Tuhan, disaksikan seluruh Malaikat!" sela Arshaka tak membiarkan Sandra menyelesaikan ucapannya.

"Kita nggak saling cinta! Pernikahan kita nggak sah!"

"Tidak ada cinta dalam rukun menikah. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam lebih dulu menikahi Bunda Aisyah Radhiallahu Anha, cinta di antara keduanya hadir setelah pernikahan."

Arshaka tetap cuek pada kemarahan Sandra. Hatinya harus seluas samudra, sabarnya harus diperbanyak. Istri dadakannya itu sangat luar biasa. Bersikap lembut akan semakin melunjak, tetapi jika berlaku keras pun gadis itu akan rapuh.

"Aku bukan mereka yang hatinya seluas samudra! Aku cuma manusia biasa yang hidup di zaman penuh dengan kebebasan."

"Karena itu sebagai manusia yang hidup di akhir zaman, harus bercermin pada manusia-manusia pilihan Allah, agar tidak terjerumus dengan tipu daya dunia. Apa yang kamu cari perihal dunia tidak akan dibawa sampai ke akhirat, Sandra. Pakailah pakaian yang saya persiapkan. Saya peduli denganmu, bukan sok ikut campur atasmu. Lagi pula jika ikut campur pun tidak ada yang salah, saya suami kamu."

"Ngertiin perasaan aku dong kalo emang peduli! Aku nggak suka pake pakaian kayak begini!"

Arshaka tidak menjawab. Namun tangannya dengan cekatan meraih kemeja berwarna krem serta celana kulot hitam premium hitam. "Pakai yang ini. Saya rasa tidak terlalu besar dan longgar kalau kamu pakai." Ia sodorkan dua hanger tersebut di depan Sandra.

"Aku nggak mau!" teriak Sandra menghempaskan hanger tersebut. Baju dan celana tersebut terhempas ke lantai. "Pakaian kuno! Aku nggak mau pake baju kayak gitu, norak!"

Terpejam mata Arshaka seraya mengatur pernapasannya yang mana setiap embusan napasnya ia sebut Asma Allah. Dan dia kembali menatap Sandra, lalu berkata, "Patuhlah, Sandra! Taat dengan perintah suami adalah kewajiban istri dan pahala balasannya."

"Masa bodoh. Aku nggak mau dikekang. Kalo kamu mau punya istri yang pakeannya tertutup, pake cadar kayak teroris, ceraikan aku dan silakan nikah lagi!"

1
Marlina Selian
haha lucu banget
Marlina Selian
lanjut thoor tetap semagat 🥰🥰🥰🥰
Marlina Selian
ikutan hayut dalam cerita ya hati ku teriris jugak
윤기 :3
Gila aja nih cerita, bikin gue baper dan seneng banget!
Miss Flou: Hallo, terima kasih sudah mampir, Kak. Semoga betah ya di sini sampe ending🥰
total 1 replies
Miss Flou
Annyeong, selamat datang😍
Ini novel pertama saya, semoga kalian suka ya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, Sayangku🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!